Mengenal Raja Bone ke-9 “La Pattawe Soreang Matinroe ri Bettung Bulukumba”

Bulukumba,GPriority.co.id – Bupati Bone Dr. H. A Fahsar M. Padjalagi, M.Si didampingi wakil bupati Bone Drs. H. Ambo dale, MM baru saja berziarah ke makam Raja bone ke-9 La Pattawe’matinroe ri bettung yang terletak di desa dampang kecamatan gantarang kabupaten bulukumba.

Sedikit menengok sejarah Raja Bone ke-9, La Pattawe Soreang Matinroe ri Bettung Bulukumba adalah raja Bone ke-9 yang memerintah selama 37 tahun, yaitu mulai tahun 1565-1602. Ia menggantikan sepupunya La Inca Matinroe Risapana na. Pengangkatan La Pattawe sebagai raja diprakarsai oleh pamannya Arung Majang dengan persetujuan orang banyak. Berdasarkan catatan Lontara Akkarungeng ri Bone, bahwasanya kerajaan Bone di bawah pemerintahan La Pattawe tidak terlalu banyak disebut dalam pemerintahannya, juga tidak diberitakan adanya perang atau serangan militer Gowa ke Bone.

Hanya dikatakan bahwa, raja Bone La Pattawe pergi ke Bettung Bulukumba dan di situlah beliau wafat karena sakit. Dan pada masa itu wilayah Bulukumba dalam penguasaan Gowa.
Sehingga keberadaan raja Bone La Pattawe di Bulukumba patut diduga, bahwa hubungan Gowa dan Bone di masa pemerintahan La Pattawe cukup harmonis, karena pada masa itu Bulukumba merupakan wilayah kekuasaan kerajaan Gowa. Namun yang menjadi catatan, bahwasanya di Bulukumba terdapat juga makam keturunan raja Bone La Pattawe yang bernama La Mappapenning. Keberadaan La Mappapenning di Bulukumba ketika terjadi perang Bone melawan Belanda tahun 1905. Dalam perang tersebut Bone mengalami kekalahan di bawah pimpinan raja Bone La Pawawoi Karaeng Sigeri .

Dengan kekalahan itu banyak tokoh pejuang kerajaan Bone yang tidak mau tundak diperintah oleh Belanda. Salah satunya adalah La Mappapenning yang merupakan panggoriseng (keturunan) raja Bone ke-9 yakni La Pattawe Daeng Soreang. Konon, La Mappapenning bersama anggota laskarnya bertempur melawan Belanda di Daratan Wilayah Tanjung Pattiro, namun kalah persenjataan ditandai gugurnya sejumlah laskarnya. Akhirnya ia memilih mundur setelah ia sendiri menderita luka-luka, sekujur tubuhnya terkena mesiu tentara Belanda.
Kemudian La Mappapenning bergerak ke arah laut Teluk Bone dengan perahunya ia memilih menyingkir ke tempat daerah di mana leluhurnya dimakamkan yaitu Bettung Bulukumba. Namun dalam pelayaran itu perahunya dihantam gelombang besar sehingga merenggut jiwa sang pejuang itu. Sepanjang pelayarannya menuju Bettung Bulukumba, perahunya tidak bisa mendekat di pantai, karena tentara Belanda mengikutinya hingga pantai timur Balannipa Sinjai. Hanya mayatnya didapat terapung dan terbawa arus laut ke bibir pantai Bulukumba.

Meskipun hanya mayatnya yang ditemukan, akan tetapi mudah dikenali karena ada identitas panggoriseng di saku celananya kalau ia bernama La Mappapenning sehingga masyarakat setempat memakamkannya di daerah tersebut. Karena ia meninggal di laut sehingga ia digelar La Mappapenning Matinroe ri Tasi’na (La Mappapenning yang meninggal di laut). Kompleks Makam tokoh Bugis Bone La Mappapenning Petta Matinroe ri Tasi’na saat ini berada Kelurahan Kasimpureng, Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba.
(noz/dok.fotobone.go.id)