Menghindari Medsos, Remaja Eropa Beralih ke Dumbphone

Jakarta, GPriority.co.id – Para remaja di Eropa dan Amerika Serikat beramai-ramai melakukan detoksifikasi medsos (media sosial). Mereka mengganti smartphone mereka ke dumbphone, karena merasa khawatir dengan waktu mereka yang banyak terbuang berkat smartphone.

Apa itu dumbphone?

Dumbphone sebenarnya istilah dari handphone yang hanya mendukung fungsi terbatas seperti telepon genggam di era 90-an sampai awal 2000-an. Dumbphone hanya bisa dibuat untuk telepon, sms, sampai mendengarkan radio tanpa terhubung internet atau aplikasi.

Di Eropa dan Amerika Serikat, dumbphone menjadi fenomena baru karena masyarakat sana khususnya kalangan remaja, ingin melakukan detoksifikasi digital atau menghindari medsos.

Selain itu, mereka juga ingin kembali bernostalgia dengan ponsel jadul. Tidak hanya kalangan remaja, orang dewasa di Eropa dan Amerika Serikat juga ikut menjadi bagian dari fenomena dumbphone tersebut.

Mendukung fenomena dumbphone, produsen ponsel Nokia pun kembali memproduksi model lamanya, yaitu Nokia 3310 dengan desain terbaru namun fungsinya tetap sama.

Disisi lain, Human Mobile Devices, perusahaan dibalik terciptanya ponsel merk Nokia, belum lama ini dilaporkan berkolaborasi dengan Mattel, untuk meluncurkan Flip Phone bertema Barbie, yang diberi nama ‘dumbphone’.

Flip Phone Barbie ini bergaya retro, memiliki kamera, alarm, pemutar MP3, hingga fitur SMS dan panggilan dasar. Sama seperti dumbphone lainnya, Flip Phone Barbie juga  belum dilengkapi dengan fitur untuk berselancar di dunia maya, alias belum bisa dipakai untuk internetan. Itulah mengapa kemudian ponsel ini disebut sebagai ‘dumbphone’.

Saat ini dumbphone yang juga punya istilah simplephone atau feature phone, berhasil terjual sebanyak 98.600 ponsel di Kanada pada tahun 2023 lalu.

Angka tersebut meningkat 25% dari tahun sebelumnya. Bahkan saking besarnya fenomena dumbphone, menurut BBC 1 dari 10 orang pengguna ponsel di Inggris, pasti memiliki dumphone.

Di Inggris, penelitian oleh Ofcom memperkirakan bahwa sekitar seperempat anak-anak berusia lima hingga tujuh tahun sekarang memiliki telepon pintar mereka sendiri.

Beberapa penelitian telah menunjukkan adanya kaitan antara penggunaan media sosial dengan dampak negatif terhadap kesehatan mental, khususnya pada anak-anak.

Foto : Ilustrasi/GettyImages