
GPRIORITY, Tana Tidung – Para pedagang di Pasar Induk Imbayud Taka, Desa Tideng Pale, Kecamatan Sesayap, Tana Tidung, khawatirkan kelangkaan barang di akhir tahun 2020, yang berujung pada kenaikan harga.
Pasalnya, kelangkaan barang kerap terjadi di akhir tahun sebelumnya.
Diketahui, Pasar Induk Imbayud Taka merupakan satu-satunya pasar di Kecamatan Sesayap.
Anah, seorang pedagang di Pasar Induk Imbayud Taka, mengatakan para pedagang di pasar ini harus memasok barang lebih besar, agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Kami takut bulan depan (Desember) ada kenaikan harga yang sangat
tinggi. Biasanya sebelum kenaikan harga, tiba-tiba saja beberapa barang ada yang kosong sampai seminggu lebih,” kata Anah, Rabu (18/11/2020).
Menurut Anah, jika itu terjadi, dia tak bisa memenuhi kebutuhan pelanggannya yang sebagian besar punya usaha warung.
Tidak hanya itu, pendapatan juga menjadi berkurang karena barang yang dijual menurun akibat stok kosong.
Ia mengakui, pasokan barang yang dijualnya lebih banyak didatangkan dari luar daerah.
“Komoditas sayur mayur, saya datangkan dari Malinau dan Berau karena petani lokal belum bisa menyediakan stok barang yang cukup,” ucap Anah.
Sementara itu, petani dari Malinau sebagian besar libur, lantaran banyak yang merayakan Natal dan Tahun Baru.
Hal itu juga menjadi salah satu penyebab kelangkaan barang, khususnya sayuran.
“Itu yang kami takutkan, kekosongan barang karena banyak petani Malinau yang non muslim pulang kampung dan merayakan Natal. Jadi barang-barang pun kosong dan menyebabkan harganya tinggi,” tutur Anah.
Kenaikan harga sudah menjadi kebiasaan rutin setiap tahun, terutama di akhir tahun.
Namun, terkait kekosongan stok barang masih menjadi persoalan para pedagang di pasar induk yang sampai saat ini belum ada solusinya.
“Sampai sekarang, kami belum mendapatkan solusi dan masih memasok barang, sayuran dari Malinau. Kalau nanti terjadi kekosongan, kami terpaksa menunggu sampai barang ada dan biasanya kami jualan seadanya saja. Kami berharap petani di KTT ini bisa lebih banyak menghasilkan, jadi kami tidak perlu capek-capek lagi berbelanja ke Malinau,” ujarnya.
Terpisah, Sekretaris Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi (Disperindagkop) dan UMKM Tana Tidung, Linda Safitri mengungkapkan, hingga pertengahan November ini harga sembako relatif stabil.
Saat ini belum ada kenaikan harga sembako. Meski demikian, dia mengkhawatirkan adanya kenaikan harga yang cukup tinggi pada bulan depan.
“Kenaikan harga sering terjadi di akhir tahun atau Desember nanti. Hal ini memang sudah menjadi kebiasaan di setiap tahunnya, selain pada momen Ramadan dan Lebaran Idulfitri,” ungkap Linda.
Namun, kenaikan harga berlaku pada beberapa komoditas saja, sedangkan beberapa komoditas lainnya tidak terlalu berpengaruh karena kenaikan hanya berkisar Rp 1.000 saja.
Berdasarkan data harga sembako minggu pertama November tahun 2020 di Disperindagkop dan UMKM, yakni harga beras premium berbagai merek dibanderol mulai Rp13 ribu- Rp16 ribu per kilogram, beras medium Rp 12 ribu-Rp 13 ribu per kilogram.
Sementara untuk harga gula pasir per kilogram Rp 16 ribu, minyak goreng ukuran 620 ml Rp 11 ribu, ukuran 1 liter Rp 20 ribu, ukuran 5 liter berbagai merek Rp 65 ribu-Rp 80 ribu.
Kemudian, susu kemasan kaleng berkisar antara Rp 12 ribu-Rp 13 ribu per kaleng, susu bubuk kemasan isi 400 gram dipatok dengan harga Rp 40 ribu-Rp 50 ribu per kemasan.
Untuk harga telur ayam boiler per 1 kg atau 16 butir Rp 50 ribu, telur ayam kampung 1 kg isi 21 butir Rp 90 ribu dan telur bebek 1 kg atau 16 butir seharga Rp 100 ribu.
Dia memastikan bila ada terjadi kenaikan harga, maka biasanya komoditas beras, gula, minyak goreng dan telur yang harganya mengalami kenaikan.
“Sampai sekarang ini kita masih mendatangkan sembako dari luar daerah sehingga harganya memang sudah tinggi dibanding dengan daerah lain. Kita berharap stok sembako aman meskipun nanti ada kenaikan harga. Artinya tetap bisa memenuhi kebutuhan masyarakat KTT menjelang Natal dan tahun baru nanti,” tutup Linda.(FBI)