Jakarta,Gpriority– “ Wing Things” merupakan sebuah proyek sayap Nus Salomo untuk menemukan dan menyatakan bahasa yang mampu menyimbolkan keadaan kini manusia.
“ Wing Things” juga menjadi judul yang diangkat untuk pameran tunggalnya yang berlangsung 20 Mei hingga 14 Juni di Gedung A Galeri Nasional Indonesia. Menurut Kurator Rizki A Zaelani saat press tour dengan wartawan pada Senin Sore (20/5), Wing Things diangkat dikarenakan untuk menemukan dan menyatakan ‘bahasa’ yang mampu menyimbolkan keadaan kini manusia. Ia memilih untuk menunjukkan kemungkinan seseorang untuk ‘terbang’ dan memandang dari atas semua persoalan.
“Baginya, pilihan ini tak hanya akan mengajak setiap orang untuk menjalankan hidup, tapi juga, jika perlu, mengubahnya. Nus tidak hanya mengambil imaji sayap yang mudah dikenal publik, ia pun mencari cara untuk menghubungkan cara pengenalan mengenai saya pada daerah-daerah konvensi pemahaman yang lain. Tiap orang tentu bisa memunculkan makna mengenai karya sayap yang dinikmatinya, tak harus jadi bersifat spiritual karena mungkin saja hanya dianggap sebagai cara untuk berkhayal. Gagasan seni Nus memang terutama merambah wilayah persoalan imajinasi. Karyanya ‘membantu’ publik ataupun apresiator untuk seakan mampu menemukan bentuk representasinya secara visual,” ujar Rizki.
Dalam kesempatan tersebut, Nus Salomo memperkenalkan dirinya bahwa dirinya memiliki
Alur perkembangan karier yang tak biasa sebagai seniman. Dirinya pernah mengikuti pendidikan formal di bidang arsitektur, di ITB. Nus kemudian memilih pindah jalur menekuni teknologi animasi dan rekayasa visual secara digital di Amerika Serikat. Nus Salomo langsung berhadapan dan berkecimpung di lingkungankemajuan teknologi dan industri sinema dunia yang kian hari bergantung padakecanggihan rekayasa teknologi digital.
Pengalaman itu tak hanya membentuk landasan gagasan penciptaan karya-karyanya namun mampu meraba secara sadar lingkungan kreatif yang membangun dinamika hidup masyarakat kontemporer kini. Kemampuan teknologi digital dan ‘kecerdasan artifisial’ (artificial intelegence), bagi Nus Salmomo, tak hanya membentuk jejak-jejak pengaruhnya pada pengalaman kekinian hidup kita yang bersifat dua dimensional (melalui gambar, fotografi, sinema) tapi juga soal objek-objek konkret yang berwujud tiga dimensional. Melaluipameran ini Nus sepertinya hendak mengingatkan kita lagi pada mata rantai hidup yang kian rapat terkonstruksi jaringan teknologi dan industri imajinasi. Itulah alasan penting kenapa seorang Nus Salomo tertarik pada representasi bentuk sayap.
Tema tentang sayap, bagi Nus Salomo, punya segi pengalaman yang bersifat personal, selaintentu juga mengandung makna-makna simbolik yang bisa berlaku secara umum. Pameran ini menghubungkan berbagai gagasan dan imajinasi mengenai sayap sebagai representasi gagasan dalam rentang pengalaman yang bersifat personal dan sosial,sekaligus memberikan tanda-tanda bahwa ruangpengalaman privat dan publik dalam logika hidup masyarakat kini, tak lagi memiliki batas-batas jelas serta saling mendominasi dalam menciptakan pengaruhnyamasing-masing.
“Melalui pameran ini, Nus tidak menarik garis tegas mana yang semestinya disebut seni dan mana yang kita nyatakan sebagai objek keindahan”, ujar Rizki A. Zaelani. Nus menghubungkan keduanya semisterius mungkin bagaimana manusia berharap agar ia mampu mengenal dirinyasendiri. Ia yakin bahwa sedari awal ihwal sayap memiliki kaitan dengan harapan dan kepercayaan manusia. (Hs.Foto:Hs)