BANDA ACEH, Gpriority.co.id – Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh mencatat, total sekitar 10.410 hektare lahan sawah di Aceh terendam banjir yang terjadi pada akhir 2021 dan awal 2022 lalu. 3.023 hektare dilaporkan rusak. Jumlah tersebut, tersebar dibeberapa Kabupaten/Kota di Aceh.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, Ir Cut Huzaimah usai dirinya melakukan peninjauan langsung dan mendata areal tanaman padi yang terkena banjir di Pidie dan Pidie Jaya didampingi Kepala UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Aceh, Zulpadli, Kabid Produksi Safrizal, dan Kabid Penyuluh, Mukhlis
“Di Pidie, areal sawah yang terkena genangan banjir sekitar 244 hektar, dari 1.009 hektar tanaman padi yang sudah di tanam, dan belum ada tanaman padi yang rusak dan puso,” kata Kadis Pertanian dan Perkebunan Aceh, Ir Cut Huzaimah, di Banda Aceh beberapa waktu lalu.
Huzaimah mengatakan, pendataan areal persawahan yang terkena banjir di Pidie dan Pijay, nantinya akan dilaporkan kepada Dirjen Pertanian Tanaman Pangan dan Direktur Perbenihan bersama daerah lainnya di Aceh yang juga terdampak banjir.
Saat ini, kata Huzaimah, berdasarkan laporan yang diterima, luas tanaman padi yang terendam banjir di Aceh ada sekitar 10.410 hektar, dan yang rusak 3.023 hektar.
“Tapi sebagian besar sudah diganti oleh petaninya, dengan tanaman bibit padi yang baru,” katanya.
Di Kabupaten Pidie, sebut Cut Huzaimah, ada tujuh kecamatan yang terendam banjir, yaitu Padang Tijie seluas 118 hektar, Pidie 10 hektar, Delima 90 hektar, Simpang Tiga 2 hektar, Gelumpang Baro 1 hektar, Kembang Tanjong 16 hektar, dan Mutiara 6 hektar.
Selanjutnya, di Pidie Jaya, luas areal tanaman padi yang direndam air banjir mencapai 503 hektar dari 804 hektar luas sawah yang sudah ditanami padi.
Areal sawah yang direndam banjir tersebar di lima kecamatan, yaitu Ulim 138 hektar, Jangka Buya 138 hektar, Banda Dua 60 hektar, Bandar baru 32 hekjtar dan Triengadeng 91 hektar.
Dari lima kecamatan yang terendam banjir tanaman padinya, sebut Huzaimah, tiga kecamatan tanaman padinya ada yang mengalami puso, yaitu Kecamatan Ulim 12 hektar, Jangka Buya 2 hektar dan Bandar Dua 3 hektar.
“Lainnya belum ada laporan, hal ini disebabkan genangan air banjirnya di wilayah itu cepat surut dan mengalir ke luar areal sawah, sehingga tanaman padinya selamat dari ancaman kerusakan dan puso,” katanya.
Selain Pidie dan Pijay, lanjut Huzaimah, ada beberapa daerah lagi yang melaporkan tanaman padinya terendam banjir, yaitu Kabupaten Bireuen seluas 443 hektar, dari 529 hektar, tanaman padi yang sudah di tanam.
Areal tanaman padi yang terkena banjir hanya di tiga kecamatan, yaitu Jineib 115 hektar, Pandrah 277 hektar dan Simpang Mamplam 51 hektar. Areal tanaman padi yang terjadi puso akibat terendam air banjir seluas 5 hektar di Kecamatan Simpang Mamplam. Lainnya selamat, karena air banjirnya cepat surut.
Tanaman padi yang terendam air banjir, kata Cut Huzaimah, ada juga yang masih dalam tahapan persemaian. Areal yang terkena cukup lumayan luas mencapai 806 hektar. tapi petaninya sudah mengganti dengan semaian bibit padi yang baru seluas 131 hektar.
Dari tiga kabupaten/kota yang melaporkan semaian bibit tanaman padinya yang rusak akibat rendaman banjir, areal terluas terjadi di Pidie Jaya mencapai 131 hektar, tersebar di dua kecamatan yaitu Kecamatan Bandar Dua 124 hektar danb Ulim 7 hektar.
Selain tiga daerah tersebut di atas, Huzaimah mengaku masih ada beberapa daerah lagi yang melaporkan ke Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan Aceh, areal sawahnya terendam banjir pada akhir Desember 2021 dan awal Januari 2022.
Antara lain Kabupaten Aceh Tamiang, luas areal tanaman padi yang terendam air banjir 3.328 hektar, dari 4.383 hektar yang sudah ditanami padi. Yang mengalami kerusakan 838 hektar, tersebar di sembilan kecamatan.
Selanjutnya Langsa. Areal tanaman padi yang terendam banjir 286 hektar, tersebar di dua kecamatan, dari 845 hektar yang sudah ditanami padi. Kerusakannya sangat sedikit hanya 6 hektar.
Aceh Besar, yang terkena banjir 18 hektar, tersebar di dua kecamatan, tanaman padi yang mengalami kerusakan juga sedikit hanya 11 hektar. Gayo Lues, areal tanaman padi yang terkena banjir 5 hektar, di Kecamatan Rikib Gaib, belum ada kerusakan. Kabupaten Aceh Tenggara yang terkena banjir 70 hektar, yang mengalami kerusakan 15,5 hektar, lainnya selamat dan masih hidup.
“Di Kota Lhokseumawe juga ada semaian tanaman padi yang terendam banjir seluas 200 hektar, tapi belum mengalami kerusakan,” katanya.
Sementara itu, di Aceh Utara semaian tanaman padi yang terkena banjir cukup luas mencapai 2.877 hektar, yang mengalami kerusakan 1.386 hektar. Kemudian Aceh Timur semaian tanaman padi yang terkena banjir 594 hektar, yang mengalami kerusakan 276 hektar.
“Aceh Tenggara tanaman semaian padi yang terendam banjir 39 hektar. Aceh Tamiang semaian tanaman padi yang terendam air banjir 130 hektar, semuanya rusak,” katanya lagi
Tanaman padi semaian yang terendam banjir dan rusak itu, kata Cut Huzaimah, umumnya sudah diganti lain dengan tanaman baru oleh petani setempat, dengan cara menyemai bibit padi yang baru.
“Kita harapkan pada akhir Januari hingga Februari tidak ada lagi turun hujan yang ekstrem, atau melampaui di atas normalnya, agar semaian tanaman padi baru petani, tidak lagi direndam air banjir, sehingga semaian bibit padinya bisa ditanami pada areal sawah yang tanahnya sudah di olah dan dibersihkan dari sampah banjir,” ujarnya.(Zul)