Oputa Yi Koo, Pahlawan Buton, Menjadi Spirit Masyarakat Sultra

GPRIORITY.CO.ID Sultra, — Sultan Himayatuddin Muhammad Saydi kembali dikenang sebagai Pahlawan saat Hari Pahlawan Nasional 10 November, Sultan Muhammad Saydi adalah seorang pahlawan Nasional dari Buton Sulawesi Tenggara. Ia dikenal secara konsisten melawan penjajahan Belanda secara terang-terangan hingga meninggalkan singgasana untuk bergerilya di hutan dan akhirnya meninggal di puncak Gunung Siontapina, yang mengantarnya disebut sebagai Oputa yi Koo. 

Oputa Yi Koo, adalah seorang Sultan Buton, Ia menjabat 2 Kali. Yang ke 20 (1752–1755) dan ke 23 (1760–1763) dengan Gelar Kesultanan Himayatuddin Muhammad Saydi.

Sejumlah literatur tidak menerangkan siapa garis keturunan dari La Karambua Himayatuddin
Muhammad Saydi, namun sejauh ini sejarah mencatat
Kehidulan kecilnya hingga remaja layaknya kalangan aristokrasi Keraton Wolio – Buton, yang umumnya memperoleh pendidikan akhlak dan budi pekerti berlandaskan islam. 

Pendidikannya langsung para orangtua di lingkungan Keraton Buton, yang mengajarkan baca tulis Alquran, Aksara Buri, Wolio, dan beladiri. Beranjak remaja, fisik Himayatuddin tumbuh lebih cepat dari teman seusianya, Ia memiliki postur badan yang tinggi, besar, serta tegap, dengan fisiknya itu, orang sekelilingnya mengenalnya sebagai La Karambau (Kerbau, bhs Wolio)

La Karambau Himayatuddin Muhammad Saydi, dikenal sebagai sosok yang memperjuangkan rakyatnya,
keberaniannya
melawan segala bentuk penindasan serta penghianatan, memicu optimisme dan semangat patriotisme para pengikutnya,
Ia giat bergerilya melawan menentang pemerintahan Hindia Belanda dalam Perang Buton. Sebelum masa pemerintahan Himayatuddin, Kesultanan Buton dianggap sebagai sekutu Belanda karena perjanjian “abadi” yang dibuat oleh para penguasa sebelumnya. 

Sultan Himayatuddin dengan tegas menyatakan tidak mau terikat dan patuh dengan semua perjanjian yang dibuat oleh pendahulunya dengan Belanda, karena tidak
menguntungkan pihak Buton. Sikap itu menyulut api permusuhan Kompeni-Belanda terhadap Buton. Dalam menjalankan pemerintahannya, Himayatuddin selalu mencari hal untuk menyatakan permusuhan dengan Belanda

Sultan Himayatuddin menetap di Siontapina hingga meninggal pada tahun 1776.
Melalui kajian akademik dikemukakan, jenazahnya dimakamkan di Kompleks Keraton Wolio, tidak jauh dari Bukit Lelemangura (tempat makam Sultan Murhum), meski (cerita rakyat) menyebutkan kuburan Oputa Yi Koo juga terdapat di puncak Gunung Siontapina (menurut memori atau kesadaran kolektif masyarakat Wasuamba dan Labuandari).

Histori kepahlawan yang cukup tinggi dan mengalahkan sejumlah tokoh pahlawan Nasional lainnya di Nusantara, Sultan Himayatuddin Muhammad Saydi dinobatkan sebagai pahlawan Nasional, melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 120/tk/2019 Tanggal 7 November 2019. Ia menjadi salah satu dari 6 orang yang diangkat menjadi Pahlawan Nasional Indonesia, dengan gelar La Karambau (Sultan Himayatuddin Muhammad Saydi) atau Oputa Yi Koo

Demikian Himayatuddin dan pasukannya berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan taktik gerilya.  Pusat pertahanan terakhir Himayatuddin adalah puncak Gunung Siontapina (kampung Wasuamba). Sejak tahun 1755, tidak lama setelah perang Buton versus Belanda, Himayatuddin tinggal menetap di Siontapina sampai akhir hayatnya tahun 1776. 
    
Sultan Himayatuddin dimakamkan dipuncak Gunung Siontapina. Setiap tahun, penduduk Wasuamba dan sekitarnya, merayakan upacara setelah panen di kuburan dan bekas istana Himayatuddin. Upacara itu adalah bagian wasiat dari sultan, yang diceritakan turun temurun, bahwa.

Gubernur Sultra Ali Mazi SH, menjelaskan, Banyak kandungan nilai, makna filosofi, cerita, dan peristiwa sejarah yang bisa ditelusuri, diteliti, dan dimaknai dari perjalanan Oputa yi Koo.

Dua kali menjabat Sultan, memberi pertanda betapa demokratisnya sistem pemerintahan kita dimasa lalu. Perjalananya hampir serupa dengan perjalanan saya menjabat Gubernur Sultra. Oputa yi Koo bukan hanya milik Kesultanan Buton semata, tetapi menjadi kebanggaan masyarakat Sultra, Negara, serta Bagsa

Dinas Kebudayaan Sultra
Kini mendesain berbagai program strategis penanaman dan pewarisan nilai spirit, perjuangan, dan kepemimpinan Oputa Yi Koo kepada generasi muda, utamanya program sosialisasi yang masif di sekolah-sekolah, serta upaya memasukan sejarah Sultan Himayatudin Muhammad Saidi sebagai salah satu materi muatan lokal dan pelajaran sejarah. (Ae)