8 Filosofi Rumah Atap Joglo, Keharmonisan dan Keterbukaan Antar Manusia

Jakarta, Gpriority.co.id – Hampir seluruh daerah di Indonesia memiliki rumah adat dengan desainnya yang berbeda. Di daerah Jawa Tengah terkenal dengan jenis rumah adat Joglo. Yang paling menonjol dari rumah adat joglo terletak pada bentuk atapnya yang dibuat menyerupai sebuah gunung.

Sementara pada puncak atapnya berbentuk mendatar atau yang disebut sebagai Tajug. Atap dibuat dengan bentuk tersebut memiliki maksud supaya sirkulasi udara di dalamnya bisa berputar dengan baik dan lancar.

Selain untuk kebutuhan fungsional, orang-orang terdahulu membuat atap rumah  joglo dengan bentuk seperti ini karena terdapat makna dan filosofi tertentu dibaliknya. Berikut ini 8 filosofi atap joglo yang diambil dari berbagai sumber.

Tempat Tinggal Para Dewa

Nama Joglo berasal dari gabungan kata Tajug Loro (Juglo). Menurut masyarakat Jawa, Tajug Loro berarti dua gunung. Yang dimaksud dua gunung pada rumah joglo adalah bentuk atapnya yang seperti gunung. Diambil dari filosofi masyarakat Jawa kuno yang percaya bahwa gunung sebagai tempat yang tinggi dan sakral adalah tempat tinggal para dewa.

Gambaran Status Sosial

Dalam sejarahnya, tidak semua orang Jawa bisa membangun rumah Joglo. Pasalnya proses pembangunan rumah Joglo membutuhkan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu rumah adat ini disebut-sebut merupakan hunian para raja, bangsawan, dan orang-orang yang memiliki status sosial tinggi di masa lalu.

Keharmonisan dan Keterbukaan Antar Sesama

Filosofi rumah joglo lainnya adalah menggambarkan keharmonisan dan keterbukaan antara pemilik rumah dengan orang lain. Filosofi ini disimbolkan melalui letak pintu rumah joglo yang berada di tengah bangunan.

Silaturahmi dan Interaksi

Pada rumah beratap joglo biasanya memiliki teras yang luas tanpa sekat. Makna dari bentuk bangunan seperti ini adalah untuk menjalin silaturahmi bersama tetangga serta dijadikan untuk sarana interaksi sosial bersama masyarakat setempat.

Berjuang Untuk Keluarga

Selain menyimbolkan keharmonisan dan keterbukaan, pintu rumah joglo memiliki filosofi lain. Dengan posisi pintu berada pada 3 sisi, yakni di tengah dan kedua sisi kanan dan kiri bawah menggambarkan kupu-kupu yang berkembang dan berusaha terus berjuang untuk keluarga besarnya.

Penopang Utama

Setiap rumah tradisional Joglo umumnya dibangun menggunakan 4 tiang utama (saka guru). Bagian ini adalah fondasi utamanya untuk menopang semua bagian bangunan.

Memudahkan Interaksi dengan Tetangga

Rumah joglo memiliki pagar mangkok yang berasal dari tanaman perdu, tingginya tidak sampai 1 meter. Filosofinya adalah agar bisa berinteraksi dengan tetangga lebih mudah.

Kombinasi Model Rumah Jawa dan Belanda

Setiap rumah adat joglo pasti memiliki jumlah jendela yang besar dan banyak. Bahkan bila dijumlahkan keseluruhan bisa sampai puluhan jendela. Faktanya bentuk jendela seperti ini merupakan warisan dari kolonial Belanda yang kemudian diterapkan pada arsitektur Jawa.

Itulah 8 filosofi dari rumah atap Joglo yang sarat akan makna serta dipenuhi nilai keindahan dan sejarah yang kental. (Vn)