Berdakwah di Dunia Maya Harus Menyejukkan Hati

Kendari,Gpriority-Nabi Muhammad SAW pernah mengajarkan pada kita bagaimana cara berdakwah yang baik disukai banyak orang dan tidak menimbulkan permusuhan. Caranya adalah berdakwah secara bijak dan mampu menyejukkan hati pendengarnya. Hal inilah yang akan dibahas dalam Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi, yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo, dilaksanakan secara virtual pada 30 Juni 2021 di Kendari, Sulawesi Tenggara dengan tema Dakwah yang Ramah di Internet”.

Program kali ini menghadirkan 640 peserta dan empat narasumber yang terdiri dari Dosen dan Pemerhati Media Dakwah, Ust. Dr. Rubiyanah; Founder Relawan Oke, Mohammad Ali Sopyan; Pegiat Literasi, Diah Fahri Sahada, SH. I; dan Founder Gorontalo Baik, Ririn Afitri Tatu. Adapun yang bertindak sebagai moderator adalah Arin Swandari selaku penulis. Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi menargetkan peserta sebanyak 57.550 orang.

Pemateri pertama adalah Ririn Afitri Tatu yang membawakan tema “Bijak di Kolom Komentar”. Menurut dia, seperti di dunia nyata, di dunia maya kita juga perlu belajar menempatkan diri di posisi orang lain. “Kita harus sadar sepenuhnya sebagai manusia bahwa yang dibagikan di internet akan berdampak pada diri kita sendiri. Perlakukan semua orang sama pentingnya,” katanya.

Berikutnya, Ali Sopyan menyampaikan materi berjudul “Literasi dalam Berdakwah di Dunia Digital”. Dia mengatakan, tingkatkan kapasitas diri dengan membaca untuk menyampaikan dakwah yang positif, mudah diterima dan dicerna oleh generasi Y dan Z. “Selain itu, pendakwah harus berhati-hati dengan politik karena tercermin dari berdakwah. Setiap orang memiliki hak berpolitik tapi harus memisahkan politik dalam berdakwah,” ujarnya.

Sebagai pemateri ketiga, Ust. Dr. Rubiyanah membawakan tema tentang “Pemanfaatan Internet untuk Menyebarluaskan Dakwah Bagi Pemuka Agama”. Menurut dia, dakwah di media sosial tidak terikat ruang dan waktu serta biayanya lebih terjangkau. Meski begitu, ada etika dalam bermedia sosial seperti tidak menyinggung SARA, tidak mencemarkan nama baik seseorang maupun menyebarkan hoaks. “Dampak konten negatif keagamaan di internet, salah satunya jika menyinggung SARA dapat merusak persatuan dan kesatuan bangsa,” tuturnya.

Adapun Diah Fahri Sahada, SH.I, sebagai pemateri terakhir, menyampaikan tema mengenai “Tips dan Pentingnya Berinternet Sehat”. Dia mengatakan, bermedia sosial layaknya berperilaku di dunia nyata, maka berkomentarlah yang baik atau lebih baik diam. “Seperti tubuh membutuhkan makanan sehat, pikiran membutuhkan konten baik agar menjadi asupan baik untuk sel-sel otak,” terangnya.

Setelah pemaparan materi oleh semua narasumber, kegiatan tersebut dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu moderator. Terlihat antusiasme dari para peserta yang mengirimkan banyak pertanyaan kepada para narasumber. Panitia memberikan uang elektronik senilai Rp100.000 bagi 10 penanya terpilih. Program Literasi Digital mendapat apresiasi dan dukungan dari banyak pihak karena menyajikan konten dan informasi yang baru, unik, dan mengedukasi para peserta. Kegiatan ini disambut positif oleh masyarakat Sulawesi. “Bagaimana menyikapi orang berkomentar negatif yang dapat menyinggung agama lain dan cara kita meresponnya?” tanya salah satu peserta webinar Literasi Digital di Kendari, Bintang Karunia Akbar.

Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi akan diselenggarakan secara virtual mulai dari Mei 2021 hingga Desember 2021 dengan berbagai konten menarik dan materi yang informatif yang disampaikan narasumber terpercaya. Bagi masyarakat yang ingin mengikuti sesi webinar selanjutnya, informasi bisa diakses melalui https://www.siberkreasi.id dan akun sosial media @Kemenkominfo dan @siberkreasi, serta @siberkreasisulawesi khusus untuk wilayah Sulawesi.(Hs.Foto.dok.DyandraPromosindo)