Timotius Hindom Perintis Lingkungan Hidup di Kabupaten Fakfak

Jakarta,Gpriority-“ Daerah saya sebelum tahun 1975 sangatlah gersang.Pepohonan tidak nampak di lahan seluas kurang kebih 800 hektar. terciptanya lahan kritis karena kesalahan orangtua. Mereka ini belum berpikir soal pelestarian alam. Yang mereka lakukan hanya menebang pohon, atau sekalipun menanam, itu hanya tanaman jangka pendek,” ucap Timotius Hindom peraih Kalpataru tahun 2009 untuk kategori perintis saat ditemui di akhir acara Sarasehan Kalpataru yang berlangsung di JS Luwansa Hotel, kamis malam (16/8).

Timotius Hindom yang pada saat itu berusia 15 tahun bertekad mengembalikan fungsi hutan.“ saya bisa bangga karena yang berpikir soal lingkungan hidup, di lingkungan saya, baru saya sendiri,” ungkap pria kelahiran 30 Oktober 1960.

Timotius pun mencoba menanam pohon cengkeh di atas lahan gersangnya. “Saya diberi pemerintah 10 bibit pohon cengkeh. Tapi saya tambah dengan membeli 190 pohon yang sama dengan harga Rp.3.000,- perbibit,” Jelas Timotius.

Di Tahun 1980-an Timotius menambah tanaman di lahan seluas 50 hektar miliknya dengan pala dan berbagai jenis buah-buahan seperti durian, cokelat, rambutan, mangga, dan manggis. “Tiap tahun sekurang-kurangnya 1.000 bibit pohon disiapkan dan saya tanam. Saya mbibit sendiri,”  jelasnya.

Dikatakan Timotius, penanaman di lahan miliknya bertujuan untuk menyadarkan masyarakat di wilayahnya sehingga mereka mulai berpikir bahwa pohon memberi manfaat bagi kita. “Melalui pendekatan dari mulut ke mulut, setidaknya sudah ada 20 KK yang merespons hal inii.20 KK inilah yang akhirnya secara bersama-sama menghijaukan kembali lahan kritis seluas 800 hektar,”kata Timotius.

Timotius mengingatkan kalau lahan tidak ditanami lagi, maka yang akan menjadi korban adalah anak dan cucu mereka sendiri. “Anak dan cucu susah karena lahan rusak. Kita sudah merasakan kesusahan itu ketika orangtua kita tidak menjaga hutan,” demikian kata-kata Timotius kepada warga di sekitar tempat tinggalnya.

Berkat jasanya,Timotius pun mendapat penghargaan Kalpataru dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di tahun 2009. Saat menerima Kalpataru (5/6/2009), Timotius menyerukan pentingnya menanam pohon. “Saya mengajak seluruh bangsa Indonesia untuk menanam pohon demi generasi penerus kita,” ungkapnya dengan tegas.

Apa yang dikatakannya itu tidak sekadar hisapan jempol belaka. Terbukti, walau sudah menerima kalpataru, ia terus melanjutkan menanam pohon sepulang dari Jakarta. “Kali ini saya akan fokus ke penanaman mangrove (bakau),” katanya.

Menurutnya, kondisi bakau di daerahnya mulai butuh perhatian. “Saya harus jaga juga untuk mencegah abrasi dan menjaga habitat ikan,” katanya memberi alasan.

Melihat totalitas dan kegigihannya dalam memperjuangkan lingkungan hidup, Anugerah Kalpataru memang layak disematkan kepadanya. Beberapa instansi memberinya apresiasi. Selain mendapat plakat dan penghargaan, Timotius juga mendapatkan uang sebesar Rp 8 juta dari Departemen Lingkungan Hidup, Rp 5 juta dari Departemen Kehutanan, dan Rp 10 juta dari Pemda. “Sebagaian besar uang tersebut saya pergunakan untuk membiayai sekolah anak-anak saya. Saya hanya lulus SD. Anak-anak saya harus jauh lebih baik dari saya,” tutup Timotius.(Hs.Foto:Hs)