Mengenal Pesta Adat Wabula

Buton,GPriority.co.id-Dalam setiap tahunnya, Desa Wabula yang terletak di Kabupaten Buton memiliki tradisi yang diberi nama Pesta Adat Wabula.

Untuk tahun ini digelar pada Februari 2023 dan dihadiri langsung oleh Pj Bupati Buton, Drs. Basiran, M.Si. dan sejumlah tamu undangan lainnya.

Biar tidak penasaran, untuk edisi ini GPriority akan membahas mengenai Pesta Adat Wabula. Dilansir dari laman resmi Pemkab Buton, Pesta Adat Wabula adalah sebuah ritual yang diisi dengan pembacaan doa, makan bersama, dan pertunjukkan kesenian. Semuanya sebagai simbol rasa syukur hasil panen kuri.

“Kuri itu sejenis ubi yang merupakan makanan khas Wabula. Pesta adat diadakan setiap bula tujuh kalender masehi. Selesai panen, dibuat acara rasa syukur atas hasil panen,” tukas seorang tokoh adat bernama Ahmad Emi (42).

Sebuah galampa atau tempat pertemuan menjadi pusat penyelenggaraan upacara. Sarana atau masyarakat adat Waluba pun memenuhi galampa yang berada di tepi pantai itu. Di tengah debur ombak tengah malam, para pemuka adat dan agama berkumpul dengan baju kebesaran mereka.

Tenun Buton warna-warni bermotif sederhana berupa kotak-kotak menghiasi tubuh. Para tetua duduk berjejer mengelilingi galampa. Tengahnya dibiarkan kosong. Sementara di sisi belakang para pemusik sudah siap dengan alat musik yang serupa dengan gong bernama tawa-tawa dan gendang.

Lalu, dulang-dulang dikeluarkan. Setelah pembacaan doa, tudung dulang pun dibuka. Di balik tudung, kuri menjadi primadonanya. Kuri seperti ubi kayu, diolah salah satunya menjadi epu-epu. Kuri diparut dan dikeringkan, lalu ditumbuk dan disiram air dan diberi parutan kelapa dan gula merah.

Selain epu-epu, di dulang juga terdapat kue bolu, wajik, dan cucur. Kue-kue manis ini mengelilingi nasi yang diletakkan di tengah. Ada pula lauk seperti telur dan buah. Porsinya lumayan besar, dengan nasi yang dibuat kerucut dan lauk yang berlimpah. “Satu orang itu satu talam. Saat pesta adat kemarin, keluar ada 340 talam,” kata Ahmad.

Setelah selesai makan dan dulang diambil kembali, saatnya pentas tarian. Tari yang dipentaskan adalah Tari Linda yang menggambarkan asal mulanya terciptanya manusia. Kemudian Tari Mangaru dan Tari Perang.

Tari Perang inilah ibarat puncak acara. Teriakan seru dari penonton membahana. Ketika para tetua mulai menarikan tari yang seakan-akan seperti pergulatan dua lelaki sudah tua. Perisai dan tombak pun keluar, juga keris.

Menurut Ahmad, Desa Wabula masih memegang kuat hukum adat. Termasuk soal pelestarian lingkungan. Ada masa-masa tertentu saat masyarakat tidak boleh menangkap ikan untuk menjaga kelestarian laut.

Sistem pemerintahan secara hukum adat pun keunikan tersendiri. Seperti tata cara pemilihan pemangku adat yang tak hanya berdasarkan keturunan, tetapi juga berdasarkan pilihan masyarakat. Penduduk setempat yang begitu ramah menerima tamu, bisa jadi memang modal untuk menjadikan Desa Wabula sebagai ujung tombak pariwisata Buton. (Hs.Foto: dok.pribadi)