
Jakarta, GPriority.co.id – Menjadi salah satu fokus produk yang dipamerkan dalam acara Pameran WARISAN 2022 pada 24-28 Agustus 2022 di JCC Senayan, mutiara merupakan perhiasan bernilai harga sangat tinggi yang menjadi salah satu komoditas yang dihasilkan Laut Selatan Indonesia.
Untuk mengubah mutiara menjadi sebuah perhiasan seperti kalung, cincin, atau anting rupanya membutuhkan waktu yang lama, yakni sekitar 2 hingga 4 tahun. Hal ini diungkapkan oleh salah satu pelaku usaha mutiara asal Lombok, Ibu Vidi.
“Proses dari loose pearl sampai jadi perhiasan butuh 2 sampai 4 tahun. Karena proses alaminya, melapisi pearl nya itu yang buat lama. Jadi kerang itu mengeluarkan nakreas pelan-pelan di nukleus yang diinsersi. Makanya dia butuh waktu lama,” jelas Ibu Vidi saat ditemui di stan nya yang memamerkan perhiasan mutiara pada Pameran WARISAN 2022, Kamis (24/08).
Dia menambahkan bahwa proses tersebut bisa saja lebih cepat, namun hal itu akan mempengaruhi kualitas dari mutiara yang dihasilkan. Pasalnya waktu panen yang sebentar akan berpengaruh pada nakreas yang melapisi mutiara.
Semakin tipis nakreas mutiara, berarti kualitasnya semakin rendah. Begitu pula harga jualnya. Sebaliknya, semakin lama proses nakreas terlapisi dengan sempuarna, maka semakin tinggi juga kualitas yang dihasilkan dan harga jualnya pun akan lebih mahal.
Nakreas pada mutiara adalah lapisan paling dalam yang tersusun atas kalsit atau karbonat yang tipis dan tampak mengkilap. Lapisan nakreas berfungsi sebagai tempat terbentuknya mutiara. Lapisan ini sangat berpengaruh terhadap tingkat kualitas dan harga jual mutiara.
Secara umum kualitas terbaik mutiara yang dijadikan perhiasan berharga tinggi dikategorikan ke dalam grade A dan grade B. Adapun grade pada mutiara ini ditentukan berdasarkan 5 komponen, yakni shine, shape, surface, size, dan shade atau disebut 5S.
Shine mengacu pada kilauan dari mutiara. Mutiara yang berkualitas dihasilkan dari lapisan mutiara yang tebal, Lapisan mutiara yang tebal ini hanya bisa didapat melalui waktu panen yang tepat.
“Misalnya panen dilakukan sebelum waktunya, maka lapisan mutiara yang dihasilkan itu tipis, sehingga mutiara itu tidak berkilau. Jadi lapisan nakreas nya seperti nama kita kan nacrea jewerly dari kata nakreas. Semakin tebal lapisannya, maka semakin baik kilaunya.”
Selanjutnya ada surface atau permukaan. Permukaan mutiara yang tidak rata, seperti terdapat rongga atau cekungan akan mempengaruhi kualitas kilau mutiara. Semakin tidak rata atau banyaknya rongga pada permukaan mutiara, maka akan semakin berkurang kilaunya.
Sementara shape atau bentuk mutiara dengan kualitas yang baik adalah yang berbentuk bulat sempurna. Semakin tidak sempurna bentuk bulat mutiara, kualitasnya akan semakin rendah.
Sedangkan shade merupakan kualitas mutiara berdasarkan warna. Sama halnya seperti gem stone lain, mutiara dengan warna yang lebih intens seperti warna putih atau emas, harganya akan lebih tinggi dibandingkan mutiara dengan intensifikasi warna-warna pertengahan, seperti kuning muda atau kuning.
Terakhir adalah size atau ukuran mutiara. Harga mutiara sendiri dihitung berdasarkan gramasi. Oleh karena itu mutiara berukuran besar harganya lebih mahal karena gramasinya lebih berat.
“Jadi dari 5 itu kalau misalnya memenuhi semua itu masuknya ke grade A. Kalau misalnya ada yang tidak terpenuhi, misalnya dari shape nya bukan bulat, itu masuknya ke grade B.” katanya.
Hal ini juga yang menyebabkan mutiara alam memiliki harga sengat mahal. Sebab, kualitas mutiara dipilih secara acak. Baik pelaku usaha maupun pemanen mutiara tidak bisa menentukan kualitas seperti apa yang ingin dihasilkan oleh kerang.
“Dari sekali pameran sampai 100 kilo, mungkin warna putih atau deep gold itu kurang dari 5% atau 10% saja. Sisanya itu warna warna champagne atau warna lain. That’s why warna putih dan warna gold itu harganya lebih tinggi.”
Mutiara-mutiara di Indonesia biasanya di dapat dari perairan Laut Selatan atau disebut south sea pearl, berasal dari jenis kerang pinctada maxima yang merupakan jenis kerang terbanyak yang menghuni Laut Selatan.
Mutiara dengan kualitas grade A dan B ini selanjutnya akan dipadukan dengan emas atau berlian untuk dijadikan berbagai perhiasan. Adapun perhiasan-perhiasan tersebut memiliki beragam desain sesuai permintaan dan target pasar. Mulai dari yang sederhana hingga rumit. (Vn)