Penulis : Dimas A Putra | Editor : Lina F | Foto : Istimewa
Jakarta, GPriority.co.id – Merdeka finansial yakni memiliki sejumlah uang yang cukup untuk mendanai biaya kebutuhan bersama keluarga di masa sekarang dan masa nanti.
Dalam hal ini, jumlah dana yang dimiliki lebih besar ketimbang jumlah kebutuhan yang akan dijalankan. Namun bagaimana caranya untuk menggapai kondisi demikian?
Menjawab hal tersebut, Financial Coach yang juga Ketua Financial Planning Standards Board (FPSB) Indonesia, Tri Djoko Santoso menjelaskan, dengan merdeka finansial, seseorang mampu membayar semua biaya kehidupannya melalui penghasilan yang berasal dari berbagai sumber penghasilan aktif dan pasif.
Contohnya kata Tri Djoko, penghasilan pasif misalnya berasal dari kinerja tabungan, produk investasi seperti reksadana dan sumber lainnya.
Kemudian, untuk mencapai itu ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Tri Djoko menyebutkan pertama, buatlah anggaran yang terdiri atas arus uang masuk (penghasilan) dan arus uang keluar (pengeluaran). Sisihkanlah sebagian dari penghasilan saat ini untuk mendanai pengeluaran masa depan. Sehingga, tidak semua penghasilan dibelanjakan habis.
“Jadi penting sekali untuk memahami dan menerapkan mana uang untuk mendanai kebutuhan kehidupan sekarang dan mana yang disisihkan, ditabung dan di investasikan untuk mendanai kebutuhan kehidupan masa kurang produktif di masa nanti. Masyarakat juga harus memahami dan memprioritaskan belanja kebutuhan dibanding belanja keinginan,” kata Tri Djoko dalam Seminar Edukasi Keuangan bertajuk ‘Merdeka Finansial Desaku Makin Sejahtera’ di Kebun Wisata Pasirmukti, Citeureup, Bogor, beberapa waktu lalu.
Lalu yang kedua, Tri Djoko mengimbau agar masyarakat mulai menabung dan berinvestasi untuk kebutuhan di masa depan. Tabungan dan investasi untuk masa depan ini perlu dijaga nilainya.
“Pastikan dana masa nanti tersebut aman dengan cara hanya menyimpan dan menginvestasikannya di lembaga keuangan dan produk keuangan yang diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK),” ucapnya.
Ketiga, Tri Djoko meminta masyarakat untuk menghindari utang. Namun, apabila terpaksa dan tidak ada pilihan, pastikan berutang untuk tujuan mendanai kebutuhan darurat, bukan konsumtif.
“Mengambil pinjaman juga harus dari lembaga pemberi pinjaman resmi yang di awasi OJK. Kalau memilik utang, segera lunasi dan jangan ditunda-tunda,” ujarnya.
Sementara itu, terkait investasi, Tri Djoko menuturkan memang hal tersebut bisa membantu mewujudkan seseorang untuk mencapai kemerdekaan finansial.
Namun, lanjutnya yang patut diperhatikan adalah berinvestasi di lembaga keuangan yang resmi dan bukan investasi bodong alias ilegal. Apalagi di era digital saat ini banyak sekali penawaran investasi ilegal dan penipuan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, jadi perlu juga yang namanya melek keuangan digital.
Pada kesempatan yang sama, Deputi Direktur Perencanaan, Pengembangan, Evaluasi, Literasi dan Edukasi Keuangan OJK, Yulianta mengatakan, praktik penipuan transaksi digital di Indonesia marak terjadi dengan berbagai modus.
“Saat ini terdapat bermacam bentuk kejahatan keuangan digital yang perlu diwaspadai oleh masyarakat. Seperti skimming. Ini merupakan tindakan pencurian informasi dengan cara menyalin informasi yang terdapat pada strip magnetik kartu debit atau kartu kredit secara ilegal. Lalu social engineering atau soceng ini lagi marak terjadi, seperti misalnya ada yang mengirimkan kita undangan pernikahan palsu berbentuk file APK. Jadi pelaku meminta kita untuk meng klik sebuah file undangan pernikahan berformat APK yang biasanya dikirim via chat melalui WhatsApp,” ungkap Yulianta.
Oleh karena itu, Yulianta juga mengimbau agar masyarakat selalu waspada terhadap berbagai macam modus penipuan. Dia pun membagikan beberapa tips untuk menjaga kerahasian data pribadi.
“Pertama, jangan membagikan informasi personal seperti PIN, CVV, nomor kartu, masa berlaku kartu kepada siapapun. Kedua, pastikan kartu debit atau kredit tidak digesek pada alat lain selain mesin Electronic Data Capture (EDC),” sebutnya.
“Ketiga, jangan download link dari pihak yang tidak terpercaya. Keempat, Hindari jaringan internet yang sumbernya tidak jelas. Kelima, Tingkatkan pengamanan kartumu dengan menggunakan One Time Password (OTP),” lanjut Yulianta.
Senada dengan hal tersebut, Area Transaction Funding Manager Bank Mandiri Region V/ Jakarta 3, Helmy Hadiprabowo menyampaikan, bahwa setiap transaksi tentu memiliki risiko termasuk transaksi digital.
“Namun risiko tersebut tentu dapat dimitigasi dengan pemahaman yang benar tentang cara bertransaksi digital secara lebih aman,” katanya.
Pertama, dia meminta masyarakat untuk memastikan hanya terhubung dengan kontak perusahaan yang asli. Seperti misalnya Mandiri, di website www.bankmandiri.co.id, nomor telepon 14000 dan juga media sosial Bank Mandiri dengan simbol verified.
Selain itu, Helmy juga mengimbau agar masyarakat waspada terhadap penelepon yang mengaku dari suatu bank, perusahaan atau e-commerce.
“Biasanya oknum ini akan menawarkan hadiah, update data, refund dana, meminta korban melakukan transaksi mencurigakan atau bahkan bersifat mengancam. Kemudian mereka akan meminta data rahasia perbankan,” ujarnya.
Terakhir Helmy menambahkan, masyarakat juga tidak boleh sembarangan mengisi link atau website yang menyerupai aslinya namun meminta data perbankan, seperti nomor kartu debit, expiry date, password, hingga PIN.
“Gunakan akun dan password yang terpisah untuk keperluan pribadi, perbankan, dan pekerjaan. Ganti PIN & password akun yang dimiliki, seperti akun perbankan, PIN ATM atau akun pekerjaan secara berkala,” terangnya.
Adapun seminar Merdeka Finansial tersebut terselenggara berkat dukungan dari Bank Mandiri, Bank Sinarmas, Bank BTN, Askrindo, Tugu Insurance dan Asuransi Bhinneka Life