Bangkrut Usai 78 Tahun Beroperasi, Ada Apa Dengan Tupperware?

Jakarta, GPriority.co.id – Pada Rabu (18/9) kemarin, Tupperware resmi mengajukan kebangkrutan (pailit) ke pengadilan AS.

Merk perabotan rumah tangga yang sempat menjadi primadona di kalangan ibu-ibu itu pun, telah kehilangan masa kejayaannya.

Sebenarnya, Tupperware sudah berada di ambang kebangkrutan sejak tahun lalu. Tepatnya pada 10 April 2023 lalu.

Saat itu saham Tupperware anjlok hampir 50% dan keadaan itu pun disebabkan oleh kondisi keuangan yang memburuk.

Bahkan, kas perusahaan Tupperware pun tidak cukup untuk membiayai operasional. Untuk bisa tetap bertahan, Tupperware membutuhkan dana tambahan.

Menurut seorang Analisis Retail, Neil Saunders, ada 3 masalah yang dihadapi oleh Tupperware.

Pertama, jumlah penjualan Tupperware menurun drastic. Kedua, penurunan konsumen produk rumah tangga. Sedangkan yang ketiga, merek Tupperware tidak digemari konsumen usia muda.

Tupperware sendiri sempat melakukan rebranding untuk menarik pembeli yang lebih muda. Pihak Tupperware mengeluarkan produk yang lebih baru dan trendy. Sayangnya, percobaan usaha tersebut dinilai gagal.

Belum lama ini, Tupperware juga menyatakan bahwa pihaknya tidak mampu melaporkan kinerja keuangan kuartalan terbaru pada tanggal jatuh tempo yang telah ditentukan.

Selain itu, Tupperware juga tidak mampu menyelesaikan dan mengajukan laporan tahunan 2023.

Kinerja keuangan pada Kuartal III 2024 merupakan kinerja keuangan terakhir yang dapat dilaporkan pihak Tupperware.

Pada Juni 2024 kemarin, Tupperware juga berencana akan menutup pabrik satu-satunya di AS, dan mem-PHK hampir 150 karyawannya.

Dalam 3 tahun terakhir, Tupperware bahkan telah kehilangan kapitalisasi pasarnya hingga 95%. Saat ini, market cap-nya berada di angka $23,73 juta.

Selain itu, Tupperware juga diketahui memiliki utang lebih dari $700 juta (Rp10,71 triliun). Perusahaan asal AS itu diketahui mengajukan perlindungan ke pengadilan, serta meminta bantuan penasihat hukum dan keuangan karena melanggar persyaratan utangnya.

Para pemberi pinjaman sendiri telah memberikan kelonggaran mengenai syarat pinjaman yang dilanggar Tupperware. Sayangnya, keadaan Tupperware malah semakin memburuk.

Foto : Ilustrasi / Shutterstock