Dengan Suka Cita Masyarakat Papua Merayakan HUT Pengkabar Injil ke-167

Hari ini (5/2/2022) Masyarakat Papua merayakan HUT Pengkabaran Injil ke-167.

Menurut Ketua Klasis Baliem Yalimo, Pdt Abraham Ungirwalu, guna mensyukuri HUT PI ke-167, khususnya di Lembah Baliem akan dilakukan di enam titik. Titik pertama di Jemaat Fiadolorosa di Asotipo meliputi Jemaat Kampung ir Garam sampai Welesi yang berbatasan dengan Jemaat Elim Wouma.

“Titik kedua Pugima dan sekitarnya, sampai di Tomisa, Yomogima, itu dipusatkan di Jemaat Sion Pugima. Titik ketiga adalah jemat di sekitar kota, dari Ukulebehunik, Bethel Wesaput sampai Kurulu, dipusatkan di Jemaat Ora Et Labora Potikelek,”ungkapnya.

Sementara titik keempat dilakukan mulai dari Jemaat Musaima-Batalyon sampai di Jemaat Maranatha Wetalak, Pelebaga dan sekitarnya, dipusatkan di Jemaat Marantaha Wetalak. Titik kelima di Kabupaten Lanny Jaya dipusatkan di Jemaat Bethel Tiom, sedangkan Tolikara dan sekitarnya sampai di Bokondini dipusatkan di Jemaat Solavide Bokondini (Tolikara).

“Ada enam titik perayaan HUT PI khusus untuk denominasi GKI di Tanah Papua. Sedangkan untuk Persekutuan Gereja-gereja Jayawijaya akan dilakukan secara oikumene pada hari Minggu, 6 Februari di Gedung Ukumiarek Asso,”jelasnya.

Meskipun dibagi menjadi beberapa titik, tidak mengurangi antusiasme masyarakat Papua khususnya yang berada di Lembah Baliem untuk merayakannya. Ini bisa terlihat dari banyaknya masyarakat yang hadir di titik-titik perayaan yang sudah disiapkan. ” Puji Tuhan masyarakat hadir untuk merayakan. Dan karena sekarang pandemi maka kami menyarankan untuk mematuhi protokol kesehatan. Dan mereka mau mematuhinya,” tutur Abraham.

Sementara itu di Mimika,Wakil Ketua Klasis GPI Mimika Pendeta Ferdinand Hukubun ST”Dianjurkan semua umat yang hadir dalam ibadah tetap menjaga dan mematuhi protokol kesehatan,” ujar Pendeta Ferdinand.

Momentum HUT Pekabaran Injil di Tanah Papua juga digunakan oleh GPI Klasis Mimika untuk terus menyuarakan upaya perlindungan atau proteksi warga masyarakat dari ancaman terpapar COVID-19 melalui program vaksinasi.

Pendeta Ferdinand menyebut saat ini Pemkab Mimika melalui Dinas Kesehatan setempat bekerja sama dengan fasilitas kesehatan milik pemerintah, swasta maupun TNI dan Polri mulai menyediakan vaksin penguat (booster) dengan prioritas diberikan kepada lansia usia lebih dari 60 tahun yang sebelumnya sudah menerima vaksin dosis lengkap.

Sekedar informasi, Pekabaran Injil untuk pertama kalinya masuk di Pulau Mansinam, Teluk Doreri di Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat pada 5 Februari 1855. Dan tahun ini adalah perayaannya yang ke-167.

Perayaan ini terbilang cukup istimewa bagi masyarakat Papua. Karena itu, setiap 5 Februari pemerintah Papua menetapkan hari tersebut sebagai hari libur fakultatif dan cuti bersama di seluruh Provinsi Papua dan Papua Barat.

Sejarah masuknya Injil ke Tanah Papua terbilang tidak mudah. Seperti tercatat, dibutuhkan perjuangan keras dari para penginjil yang datang ke negeri Cendrawasih ini. Penginjil yang pertama kali tiba di Pulau Mansinam ini adalah C.W Ottow dan J.G Geissler. Keduanya tiba dengan perayu tepat ketika subuh. Saat melangkahkan kaki ke tepian pantai Mansinam, mereka pun berlutut naikan doa sulung “Dengan Nama Tuhan Kami menginjak Tanah ini”. Mereka memateraikan Tanah Papua dengan berkat Tuhan serta memohon perlindungan atas mereka di tempat asing yang dihuni oleh orang-orang berkulit hitam dan kafir itu. Sejak saat itulah Ottow dan Geissler tinggal di Pulau Mansinam demi menabur Injil kepada orang-orang Papua.

Karena orang-orang Papua saat itu hidup penuh dengan kebencian, kecurigaan dan peperangan antar suku, benih Injil pun terasa sulit untuk tumbuh di hati mereka. Berbagai tantangan, sakit penyakit dan penolakan sudah dialami kedua penginjil ini. Bahkan sampai akhir hayat, keduanya masih belum bisa melihat hasil dari benih injil yang mereka sudah tanam.

Tapi kerinduan untuk terus memenangkan Papua untuk Tuhan tak berhenti di situ. Para penginjil lain terus berdatangan dan berjuang kembali untuk meruntuhkan segala budaya, kepercayaan dan kebiasaan adat istiadat yang bertentangan dengan Injil. Obor Injil yang sudah ditabur di pulau Mansinam akhirnya berlabuh sampai ke seberang lautan, di tepian pantai, pulau, hulu, hilir , lembah dan gunung-gunung Tanah Papua.

Melalui lembaga Zending yang berbasis di Belanda, dibangunlah sebuah sekolah guru jemaat di Kwawi. Tapi tantangan untuk memenangkan hati orang-orang Papua tetap ada. Amukan Perang Dunia II di Pasifik (1941-1947) memporak-porandakan semua kerja yang dilakukan oleh Zending, para utusan Zending, guru Injil dan guru sekolah peradaban yang berasal dari Sangihe Talaud dan Ambon dipulangkan kembali ke negeri asalnya. Gereja dan sekolah yang mulai tumbuh ditutup serdadu Jepang, orang Papua pun kembali hidup dalam ancaman psikis dan primordialisme.

Setelah Perang Dunia II berakhir, beberapa utusan Zending kembali ke Tanah Papua dan menghidupkan kembali pelayanan yang sudah mereka bangun dulu. Sidang Sinode yang pertama pada tahun 1956 menjadi awal dari kebangunan gereja di Papua. Lewat sidang yang panjang dan penuh perdebatan, dihasilkan keputusan untuk mendirikan Gereja Kristen Injili di Nieuw Guinea Barat.

Karena itulah, Gereja Kristen Injili (GKI) menjadi rumah tua pekabaran Injil di Tanah Papua. Gereja ini mengemban tugas dan tanggung jawab untuk menjaga kesatuan dan keutuhan iman umat Kristiani di Tanah Papua. Para kaum yang diurapi harus melakukan rekonsiliasi dengan Tuhan sebagai pemilik pekerjaan Injil dan juga harus melakukan rekonsiliasi dengan sesama pekerjanya. Agar tugas amanat Agung Kristus Yesus di dunia untuk ‘menjadikan seluruh bangsa murid dan membaptis mereka dalam Nama Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus’ bisa terwujud.(Hs.Foto.SS YouTube)