Pemerintah Kabupaten Belitung Timur, Bangka Belitung, dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mendukung program pemerintah jadikan jalur rempah nusantara masuk UNESCO Global Geopark di tahun 2024.
Hal tersebut dikatakan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Beltim Evi Nardi, saat Seminar Nasional Rempah dalam rangka kegiatan Jelajah Pesona Jalur Rempah tahun 2021 di GOR Belitung Timur, Kecamatan Damar, Jum’at (29/10/21).
Ia mengatakan, jalur rempah masuk UNESCO Globar Geopark tersbut merupakan program dari Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi.
Seminar menghadirkan narasumber yang berkompeten mulai dari Ahli Arkeolog-Keremalog Prof. Ris Naniek Harkantiningsih, Pakar Sejarah Maratim Prof. Dr. Singgih Trisulistiono dan juga Arkeologis dari ARKENAS Sonny Christophorus Wibisono.
“Kalau Cina sudah ditetapkan menjadi Jalur Sutera UNESCO Global Geopark, sedangkan kita ketinggalan satu langkah. Makanya kita harus fokus mendukung langkah Kemendikbudristek RI untuk menjadikan jalur rempah masuk jadi UNESCO Global Geopark,” kata Evi.
Sesuai data dari Dirjen Kebudayaan Mendikbudristek, Evi menyebutkan ada 20 titik awal rekonstruksi jalur rempah di Indonesia. Tersebar luas mulai dari Raja Ampat di Indonesia Bagian Timur hingga Banda Aceh di Indonesia Bagian Barat.
“Kita Belitung Timur masuk yang ke 12 dari Rekonstruksi Jalur Rempah, rempah andalan kita adalah lada dan sepam. Lada kita atau khususnya dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dari dulu sampai saat ini diakui menjadi yang terbaik di dunia,” ungkap Evi.
Wakil Bupati Beltim, Khairil Anwar mengatakan kegiatan seminar tersebut merupakan suatu hal yang sangat monumental dalam menjejaki kembali sejarah posisi penting Belitung Timur terhadap jejaring perniagaan rempah global, atau dengan nama lain Jalur Rempah.
“Dalam kesempatan ini, kita akan melihat kembali masa lalu. Namun, bukan hanya menjadi sebuah kenangan semata, ragam peristiwa dalam sejarah jalur rempah adalah sebuah kombinasi pengetahuan, ekonomi dan diplomasi kebudayaan berupa jalur, jejak dan masa depan,” tandasnya. (Dw.foto.dok.Disbudpar Beltim)