Wisata Virtual, Solusi Plesiran di Tengah Pandemi Covid-19

Bosan di rumah saja, ingin jalan-jalan namun takut terpapar Covid-19 tidak perlu khawatir, karena penyedia jasa layanan wisata pada saat ini sudah menyediakan wisata virtual.

Apa sih wisata virtual? Menurut Agnes Pantauw salah seorang owner di biro perjalanan wisata kasih bangsa yang diwawancarai via WhatsApp pada 5 September 2021, wisata virtual adalah sebuah konsep hybrid yaitu menggabungkan teknologi virtual dan pariwisata. Sehingga, pariwisata ini bisa memfasilitasi pengalaman berwisata secara virtual bagi wisatawan lokal maupun internasional, tanpa harus melakukan perjalanan keluar rumah.

“Dalam bentuk yang sering beredar, pariwisata virtual ini dapat berupa wisata melalui video tujuan wisata. “Turis” lokal maupun internasional menonton video tersebut, memanfaatkan pendengaran dan penglihatan mereka,” jelas Agnes.

Ide membuat wisata virtual dijelaskan Agnes, lahir dari tidak adanya pemasukan yang didapat oleh biro perjalanan wisata akibat pandemi Covid-19.” Ya, akibat Covid-19, pemerintah langsung menutup semua akses tempat wisata, akibatnya tidak ada pemasukan bagi kami selaku biro perjalanan wisata. Memang pada saat ini ada beberapa tempat wisata yang sudah mulai buka, tetapi dengan keterbatasan jumlah pengunjung, tidak akan mencukupi biaya operasional yang kami keluarkan sehingga,  wisata virtual atau lebih dikenal degan virtual tour tetap dipergunakan,” kata Agnes.

Lebih lanjut dikatakan oleh Agnes,  wisata virtual sendiri berada dalam tiga sistem pembayaran. Yang pertama tanpa pembayaran atau gratis, kedua, pay as u like dan terakhir biaya yang sudah ditentukan oleh pihak travel yang mengadakan virtual tour ini.” Biasanya wisatawan lebih menyukai cara pembayaran yang ke-2 yakni dengan sistem pay as u like ini. Karena wisatawan dapat membayar sesuai yang dikehendaki oleh orang tersebut. Sementara dalam sistem pembayaran biaya ditentukan oleh pihak travel maka bisa dipastikan terdapat seorang guide atau pemandu berpengalaman yang akan memandu selama berjalannya acara tersebut. Nah cara inilah yang menurut mereka terlalu membuang uang dikarenakan selama virtual yang mereka butuhkan adalah melihat pemandangan dan merasakan seakan-akan berada di sana,” tutur Agnes.

“Dengan adanya virtual tourism ini maka berwisata saat pandemi bukanlah sebuah halangan bagi masyarakat Indonesia maupun Internasional untuk menikmati destinasi-destinasi yang ada di Indonesia maupun Luar Negeri,” tambahnya.

Lantas tempat wisata mana saja yang bisa dijadikan tujuan wisata virtual. Dijelaskan oleh Agnes,  untuk Indonesia, ada museum, wisata alam, wisata realigi dan wisata bawah laut. Sedangkan untuk luar negeri lebih ke wisata museum, wisata alam dan realigi. “ Kemarin kami sempat menawarkan wisata bawah laut, namun karena minatnya berkurang maka, wisata tersebut kami hapuskan untuk yang luar negeri. Terkait dengan wisata apa di luar negeri yang paling diminati, hampir rata-rata wisata realigi ke Yerussalem. Karena berwisata ke Yerussalem menurut umat kristiani sama dengan umroh yang dilakukan umat muslim,” jelas Agnes.

Saat ditanya apakah jumlah pengunjungnya lebih besar dibandingkan offline, Agnes mengatakan tidak sebesar wisata offline, namun yang pasti dengan hadirnya wisata virtual mampu menutup pengeluaran yang dilakukan oleh biro perjalanan wisata.” Intinya kami masih bisa beroperasi di tengah pandemi Covid-19,” ucap Agnes.

Agnes sendiri berharap agar pandemi Covid-19 segera berlalu sehingga kegiatan pariwisata dapat berjalan dengan normal lagi.(Hs.Foto.dok.pribadi)