Sustainable Fashion Jadi Tren Fashion Masa Depan

Jakarta, GPriority.co.id – Beberapa tahun belakangan, dunia sibuk membicarakan dampak krisis iklim. Sejumlah organisasi internasional, pemerintah, hingga perusahaan dan komunitas didesak untuk segera beralih pada bahan dan energi alternatif yang lebih ramah lingkungan.

Kondisi ini mendorong berbagai sektor industri untuk berlomba-lomba menciptakan produk ramah lingkungan. Tidak terkecuali di bidang fashion. Fashion yang ramah lingkungan ini bahkan diprediksi akan menjadi tren di masa depan.

Semangat go green pada gaya hidup masyarakat, menjadikan semangat perubahan tren fashion yang akan berkembang ke arah ramah lingkungan.

Hal itu diungkapkan Quri Siti Mirah dari Balai Besar Tekstil (BBT) Bandung. Menurutnya, industri hijau dipahami dan dilaksanakan dalam seluruh rangkaian proses industri yang efektif dan efisien.

“Industri hijau itu mengacu pada isu global. Kebutuhan ekspor impor juga mengarah ke sana. Hubungannya nanti pada saving cost sehingga industri memerlukan industri hijau ini,” ujar Quri.

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap industri hijau sekaligus dalam merayakan hari jadi ke-100, BBT Bandung telah menyiapkan sertifikasi industri hijau untuk perusahaan.

Sertifikasi hijau dilakukan melalui serangkaian tahapan yang efeknya bertujuan menjadi produk yang memiliki daya saing. Dimulai dari pendaftaran, penunjukkaan dokumen, audit kecukupan, penunjukkan auditor, audit kesesuaian, evaluasi, penentuan kelayakan, hingga dikeluarkannya sertifikat.

Sementara itu di industri fashion, Manager Islamic Fasihon Institute (IFI) Hanni Haerani menyebutkan, pihaknya tengah mengembangkan sustainable fashion.

Sustainable fashion mengusung semangat kepedulian dan ikut andil menjadi penyelamat bumi. Termasuk di antaranya Gerakan Zero Waste dalam sustainable fashion dengan cara menjahit atau memproduksi pakaian yang tidak menghasilkan limbah.

Dalam merancang dan memproduksi fashion, tidak boleh atau setidaknya meminimalisir adanya sisa kain yang terbuang. Dengan demikian, setiap limbah kain yang tersisa dari perancangan harus digunakan atau diolah kembali sebagai aksesoris atau barang lainnya.

Mengenai sustainable fashion, sebenarnya telah dimulai sejak beberapa tahun lalu. Salah satunya pada pelaksanaan Fashion Trend 2019 di Nusa Dua, Bali yang mulai mengkampanyekan busana ramah lingkungan.

Dari situ para desainer mulai tergerak menciptakan karya-karya busana yang lebih ramah lingkungan menggunakan bahan yang mudah didaur ulang. Adapun beberapa bahan ramah lingkungan yang mulai dikembangkan saat ini, misalnya terbuat dari bahan rayon serta kayu yang disebut viscose.

Viscose rayon adalah serat benang yang berasal dari pohon dan dapat terurai secara alami. Selain untuk pakaian, viscose rayon juga dapat diterapkan ke berbagai produk lain, seperti alat rumah tangga hingga alat kesehatan dan kecantikan.

Sedangkan di Amerika Serikat, negara ini memiliki Recover Brand dalam memperkenalkan sustainable fashion. Recover bahkan mengklaim telah memakai 100 persen bahan daur ulang, mulai dari desain, produksi sampai pengemasannya.

Agar sustainable fashion ini bisa terus dikampanyekan dan menarik minat banyak orang, tentu ada beberapa hal yang tetap perlu diperhatikan. Pertama, berkaitan dengan kesejahteraan karyawan (penjahit, pengrajin, dan lainnya).

Terutama pada tahun 2021, perhatian terhadap ‘siapa yang membuat pakaian’ sangat penting. Hal ini disebabkan oleh pandemi covid-19 membatasi produksi fashion yang sebagian besar mengharuskan para karyawannya hadir secara offline. Sehingga banyak di antara mereka kehilangan pekerjaan. Oleh karena itu, konsumen mengharapkan merek yang mereka dukung juga berdampak baik secara sosial.

Kedua, perhatian pada kualitas fashion. ‘Good design is sustainable design’. Pembuatan suatu busana yang bermutu akan memiliki kekuatan keberlanjutan yang lebih tinggi.

Meskipun, ongkos produksi dan harga sustainable fashion relatif lebih mahal dibanding fast fashion. Namun desain dan kualitas sudah pasti terjamin. Sehingga konsep pakaian ramah lingkungan dapat digunakan dalam waktu yang lama.

Ketiga, tetap kreatif dan ramah lingkungan. Hal ini menggambarkan kepedulian terhadap lingkungan, baik dari sisi pemanfaatan bahan limbah, maupun dengan beralih dari menggunakan plastik yang eco-friendly.

Selain itu, para desainer saat ini juga mulai tertarik menggunakan pewarna alami, dan memberdayakan para pengrajin lokal. (Vn)