
Penulis: Aflaha Rizal Bahtiar | Editor: Lina F | Foto: Kemenparekraf
Jakarta, Gpriority.co.id— Setiap daerah yang memiliki tradisi kebudayaan dapat menjadi daya tarik unggul bagi pariwisata dan budaya. Salah satunya tradisi Tepung Tawar yang ada di Tanjung Pinang.
Tepung Tawar merupakan salah satu tradisi adat khas Melayu dengan kearifan budaya yang tinggi. Hal itu diungkap oleh Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno, dalam keterangan rilis Kemenparekraf.
Menurutnya, prosesi Tepung Tawar di Balai Adat Indra Perkasa merupakan salah satu bangunan peninggalan sejarah di Pulau Penyengat.
“Ini merupakan tradisi yang sangat sarat dengan kearifan budaya kita, dan ini harus terus kita lestarikan, dan karena itu mengandung banyak sekali dari doa yang baik, sampai juga dengan pantun maupun gurindam,” ungkap Sandiaga Uno, pada Sabtu (29/7).
Prosesi Tepung Tawar yang ada di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau tersebut, merupakan upacara adat Melayu Riau terhadap peninggalan raja-raja yang hidup terdahulu.
Tradisi ini biasa dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas terkabulnya satu keinginan atau usaha. Melalui penaburan Tepung Tawar, ini diiringi dengan doa dan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an.
Lebih lanjut, Sandiaga Uno mengatakan, tradisi prosesi ini harus dilestarikan sebab mengandung makna doa bagi keselamatan orang.
“Jadi ini harus kita pastikan dilestarikan yang merupakan bagian dari pada wisata edukasi,” ujar Sandiaga.
Prosesi Tepung Tawar ini dilakukan lewat sejumlah bahan. Antara lain beras putih, beras kunyit, beras bertih, air tepung tawar, daun gandarusa, daun cuang-cuang, serta daun ribu-ribu.
Kemudian, beras yang telah dicuci dikasih serbuk kunyit hingga menjadi beras kunyit. Selain itu, ada juga padi yang digoreng, lalu keluar seperti kembang, dan air diberi beras sejuk lalu diramu.