
1. Berikan kesempatan pada anak bahwa ia “mampu” dan “bisa” dalam miliki kesempatan
Sering kali orang tua atau orang-orang yang ada di sekitar anak tidak berikan kesempatan anak untuk mencoba. Selalu menganggap bahwa anak tidak mampu melakukannya karena faktor anak terlalu kecil. Misal, orang tua yang tidak biarkan anak untuk makan sendiri. Orang tua lebih senang menyuapinya dibanding melihat anak mencoba menyuapi sendoknya sendiri. Ini terjadi karena jika anak makan sendiri maka nanti akan berantakan dan merepotkan. Padahal, ini kesempatan baik yang diterima anak dalam hal kedisiplinan. Seharusnya, orang tua berikan motivasi dan pendampingan.
2. Tumbuhkan rasa kepercayaan diri anak dalam melakukan sesuatu hal
Biarkan anak berkreasi dan tentu dengan arahan orang tua. Bangun rasa kepercayaan dirinya dalam lakukan segala hal. Jadilah orang pertama yang bangga atas perolehan yang diraih anak. Apapun hasilnya jangan judge anak terlebih dahulu. Namun, adakalanya orang tua harus beri pengertian bahwa tidak semua hal yang dilakukan akan mendapatkan hasil yang sempurna. Setidaknya ada niat untuk mencoba dan kemauan untuk memperbaiki. Jika ini dilakukan, anak akan berpikir kritis bagaimana dirinya dalam berproses sampai pada tujuan yang ditargetkan.
3. Memfasilitasi anak dengan berbagai media yang mampu merangsang pikiran kritisnya
Pilihlah mainan-mainan yang mampu mengedukasi dan mampu tumbuhkan daya pikir anak. Misal memilih puzzle, hal ini guna anak fokus dalam menyusun kepingan-kepingan hingga menjadi sebuah gambar yang utuh. Bisa juga orang tua membuat sebuah media dari kardus, lalu hias menyerupai papan tulis. Beri judul “aku adalah benda berbentuk kotak”, selanjutnya anak diminta mencari nama-nama benda (buat di kardus seperti kartu) dengan bentuk yang diminta. Kemudian anak menempelkannya pada papan tersebut. Anak akan berpikir antara bentuk dan nama benda yang mereka ketahui.
4. Seringlah bertanya “mengapa” dan “bagaimana”
Lakukan komunikasi yang baik antara anak dan orang tua. Beri ia stimulus dari pertanyaan yang terkesan sederhana. Misal, beri pertanyaan, “mengapa kamu sangat menyukai coklat?” Anak akan menjawabnya sambil berpikir alasan terkait apa yang membuatnya menyukai coklat. Hal ini juga baik dalam melihat responnya bercerita. Bisa juga beri pertanyaan, “bagaimana sih suara ayam berkokok di pagi hari?” Nah, hal ini akan beri stimulus anak dalam memperhatikan keadaan sekitar.
Itulah 4 strategi yang dapat dilakukan orang tua dalam menumbuhkan cara berpikir anak yang kritis.(Ega.Foto.Istimewa)
Setiap orang tua pasti mendambakan tumbuh kembang anak yang terjamin. Dari sehat fisiknya, bahagia jiwanya, serta kemampuannya dalam berpikir. Termasuk dalam berpikir kritis. Berpikir kritis sendiri, perlu dilakukan agar anak mampu memecahkan masalah dan mampu bertahan di lingkungannya berada. Bahkan, anak dengan pikiran yang kritis, dinilai lebih kreatif dan mampu bersosialisasi yang baik. Ini karena, anak yang berpikir kritis akan lebih peka terkait hal-hal yang ada di sekitarnya. Maka dari itu, sebagai orang tua, kita perlu lakukan strategi agar menstimulus kemampuan berpikir kritis ini tumbuh di dalam diri Anak-anak, berikut 4 strateginya ;
- Berikan kesempatan pada anak bahwa ia “mampu” dan “bisa” dalam miliki kesempatan
Sering kali orang tua atau orang-orang yang ada di sekitar anak tidak berikan kesempatan anak untuk mencoba. Selalu menganggap bahwa anak tidak mampu melakukannya karena faktor anak terlalu kecil. Misal, orang tua yang tidak biarkan anak untuk makan sendiri. Orang tua lebih senang menyuapinya dibanding melihat anak mencoba menyuapi sendoknya sendiri. Ini terjadi karena jika anak makan sendiri maka nanti akan berantakan dan merepotkan. Padahal, ini kesempatan baik yang diterima anak dalam hal kedisiplinan. Seharusnya, orang tua berikan motivasi dan pendampingan.
- Tumbuhkan rasa kepercayaan diri anak dalam melakukan sesuatu hal
Biarkan anak berkreasi dan tentu dengan arahan orang tua. Bangun rasa kepercayaan dirinya dalam lakukan segala hal. Jadilah orang pertama yang bangga atas perolehan yang diraih anak. Apapun hasilnya jangan judge anak terlebih dahulu. Namun, adakalanya orang tua harus beri pengertian bahwa tidak semua hal yang dilakukan akan mendapatkan hasil yang sempurna. Setidaknya ada niat untuk mencoba dan kemauan untuk memperbaiki. Jika ini dilakukan, anak akan berpikir kritis bagaimana dirinya dalam berproses sampai pada tujuan yang ditargetkan.
- Memfasilitasi anak dengan berbagai media yang mampu merangsang pikiran kritisnya
Pilihlah mainan-mainan yang mampu mengedukasi dan mampu tumbuhkan daya pikir anak. Misal memilih puzzle, hal ini guna anak fokus dalam menyusun kepingan-kepingan hingga menjadi sebuah gambar yang utuh. Bisa juga orang tua membuat sebuah media dari kardus, lalu hias menyerupai papan tulis. Beri judul “aku adalah benda berbentuk kotak”, selanjutnya anak diminta mencari nama-nama benda (buat di kardus seperti kartu) dengan bentuk yang diminta. Kemudian anak menempelkannya pada papan tersebut. Anak akan berpikir antara bentuk dan nama benda yang mereka ketahui.
- Seringlah bertanya “mengapa” dan “bagaimana”
Lakukan komunikasi yang baik antara anak dan orang tua. Beri ia stimulus dari pertanyaan yang terkesan sederhana. Misal, beri pertanyaan, “mengapa kamu sangat menyukai coklat?” Anak akan menjawabnya sambil berpikir alasan terkait apa yang membuatnya menyukai coklat. Hal ini juga baik dalam melihat responnya bercerita. Bisa juga beri pertanyaan, “bagaimana sih suara ayam berkokok di pagi hari?” Nah, hal ini akan beri stimulus anak dalam memperhatikan keadaan sekitar.
Itulah 4 strategi yang dapat dilakukan orang tua dalam menumbuhkan cara berpikir anak yang kritis.(Ega.Foto.Istimewa)