Jakarta, Gpriority.co.id – Amerika dan Eropa memiliki arti penting dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Sebab itu pelaksanaan diplomasi total di dua wilayah tersebut juga menjadi prioritas Indonesia. Demikian dikatakan I Gede Ngurah Swajaya, Dirjen Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri dalam Sesi 4 Dialog Publik Penyusunan Rancangan Awal RPJPN 2025-2045 dan RPJMN 2025-2029, Pembangunan Bidang Politik Luar Negeri dan Kerjasama Pembangunan Internasional yang diselenggarakan oleh Kementerian PPN/ Bappenas.
Swajaya menerangkan, hampir 33% perdagangan dunia berpusat di Amerika dan Eropa. Dua benua itu juga memutar perekonomian dunia sebesar 50%. 40% top mitra dagang Indonesia pun berasal dari Amerika dan Eropa. Sementara untuk sumber investasi dari Amerika dan Eropa tercatat 25% dan sumber wisatawan Amerika dan Eropa juga sebanyak 18%. “Emerging economies Amerika dan Eropa akan menjadi salah satu yang terbesar di dunia diantaranya, Argentina, Belanda, Brasil, Kanada, Kolombia, Meksiko, Polandia, Spanyol, Rusia dan Turki. Dua benua tersebut tercatat dihuni 1,83 penduduk yang notabene sebuah potensi,” ujarnya.
Kementerian Luar Negeri sendiri memiliki strategi diplomasi tersendiri untuk benua Amerika dan Eropa. Diantaranya ialah Diplomasi Perlindungan, Diplomasi Kedaulatan dan Kebangsaan, Diplomasi Ekonomi, Diplomasi Citra Positif serta melakukan penguatan infrastruktur diplomasi juga berkontribusi untuk kawasan global. Pemerintah pun telah melakukan pemetaan negara kawasan Amerika dan Eropa khususnya dengan membagi jenis mitra. Diantaranya Mitra Unggulan yang merupakan prioritas pertama dalam kerjasama ekonomi, perlindungan dan kedaulatan, kawasan dan global. Sementara prioritas kedua ialah kerjasama membangun imej.
Adapun untuk mitra potensial menurutnya prioritas pertama langkah yang dilakukan ialah kerjasama ekonomi, perlindungan dan imej serta prioritas kedua langkahnya dengan kerjasama kawasan dan global serta kedaulatan. Sedangkan untuk mitra emerging langkah yang dilakukan dalam prioritas pertama yakni dengan kerjasama imej dan softpower kawasan serta global juga perlindungan. Kemudian langkah prioritas kedua melakukan kerjasama ekonomi dan menjaga kedaulatan.
Indonesia juga tengah memanfaatkan forum INA-LAC Business Network serta INA-ACCESS yang dikembangkan Kementerian Luar Negeri. Dengan forum tersebut actor non-negara dapat berperan mendukung diplomasi ekonomi Indonesia. INA-LAC Business Network juga mampu mempromosikan hubungan ekonomi dan perdagangan antara Indonesia dan negara kawasan Latin Amerika serta Karibia. Termasuk dapat mendorong dialog dan kerjasama antar sektor bisnis, khususnya di bidang perdagangan, parwisata dan investasi. Sementara pemangku kepentingan seperti KADIN diharapkan dapat mendorong interaksi dengan pengusaha kawasan Amerika Latin dan Karibia, khususnya melalui INA-LAC Business Network.
Sementara itu, Rijani Tirtoso, Direktur Eksekutif Lembaga Pembiayaan Ekspor Impor RI (LPEI) menjelaskan, diplomasi ekonomi yang dilakukan LPEI ialah melalui National Interest Account (NIA) yang ditujukan untuk mendukung eksportir industry strategis melakukan penetrasi ke negara non tradisional. Adapun diplomasi ekonomi yang difasilitasi LPEI untuk pelaku UMKM diwujudkan melalui peningkatan konektivitas ke pasar global dengan pameran berskala internasional, hub building melalui diaspora network serta digitalisasi via global marketplaces.
LPEI pun menurutnya melakukan diplomasi budaya termasuk kuliner melalui people to people cultural interaction dengan mendukung terwujudnya konektivitas pariwisata di Mandalika dan Labuan Bajo serta inisiasi Indonesia spice-up the world. Terkait harapan dalam penyusunan RPJPN dan RPJMN LPEI menyarankan perlu disusun national export roadmap agar strategi pengembangan ekspor dari masing-masing K/L dapat terkonsolidasi yang dimulai dengan perencanaan yang fokus, implementasi dan monitoring yang optimal. (PS)