4 Kartini Indonesia Masa Kini, Ini Daftarnya

Siapa yang tidak mengenal sosok Raden Ajeng Kartini. Beliau dikenal sebagai pahlawan wanita yang  berJasa membela hak wanita Indonesia guna mendaoat pendidikan yang layak dan perlakuan adil. Berkat perjuangan Kartini, kini banyak wanita di Indonesia yang berpendidkan tinggi dan memiliki karir yang sangat cemerlang di dalam pekerjaan.

Lantas di era modern pada saat ini, adakah sosok seperti Kartini yang pemberani dan menginspirasi? Ada dan bisa ditemui pada 4 sosok wanita di bawah ini.

Ayu Eka Pramestari, Jadi Sopir Truk Karena Hobi Otomotif   

Berawal dari hobinya di dunia otomotif, Ayu Eka Pramestari  memutuskan untuk menjadi sopir truk pengangkut kelapa sawit. “ Memang benar sejak kelas 3 SMK saya memutuskan untuk bekerja menjadi sopir truk , “ ucap Ayu yang diwawancarai via WhatsApp.

Ayu sendiri mengakui bahwa dirinya bisa menyetir dikarenakan sejak kecil sering diajak ayahnya yang juga bekerja sebagai supir truk sawit .” Setiap kali ayah menyetir, aku selalu memperhatikannya. Karena sering memperhatikan, aku pun jadi paham. Namun aku mulai memberanikan diri untuk menyetir truk sendiri pada saat kelas 3 SMP,” kata Ayu.

Terkait dengan suka dukanya sebagai sopir truk, Ayu mengatakan hanya pada saat truk yang dia bawa rusak di tengah jalan.” Selebihnya tidak ada,” jelas Ayu.

Ayu juga tidak mempermasalahkan jam kerja dan beban yang dia bawa. Ini dikarenakan dirinya menyadari bahwa profesi sebagai sopir truk harus selalu siap kapanpun dibutuhkan. “ yang menjadi alasan lainnya karena sejak kecil saya diajarkan untuk bekerja keras sehingga merasakan bagaimana susahnya mencari uang. Jadi apapun pekerjaan yang dilakukan ya harus disyukuri dan dinikmati,” ujar Ayu.   

Di akhir perbincangan,Ayu berpesan, apapun pekerjaan yang dilakukan hendaklah selalu bersyukur, ikhlas dan tidak mudah menyerah. “ karena sebagai wanita kita semua sanggup mengerjakan semua pekerjan yang dilakukan oleh pria, “ tutup Ayu.

Siti Jubaedah Endah,Prihatin dengan Anak Kurang Beruntung

Berawal dari keprihatinan pendidikan anak-anak yang kurang beruntung di sekitaran  lapak tempat pembuangan sampah  di Depok dan Bogor, Siti Jubaedah Endah bersama komunitas pendidikannya membuat  sekolah sosial yang diberi nama GIAT.

“Berdasarkan temuan kami di lapangan program bantuan pendidikan yang diberikan oleh pemerintah tidaklah merata. Masih banyak anak-anak dari keluarga marjinal, yatim dan masyarakat prasejahtera  dengan usia antara PAUD hingga SMP yang tidak mengeyam pendidikan. Contohnya di TPS Depok dan Bogor. Berawal dari rasa keprihatinan inilah makanya kami mendirikan sekolah sosial GIAT ya ng bertujuan untuk memberikan pendidikan kepada mereka. Kami berharap dengan pendidikan gratis yang diberikan bisa menjadikan mereka sebagai generasi penerus bangsa yang cerdas dan berguna bagi bangsa serta memajukan perekonomian keluarga,” ucap Siti Jubaedah Endah.

Di GIAT sendiri, Siti pada awalnya hanya menjadi donatur saja, namun seiring berjalanannya waktu, dirinya pun tertarik untuk menjadi pengajar seperti rekan-rekan lainnya.

 Dijelaskan oleh Siti banyak sekali keseruan-keseruan yang dia dapatkan selama menjadi pengajar di sana, seperti banyak anak-anak yang bertanya mengenai hal-hal yang belum mereka ketahui baik mengenai pelajaran maupun pengetahuan umum, mengajari anak tentang pengenalan huruf, berhitung dan lain sebagainya. “ Pokoknya mah mereka semua sangat semangat mereka untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.Nah inilah yang menurut saya menjadi titik dari keseruan saya menjadi pengajar,” jelasnya.

Siti juga menjelaskan untuk melegalistkan sekolah tersebut, dirinya bersama rekan-rekannya mendirikan yayasan LIMA (Langkah Indonesia Mandiri) di tahun 2014. Tak hanya itu, untuk menjangkau anak-anak yang belum menerima pendidikan di daerah pelosok, dirinya bersama teman-temannya meluncurkan program MOGI (Mobil Sekolah Sosial Giat). Hadirnya MOGI ini terbilang efektif mengingat banyak anak-anak yang belum memperoleh pendidikan sama sekali di daerah pelosok, pada saat ini sudah bisa baca dan tulis.

“ di MOGI kami juga memberikan pendidikan berupa baca, tulis, menghitung yang disertai storry telling. Alhamdulillahdengan metode pembelajaran tersebut, anak-anak didik kami kini semuanya bisa membaca dan menulis,” tutup Siti Jubaedah.

Patricia Mayoree , Crazy Rich Berhati Mulia

Sebagai anak muda yang bergemilang harta, Patricia Mayoree sering disebut Crazy Rich Surabaya, namun siapa sangka dibalik itu semua, wanita cantik berusia belasan tahun ini memiliki hati yang sangat mulia dan perduli dengan orang-orang yang membutuhkan.

 

Saking pedulinya dengan orang yang membutuhkan, Patricia di tahun 2020 mendirikan badan amal yang diberi nama The Heart Of Patricia.

Menurut Patricia yang diwawancarai via WhatsApp  pada Kamis, (18/2/2021), yang melatarbelakangi dirinya  mendirikan badan amal tersebut adalah sejak kecil dirinya  selalu diajarkan oleh keluarganya untuk berbagi. Sebab, dengan berbagi kehidupan akan lebih bahagia . “karena emang dari latar belakang keluarga juga,  itu sudah dari kecil, itu diajarkan terus kalau kita tuh selain menerima kita juga harus memberi. karena memberi itu kita bakal lebih bahagia,” jelasnya.

Untuk kegiatannya  lebih banyak kegiatan sosial, “ Misalnya ada pandemi ini kan, jadi kita bagi-bagi sembako, uang tunai dan masker utamanya ke masyarakat yang ada di wilayah Surabaya, Jakarta dan beberapa daerah lainnya. Ngasihnya bisa langsung ke penerima bantuan melalui masjid, gereja dan juga melalui pemkot dan pemprov gitu,” jelas Patricia.

Tak hanya itu, yayasan tersebut juga memberikan bantuan Alat Pelindung Diri (APD) kepada tenaga medis yang membutuhkan.

Untuk anak yang kelaparan, kurang mampu dan tidak sekolah, yayasan yang didirikan oleh Patricia juga memberikan bantuan baik itu berupa makanan, pakaian dan beragam bantuan lainnya.

Terkait dengan dana yang diperoleh, Patricia mengatakan selain dari dana pribadi, hasil jual lukisan yang dibuatnya, The Heart Of Patricia juga mendapatkannya dari para  followernya, serta sponsorship dari perusahaan-perusahaan.

Benua Antartika, Sarjana yang Memilih Menjadi Peternak Sapi Perah

Tidak seperti kebanyakan sarjana pada umumnya,Benua Antartika memilih menjadi peternak sapi perah dibandingkan menjadi PNS atau pekerja kantoran. Apa yang melatarbelakangi,berikut penuturan Benua Antartika kepada Gpriority melalui WhatsApp pada Kamis (25/2/2021).

Menurut Benua begitu ia biasa disapa, yang melatarbelakangi keinginannya untuk menjadi peternak sapi perah adalah kedua orang tuanya.” Orang tua saya adalah peternak sehingga ketika lulus kuliah dan kembali ke Kediri di tahun 2017 saya memutuskan untuk menjadi peternak sapi perah,” ucap Benua.

Keputusan Benua sempat mendapat cibiran dari orang-orang,bahkan ada yang bilang buat apa kuliah jauh-jauh di Brawijaya kalau kembali hanya menjadi peternak sapi.

Cibiran tersebut tidak membuat Benua menyurutkan semangatnya, dengan ilmu peternakan yang dia pelajari selama kuliah di Brawijaya,Benua pun berhasil mengembangkan sapinya yang hanya 3 ekor menjadi 8 sapi pada saat ini.

Selain sapi, Benua juga menanam rumput odot di lahan miliknya. Alasannya dikarenakan lebih mudah ditanam, disukai hewan ternak dan nutrisi bagi hewan ternak lebih terjamin.

” Saya menyadari bahwa pakan ternak sangat penting bagi kelangsungan hidup hewan ternak. Atas dasar alasan itulah maka saya menanam rumput odot di lahan milik keluarga dan juga saya,” ucap Benua.

Keberhasilan Benua mengembangkan sapi perah dan rumput odot membuat dirinya dipercaya oleh Koperasi Unit Desa (KUD) untuk menjadi penyuluh peternakan. (Hs.Foto.dok.Pribadi)