Let’s Visit Roon Island

Mokorama Korabe Mios Roon

PulauRoon,Gpriority-Festival Pulau Roon yang digelar Kamis 28-30 Juni 2018 menjadi ajang mempromosikan sektor kepariwisataan di Distrik Roon Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat. Kegiatan yang berlangsung atas inisiatif Kepala Distrik Roon Yefta Siregar bersama masyarakat Roon yang meliputi 7 kampung,yakni kampung Yende, Mena, Syabes, Saryai, Niap, Indai dan Menarbu.

Tujuan kegiatan Festival Pulau Roon 2018 ini seperti dikatakan Yefta Siregar yaitu dalam rangka menggali dan mengembangkan potensi seni dan budaya asli; memperkenalkan potensi wisata kepada pihak luar (terutama wisatawan); mengajak dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga dan melestarikan sumber daya alam demi menunjang pariwisata; meningkatkan pemahaman dan kapasitas masyarakat melalui sektor pariwisata; dan sebagai wadah komunikasi dan koordinasi antar para pihak di sektor pariwisata.

“Distrik Roon memandang perlu untuk menyelenggarakan Festival Pulau Roon 2018 guna memberikan apresiasi budaya masyarakat dan sebagai ajang untuk mengangkat dan memperkenalkan potensi wisata di wilayah distrik Roon,” ungkap Yefta.

Dalam sambutannya Yefta menekankan agar masyarakat dapat sama-sama mengangkat potensi wisata, menjaga dan melestarikan budaya orang Roon.

“Tujuan kami di sini ingin membuka keterisolasian pariwisata yang ada di distrik Roon di mana kita tahu bahwa distrik Roon merupakan wilayah yang masuk sebgai kawaan Taman nasional Teluk Cendrawasih (TNTC).

Kegiatan Festival dipusatkan di Kampung Yende yang merupakan pusat administrasi Distrik Roon., Panggung acara persisnya berada depan halaman Gereja Jedi, gereja yang keberadaannya menjadi saksi sejarah penyebaran Injil di Pulau Roon sejak 1884.

Kegiatan Festival diisi dengan pentas seni dan budaya seperti tarian penjemputan tamu, parade suling tambur, parade perahu tradisional, drama kolosal perang suku/Koreri; drama kolosal masuknya Injil dan penolakannya, permainan aikikis, dan permainan cempedak

Atraksi pemanfaatan Hasil Lokal Pola pemanfaatan hasil merupakan pertunjukan yang akan dilihat secara langsung bagaimana aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti, mancing, bameti, molo, balobe, berburu, tokok sagu masal, kuliner.

Selain itu, para tamu diajak mengunjungi untuk melihat secara langsung destinasi wisata alam, sejarah/sakral, bahari, budaya/ religi. Wisata sejarah sakral yang berlokasi di Yende, Syabes, air terjun Rabarau, Goa Tengkorak dan Batu Mawi di Menarbu, Pulau Kelelawar.

Peserta Festival diajak adventure ke Kepulauan Auri dengan mengunjungi Pulau Matas dan Abaruki. Sayang karena waktunya cukup terbatas jadi paara peserta yang memilih destinasi ke Kepulauan Auri tidak dapat mengunjungi pulau-pulau lainnya yang sangat memesona seperti pulau Rariau, Rabarau, Manggrove di War, dan Rouw. Kegiatan underwater untuk melihat kecantikan alam bawah laut dipusatkan di Tanjung Ayami, Pulau Nukup, Kanonem, dan Rep Panjang Werum.

Kemeriahan Festival semakin nampak dengan adanya stand-stand seperti pameran ukiran, lukisan, anyaman, kuliner, dan kriya seni dan budaya lainnya dari masyarakat adat di Distrik Roon.

Menariknya dalam Festival Pulau Roon 2018 ini, para tamu atau peserta Festival diinapkan di rumah-rumah warga yang telah disediakan seperti di Kampung Niap dan Syabes. Untuk menuju tempat acara dipandu guide (pemandu). Pemandu-pemandu ini yang melakukan antar jemput ke tempat acara. Dari tempat menginap ke panggung utama Festival di Yende ditempuh dengan menggunakan perahu dengan mesin tempel (Jhonson). Dari Kampung Niap ke Yende misalnya ditempuh sekitar 10 sampai 15 menit waktu tempuh.

Bupati Teluk Wondama Bernadus A.Imburi dalam sambutannya yang sekaligus membuka acara, menyampaikan kegiatan Festival ini berlangsung bukan karena kita hebat, bukan karena kita kuat. Tapi ini bisa dilakukan karena persatuan. “Mengajak kita semua untuk bersyukur atas kebaikan. Mokorama Korabe Mios Roon. Selamat datang di Pulau Roon,” ujar Imburi.

Lebih lanjut Bupati menjelaskan, Pulau Roon dan sekitarnya memiliki sumber daya alam yang potensial, bahkan unggul terutama sektor pariwisata. Di beberapa wilayah dan daerah Teluk Wondama ini terdapat terumbu karang dan biota laut, pantai dan pulau-pulau eksotis, juga peninggalan budaya dan sejarah yang memiliki nilai estetis.  “ Kami menyadari bahwa sektor kepariwisataan Teluk Wondama  belum terkelola dengan baik. Untuk itu sesuai dengan Visi dan Misi Kabupaten Teluk Wondama Tahun 2016-2021 memprioritaskan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan. Maka dipandang perlu untuk mendorong percepatan pembangunan di sektor kepariwisataan di daerah ini demi terciptanya peluang ekonomi bagi masyarakat,” ungkapnya.

Tahun 2016 Bapak Presiden datang ketika itu ke Wondama. Di dermaga Kuri pSai Wasior presiden tanya saya, Potensi Teluk Wondama apa? Saya sampaikan kepada Bapak Presiden, kami tidak punya tambang, kami tidak punya hasil hutan yang banyak. Kalau pun itu ada, dalam beberapa tahun itu akan habis. Tapi kami punya potensi wisata, yang kalau kami mampu kelola itu dengan baik, kami pun tidak akan kalah dengan Raja Ampat, “ jelas Imburi.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Bupati  Teluk Wondama Paulus Y. Indubri  mengatakan Festival Pulau Roon ini sebagai upaya memperkenalkan wisata bahari di Teluk Wondama. “Mengawali sesuatu pasti ada kekurangan, tetapi bukan soal itu. Yang terpenting  bagaimana masyarakat lokal memiliki semangat memulai Festival ini. Mereka memulainya dengan perencanaan yang cukup baik, “ kata Indubri.

“Kalau tidak dilakukan sekarang maka kita akan mengubur cerita-cerita yang nyata. Awal memulai ini sudah baik sekali. Bisa terlaksana walau pun dengan keterbatasan dan nanti kita akan lakukan evaluasi untuk mencoba mensiasati bagaimana ke depan, “ tambahnya.

Kepala Dinas Pariwisata Teluk Wondama Frans Enos Nico Mosmafa, SP mengatakan kegiatan Festival ini terlaksana atas inisiatif dari masyarakat dan distrik Roon dan dukungan dari  Dinas Pariwisata dan OPD yang terkait.  “Niat kami sebetulnya yang penting jalan dulu. Kita promosikan potensi pariwisata yang ada, sambil kita evaluasi apa yang menjadi kelemahan dan kekurangan kita. Sesuai dengan tujuan dan visi-misi daerah, “kata Frans.

“Kita mencoba mengkaji apa potensi sumber daya kita untuk kita kembangkan. Lalu kita kemas sehingga punya nilai jual baik bagi sektor pariwisata. Festival Roon pertama ini pasti ada evaluasi. Di  tahun mendatang kita mencoba membuat yang lebih baik lagi. Tahun ini Festival Roon tidak include di program Dinas Pariwisata. Tapi Dinas Pariwisata membantu mensupport dengan dana yang kami punya,” jelas Frans.

“ Di tahun depan kita coba masukan  di dalam program Dinas Pariwisata. Supaya kita juga bisa maksimal mendukung dari sisi dana maupun dari sisi yang berbeda seperti pihak swasta, dunia usaha termasuk stakeholder yang lain. Langkah yang baik ini dan tentu menjadi motivasi tersendiri buat kami dari Dinas Pari wisata dan Pemkab secara keseluruhan untuk memacu lebih baik lagi ke depan dalam mempromosikan pariwisata,” imbuhnya.###