
Jakarta,GPriority.co.id-Guys pernah gak sih kamu kecanduan seks? Rasanya enggak enak banget saat bekerja, bermain, beribadah yang dipikirkan hanya seks..seks..!!! dan seks.
Lantas apa sih yang menjadi penyebabnya? Dilansir dari laman resmi Psychriatric Clinics of North America, ada beberapa faktor:
Yang pertama faktor gen. Kecanduan seks bisa terjadi dikarenakan orang tersebut memiliki kecenderungan genetik terhadap disregulasi emosional, impulsif, atau perilaku mencari sensasi.
Kedua hormon. Kadar hormon seks yang lebih tinggi seperti testoteron atau estrogen dapat memengaruhi libido. Jika kamu cenderung berperilaku impulsif dan memiliki tingkat hormon yang berhubungan dengan seks, kamu mungkin lebih mungkin untuk terlibat dalam aktivitas seksual yang berlebihan.
Ketiga faktor lingkungan. Faktor lingkungan kehidupan awal, termasuk kejadian buruk seperti pelecehan atau paparan konten seksual, dapat berkontribusi pada beberapa karakteristik mendasar yang mendorong perilaku hiperseksual.
Lantas bagaimana cara mengatasinya? Masih dalam laman yang sama, Psychriatric Clinics of North America memberikan solusinya.
Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
Pengobatan, termasuk terapi merupakan hal yang disarankan untuk mengatasi kecanduan seksual. Jenis terapi psikologis CBT ini membantu mereka yang mengalami perilaku seksual kompulsif akan mendapatkan terapi dengan teknik serta peralatan yang membantu individu mengubah perilaku mereka.
Obat-obatan
Ada beberapa obat-obatan yang diresepkan oleh dokter, untuk membantu mereka yang mengalami perilaku seksual kompulsif mengatasi kecanduan seksual. Ini mungkin termasuk anti-androgen, seperti medroxyprogesterone (Provera), serta selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), dan juga fluoxetine (Prozac).
Dukungan keluarga dan orang sekitar
Hal ini sangat penting bagi mereka yang mengalami perilaku seksual kompulsif untuk mengatasi kecanduan seks. Perilaku ini mungkin akan sulit dipahami dan ditoleransi oleh orang lain. Namun, dukungan yang kuat akan membantu mengurangi perilaku seksual yang tak diinginkan, dan dapat pula mendukung terciptanya hubungan seksual yang sehat. Selamat mencoba. (Hs.Foto: dok.pribadi)