Sejarah Sisir Bambu Huer, Sisir yang Masuk Nominasi API 2023

Penulis: Aflaha Rizal Bahtiar | Editor: Lina F | Foto: Kikomunal-indonesia.dgip.go.id

Jakarta, GPriority.co.id – API Awards (Anugerah Pesona Indonesia) kembali digelar tahun ini, yang diselenggarakan oleh Ayo Jalan Jalan Indonesia sejak tahun 2016. Anugerah ini terhitung sudah banyak dampak positif bagi pariwisata Indonesia, mulai dari potensi daerah, kekayaan, hingga kebudayaan.

Salah satu kebudayaan yang masuk dalam nominasi API Awards 2023 adalah Kabupaten Fakfak, Papua Barat, yakni Sisir Bambu (huer). Untuk Sisir Bambu, sisir ini merupakan kebudayaan yang ada di Kabupaten Fakfak.

Ada sejarah dibalik sisir bambu tersebut yang masuk nominasi API 2023. Simak selengkapnya.

Merupakan sisir yang dipakai oleh suku Mbaham Matta

Pembuatan sisir ini dimulai dari bambu, kemudian dibersihkan dan dibelah agar memiliki gigi seperti halnya sisir. Setelah itu, diberi potongan selang air di sela gigi agar gigi sisir tetap membuka alias tak mengatup.

Selain itu, proses pemotongan bambu kurang lebih 15cm (10cm di atas buku bambu dan 5cm di bawah buku bambu). Bambu yang telah dipotong ini kemudian dipilah menjadi 7-8 dalam satu potongan. Sebelum dipilah, bagian atas bambu dibatasi dengan ikatan tali agar pada saat diproses pilahan kayu tidak rusak seluruhnya.

Huer atau sisir bambu adalah wujud karya yang terbuat dari sumber daya alam hasil hutan. Jenis tumbuhan bambu yang dipilih pada pembuatan sisir ini ada pqarat, yang merupakan sebutan dari bahasa iha.

Kerajinan daerah ini diberi nama huer atau ‘tancap’. Dalam sejarahnya, huer telah dilakukan oleh leluluh Mbaham Matta, yang menjadi simbol dan identik dengan kaum perempuan sejak zaman dulu hingga sekarang secara turun-temurun. Pada kehidupan sehari-hari, suku Mbaham Matta menggunakan sisir huer sebagai alat sisir rambut, bahkan menjadi aksesoris yang ditancap di kepala pada saat melakukan pentas tari.