Rencana Pembangunan Lima Tahun, Indonesia Gelar Diskusi Mengenai SDG 2

Jakarta,Gpriority-BAPPENAS, United Nation (UN), Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) dan Global Initiatives bersama-sama menyelenggarakan RESPONSIBLE BUSINESS FORUM 2019 yang melibatkan ratusan perusahaan nasional dan multinasional. RBF 2019 dilaksanakan pada 5 – 6 November 2019 di The Pullman Jakarta Indonesia ,Thamrin CBD.

Dalam RBF kali ini, pemerintah akan meminta masukan sektor swasta tentang inovasi pangan bagi Indonesia demi pemenuhan Target Pembangunan Berkelanjutan nomor 2 (SDG 2). Forum ini mengidentifikasi inisiatif SDG 2 yang ada, menetapkan prioritas untuk pemerintah, sektor swasta dan LSM, dan menguraikan tujuan dan target untuk Rencana Aksi Nasional.

Empat diskusi roundtable tentang tanaman pangan pokok, tanaman industri dan tanaman bernilai tinggi, protein hewani, dan gizi buruk akan menjadi area fokus utama dalam mengembangkan Rencana Aksi Nasional.
Dalam The Future Is Now Science For Achieving Sustainable Development Mantan Perdana Menteri Norwegia, Gro Harlem Brundtland memaparkan bahwa tujuan pembangunan berkelanjutan mencakup semua aspek kehidupan dan perkembangan manusia- mulai dari kesehatan, pendidikan dan lingkungan hingga perdamaian, keadilan, keamanan, dan kesetaraan.

Diskusi ini menyerukan tindakan pada SDG 2: 1) semua pemangku kepentingan harus bekerja untuk membuat perubahan susbtantial untuk infrastruktur yang ada, bekerja untuk membuat perubahan besar pada infrastruktur, kebijakan, peraturan, norma dan preferensi yang ada sehingga dapat beralih ke sistem pangan dan gizi yang mendorong kesehatan universal yang baik dan menghilangkan malnutrisi sambil meminimalkan dampak lingkungan; 2) negara-negara harus bertanggung jawab atas seluruh rantai nilai yang terkait dengan konsumsi makanan mereka sehingga dapat meningkatkan kualitas, membangun ketahanan dan mengurangi dampak lingkungan, dengan negara-negara berkembang pertumbuhan pertanian berkelanjutan di negara-negara berkembang.

Sonya Dewi dan Silvia Irawan menjadi panel dalam diskusi agroforestry. Ketika dipraktikkan secara berkelanjutan, agroforestry dapat mengurangi konflik atas penguasaan lahan, meningkatkan mata pencaharian, meningkatkan ketahanan pangan dan meningkatkan asupan nutrisi, menambah cadangan karbon tanah dan di atas tanah, meningkatkan keanekaragaman hayati (termasuk keragaman genetik), menghemat air dan membangun ketahanan secara keseluruhan.
Sonya Dewi, koordinator negara dan peneliti dalam kelompok konsultasi agriculture menyadari bahwa penting meningkatkan kesejahteraan petani dan perlu menggunakan pendekatan multisektoral karena semua saling terhubung.

Silvia Irawan, executive director Yayasan INOBU menerapkan penelitian bersama petani dan pemerintah daerah. Saat ini Yayasan INOBU membantu para petani di Kalimantan Timur dan Papua Barat. Yayasan INOBU membantu para petani di Papua Barat dalam mencari akses untuk menjual komoditas setempat ke luar negeri.

Laporan hasil dari forum akan berkontribusi pada rencana pembangunan lima tahun Indonesia berikutnya dan memandu Gugus Tugas Nasional untuk SDG 2. (Mila)