Penyakit Jamur Semakin Meningkat

Jakarta,Gpriority-DR. Dr. Anna R.M. Sp.P dari Kelompok kerja Mikosis Paru, dalam jumpa pers dalam rangka Pekan Kewaspadaan Penyakit Jamur (23-29 September 2019) di Kantor PDPI, hari ini (20/9) menjadi awal bagi infeksi jamur disebarluaskan ke Indonesia. Hal ini menjadi berarti karena Indonesia adalah surganya jamur, jadi harus lebih waspada dibandingkan negara lain.

Kondisi daerah tropis yang hangat dan lembab merupakan kondisi ideal untuk pertumbuhan berbagai spesies jamur di Indonesia. Berdasarkan data WHO, Indonesia merupakan negara ketiga dengan jumlah kasus TB Paru terbanyak di Indonesia dan diperkirakan 17.561 pasien yang berpotensi mengalami aspergilosis paru kronik dan 410 pasien yang terkena aspergilosis paru invasif di rawat di Ruang ICU. Selain paru aspergilosis, Jamur juga mengakibatkan Infeksi jamur Candida pada perempuan yang mengalami keputihan dan penyakit jamur pada mata, kulit serta otak yang belakangan ini terjadi kepada pasien HIV.

Yang menjadi pertanyaan kenapa bisa terjadi infeksi jamur dan siapa saja yang dapat mengalaminya? Prof. Dr. Anwar Jusuf Sp.P(K) mengatakan, Infeksi jamur (mikosis) sering disebabkan oleh jamur di sekitar lingkungan.

Dari jutaan spesies jamur, diperkirakan hanya ratusan spesies yang menyebabkan penyakit, antara lain: Candida, Aspergillus, Cryptococcus, Pneumocystis, Histoplasma, dermatoiita, dll. Pada individu yang memiliki daya tahan tubuh baik, biasanya jamur tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Pada kondisi tertentu yang mempermudah terjadinya infeksi (disebut faktor risiko atau predisposisi), jamur dapat menyebabkan berbagai gangguan, mulai dari infeksi jamur di permukaan kulit (mikosis superflsial), alergi kulit atau asma, hingga infeksi jamur sistemik (mikosis sistemik)” yang mengancam jiwa.

“Individu dengan kondisi daya tahan tubuh yang menurun akibat infeksi HIV, penyakit berat (misalnya pasien di ICU), penyakit kronik (misalnya diabetes, gagal ginjal, penyakit paru kronik, dan lain-lain) merupakan kelompok yang paling berisiko mengalami mikosis sistemik,” ucap Anwar Jusuf.

Lebih lanjut dikatakan Anwar, infeksi jamur saat ini telah menjadi ancaman kesehatan global mengingat peningkatan jumlah kasus akibat jamur.

Untuk itulah Anwar meminta kepada dokter agar menaruh curiga dan waspada terhadap kemungkinan infeksi tersebut. Sebab ini bisa menjadi kunci utama penegakan diagnosis dini infeksi jamur.

Selain diagnosis dini infeksi jamur, Kelompok kerja Mikosis Paru Perhimpunan Dokter Indonesia (Pokja Mikosis Paru PDPI) seperti dituturkan DR.Dr. Agus Dwi Susanto Sp. p(K) FAPSR Ketua Umum PDI telah menyusun buku Pedoman Nasional Diagnosis dan tata Laksana Mikosis Paru pada tahun 2011 dan direvisi pada 2017.

Upaya tersebut diperkuat dengan memperluas dan mengokohkan jejaring kerjasama antara berbagai pihak terkait dengan dibentuknya Pusat Mikosis Paru FKUI-RS Persahabatan di tahun 2017.
Pusat Mikosis Paru berupaya merintis pusat layanan terpadu diagnostik dan tata laksana mikosis paru dan mikosis invasif di Indonesia. Selain itu Pusat Mikosis Paru juga diharapkan bisa menjadi wahana pembelajaran pendukung bagi peserta pendidikan, sekaligus sarana pengembangan penelitian untuk riset nasional maupun kolaborasi internasional.(Hs.Foto:Hs)