Penulis: Dimas A Putra | Editor: Lina F | Foto: Kemenkeu.go.id
Jakarta, GPriority.co.id – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan sejumlah tantangan sekaligus solusi dalam mengatasi isu kesenjangan pembangunan infrastruktur. Menurutnya, masalah kesenjangan infrastruktur tersebut berdampak pada daya saing dan produktivitas sehingga harus segera diatasi.
“Tantangan pertama berkaitan dengan sumber daya. Meski ketersediaannya cukup banyak, masing-masing sumber pembiayaan memiliki perbedaan dalam memandang risiko dan imbal laba yang diharapkan. Sehingga, ini menjadi salah satu poin yang harus dibahas untuk menangani kesenjangan infrastruktur,” ucapnya saat event High Level Dialogue on Promoting Sustainable Infrastructure Development dikutip melalui laman kemenkeu, Jumat (25/8).
Kemudian, tantangan kedua menurut Sri Mulyani terkait dengan pipeline dan juga partisipasi pihak swasta. Pipeline dimaksud yaitu termasuk persiapan struktur dari pembiayaannya.
“Jadi ini tidak hanya ‘oh, saya akan membangun rel kereta api seperti ini, jalan tol seperti ini’, tapi kita juga mempertimbangkan siapa yang akan membiayai proyek ini, dan itu bergantung pada seberapa menariknya infrastruktur ini,” lanjutnya.
Ia menjelaskan, ketika ada kesepakatan dengan pihak swasta, maka selera risikonya pun juga akan berbeda. Menurut Sri Mulyani, swasta tentu ingin berpartisipasi, tetapi mereka juga punya besaran laba yang diharapkan. Dengan kata lain, risiko masih menjadi tantangan utama.
“Yang ketiga, tentang ekosistem. Bagi Indonesia kita sangat perlu untuk mengembangkan sejumlah instrumen, baik itu pembiayaan. Sektor swasta ingin berpartisipasi tapi dalam bentuk pinjaman ke pemerintah. Jadi penerbitan green bonds, sukuk, ini adalah bentuk partisipasi pihak swasta dalam bentuk pinjaman, jadi kami meminjam dari mereka,” jelas Sri Mulyani.
Terlebih kata Sri Mulyani, jika sektor swasta menginginkan selera risiko yang lebih tinggi yaitu dalam bentuk pembiayaan ekuitas, maka mereka memiliki ekspektasi yang juga lebih tinggi lagi terkait imbal laba yang akan diperoleh.
“Dalam pembiayaan ekuitas ini, ini adalah kerangka kerja risiko yang harus dihadapi dan oleh karenanya instrumen terkait penjaminan dan manajemen risiko akan mengambil peranan,” jelas Sri Mulyani.
Sri Mulyani pun memaparkan upaya pemerintah untuk menggandeng sektor swasta dalam bentuk public-private partnership secara berkelanjutan dan transparan.
“Di Indonesia, kami juga membentuk Special Mission Vehicle (SMV) seperti PT SMI, IIF, penjaminan seperti PT PII, dan Indonesia Sovereign Wealth Fund. Kesemuanya dibuat untuk menyediakan keterlibatan langsung dengan sektor swasta, dengan level selera risiko dan level kerumitan yang berbeda-beda,” tandasnya.