HBBI 2018 Bukti Pemerintah Tidak Membedakan Masyarakat

Jakarta, Gpriority- Untuk pertama kalinya event Hari Bahasa Isyarat Internasional (HBII) 2018 digelar pada tanggal 22-23 September 2018. Pemilihan tanggal 23 September sendiri bukan tanpa alasan karena memiliki arti tersendiri.

Ditetapkannya tanggal 23 tersebut agar bertepatan dengan tanggal kongres pertama tuli dunia yang jatuh pada 23 September tahun 1951 di Italia, yang merupakan hasil diskusi dari World Federation of the Deaf dan PBB.

Menteri Komunikasi dan Informatika, dalam sambutannya menyampaikan, tanggal 23, kita merayakan Hari Bahasa Isyarat Internasional. Peringatan ini menjadi bukti bahwa pemerintah tidak membedakan masyarakat Indonesia yang berkebutuhan khusus maupun yang tidak. Karena, dimata pemerintah semua masyarakat Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Demikian halnya di sektor kominfo. Ada beberapa kebijakan Kominfo yang ditujukan kepada masyarakat yang berkebutuhan secara khusus. Kebijakan yang dimaksud adalah bahasa isyarat televisi harus ada di serial televisi yang izinnya diberikan oleh Kominfo. Memang, tidak bisa secara langsung sekaligus namun dilakukan secara bertahap karena televisi di Indonesia ini jumlahnya ratusan terutama lokal. Selain kebijakan di televisi, juga kebijakan-kebijakan lainnya.

Kominfo melalui Bakti (Badan Layanan Umum Telekomunikasi) di bawah Kominfo mendukung Jambore TIK (teknologi informasi dan komunikasi) untuk teman-teman berkebutuhan khusus. “Tadi juga saya tanya pada teman-teman, apakah ada teman-teman yang mau bekerja langsung di Kominfo? Mengapa tidak? karena saya meyakini Tuhan itu memberikan kesempurnaan kepada manusia. Mungkin membutuhkan hal khusus di satu bidang tapi pasti Tuhan memberikan kelebihan, kemampuan di bidang lainnya,” ujarnya saat menyampaikan sambutan dalam Peringatan Hari Bahasa Isyarat Internasional 2018, di Ruang Serbaguna Kantor Kementerian Kominfo, Minggu, (23/09/2018).

Dalam dunia TIK atau pengembangan internet berbasis ekonomi digital, semua aktivitas-aktivitas ekonomi kita berbasis digital. Makin banyak aktivitasnya, maka nilainya makin besar.

“Dulu kita mangantongi uang cash kalau mau beli sesuatu. Tetapi sekarang bayar pakai ponsel. Semua aspek kehidupan kita itu mulai beralih ke digital yang utamanya aspek kegiatan ekonomi dan sosial. Karenanya ada yang kita sebut sekarang media sosial,” imbuhnya.

Tak hanya itu, Menkominfo juga turut menyampaikan bahwa percakapan pun pada saat ini lebih banyak menggunakan messaging sistem.Teknologi ini tentunya tidak membedakan umat manusia, baik teman-teman mempunyai kebutuhan khusus maupun diluar sana, semuanya dapat menggunakan teknologi tersebut dengan baik. “Saya melihatnya justru ini adalah peluang bagi kita semua, bagaimana teman-teman yang katakanlah disini berkebutan khusus tuna rungu yang menggunakan bahasa isyarat dan sebagainya, justru bisa berpartisipasi dalam pengembangan ekonomi digital Indonesia,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Menkominfo Rudiantara mengungkapkan bahwa tadi ia telah berbicara kepada teman-teman apakah sudah pernah membuat kegiatan yang kalau di dunia internet disebutnya hackhaton? Hackhaton itu adalah lomba membuat program. Mengapa kita tidak membuat lomba atau melaksanakan program? Bagi teman-teman, saya sebetulnya tidak ingin mengkhususkan hackathon ini bagi teman-teman. Karena, khususnya bagi saya kegiatan hackhaton ini bagi teman-teman. Karena semua manusia adalah sama.

Maka dari itu, untuk langkah konkretnya, Menkominfo mengusulkan kepada seluruh jajaran sivitas internal Kominfo, untuk membuat semacam coding setelah ada beberapa teman-teman yang bisa coding mengikuti hackathon. Hackathon ini bukan hanya untuk teman-teman tetapi bagi teman-teman yang sudah belajar coding ikut hackhathon umum. “Kita tunjukkan kepada siapapun di Indonesia bahwa teman-teman mempunyai kebutuhan khusus juga memiliki kelebihan dan kemampuan yang tidak dimiliki oleh orang lain,” demikian tutur Menteri Rudiantara.

Berbicara soal penyandang disabilitas, Menteri Rudiatara juga mengisahkan soal sosok penyandang disabilitas yang terkenal melalui tulisan-tulisannya. Kita semua pastinya mengenal Stephen William Hawking, ia luar biasa jenius, tetapi harus duduk diatas kursi roda untuk membuat tulisan. Seluruh penjuru dunia pun telah mengakui kehebatannya.

“Teman-teman pastinya memiliki kelebihan yang tentunya tidak saya miliki, begitulah Tuhan menciptakan manusia. Sekali lagi saya ucapkan Selamat Hari Bahasa Isyarat Internasional dan terima kasih kepada teman-teman sivitas internal kominfo, kepada panitia penyelenggara, seluruh stakeholder terkait dan para komunitas yang telah rela meluangkan waktunnya padahal ini hari libur untuk kemajuan bagi Indonesia yang kita cintai,” tandasnya.

Senada dengan Menkominfo, menurut Ketua Panitia HBII, Laura, menuturkan jika salah satu tujuan dari acara ini ialah untuk membantu dan memotivasi para teman penyandang tuna rungu juga bisa beraktivitas seperti orang dengar dengan mengusung tema “Dengan bahasa isyarat semua orang terlibat. “Kami ingin satu tahun sekali diadakan acara ini, agar memotivasi para kaum tuli bahwa mereka juga bisa bekerja, bisa mengajar dan berbagai hal lainnya yang terfokus untuk para tuli” papar Laura menggunaka bahasa isyarat.

Proses persiapan acara itu sendiri cukup singkat, yaitu hanya dua bulan. Namun Laura mengaku prosesnya berjalan dengan lancar. Ini karena kerjasama panitia dan berbagai pihak yang membantu.

Kendati demikian, Laura tak menampik jika saat proses perencanaan event itu dirinya sempat mengalami kesulitan. Ia mengaku kesulitan dalam berkomunikasi dengan panitia dan volunter yang membantu menyukseskan acara tesebut.

“Setiap hambatan pasti ada solusi, paling sulit pertamakali memanajemen voulunter. Dimana volunternya ada kaum dengar dan kaum tuli. Mereka harus berkomunikasi dengan bahasa isyarat. Nah kita berusaha untuk menyatukan itu,” sambungnya.

Rangkaian acara pada HBII 2018 juga cukup banyak. Seperti seminar, lomba bahasa isyarat, bazaar pakaian, makanan dan minuman, fashion show dan juga donor darah.

Acara ini sendiri dihadiri dari kalangan masyarakat umum. Namun diprioritaskan untuk penyandang tuna rungu Tapi tak hanya kaum tuli saja, adapula orangtua yang punya anak tuli atau orang dengar yang menggunakan bahasa isyarat. Juga guru dengar maupun teman dengar. Sejumlah komunitas penyandang tuna rungu pun hadir dalam acara tahunan tersebut. (HS)