Jakarta,gpriority.co.id – Kawasan peternakan Cibugary (Cibubur Garden Dairy) di Pondok Ranggon, Jakarta Timur, berubah menjadi kawasan wisata edukatif untuk anak-anak sekolah yang lebih ingin mengenal dan dekat dengan proses cara pembuatan susu sapi.
Peternakan sapi perah Cibugary yang dikelola secara turun-temurun sejak zaman Belanda, kini sudah memasuki generasi keempat di tangan pengelola yang sekarang, Rachmat Hidayat Al Baghory.
Arus alih fungsi lahan dan pembangunan yang pesat di Jakarta, membuat peternakan keluarga Rachmat harus dipindahkan berdasarkan SK Gubernur Tahun 1986 dan Rachmat beserta keluarga pindah ke daerah Jakarta Timur. Ketika dijumpai oleh GPriority, Rachmat menceritakan tentang sejarah dibangunnya peternakan yang sudah ia kembangkan sejak tahun 1993.
“Kita pindah dari Kuningan di tahun 1990, disediakan lahan 11Ha di sini (Pondok Ranggon). Saya sendiri sudah biasa main sama sapi dari kecil, karena peternakan ini sudah ada di zaman Belanda, zaman kakek saya, terus ke orang tua saya,” kata Rachmat dalam wawancaranya.
“Tahun 90’ itu baru pindah sebagian, kita selesai pindahan kira-kira di tahun 1993. Kita mengusahakan lahan yang lebih luas untuk sapi-sapi kita, tetapi cuma dikasih 11Ha. Dari itu, 9Ha dipake untuk peternakan yang mengelola 20 kandang sapi dengan sistim beli dan sisanya dipake ke Pemda DKI.” Tambahnya.
Rachmat menjelaskan bahwa dahulu kala untuk kebutuhan pakan sapinya ia mencari rumput dari lahan-lahan kosong di sekitar Jakarta. Karena sudah semakin langka untuk beberapa tahun terakhir ia kemudian membelinya dari Bogor.
Namun sebagai satu-satunya peternakan sapi perah yang bertahan di kawasan ibukota negara, terlebih lagi dikelola oleh anak betawi, peternakan sapi perah Cibugary butuh perhatian lebih dari Pemda DKI.
Awal mula tercetus ide untuk membuat peternakan Cibugary menjadi kawasan wisata edukatif ialah ketika Rachmat melihat anak-anak sekolah sekitar tempat peternakannya datang dan tertarik dengan sapi.
“Dulu banyak anak-anak sekitar yang masuk ke dalam kandang. Setelah itu saya bilang ke orang tua untuk dibuat tiket yang mau masuk dan lihat sapi. Namun karena kalau sendiri-sendiri itu kayaknya gak mungkin, jadi saya buat paket sekalian ngajarin anak-anak untuk merawat dan merah sapi.” Ujar Rachmat.
Sejak saat itu, kawasan wisata edukatif sapi perah Cibugary diresmikan di tahun 1996 dan hingga saat ini dikenal luas di seluruh masyarakat Indonesia dan mancanegara seperti Italia, Prancis, Australia, Thailand, dan Bangladesh.(Hn.)