Dalam rangka mengembangkan wisata kebugaran atau wellness tourism di Indonesia, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) meresmikan Aroma Wellness Festival (AWF).
AWF sendiri diresmikan oleh Wamenparekraf Angela Herliani Tanoesoedibjo bersama dengan Walikota Solo, Gibran Rakabuming, di Ndalem Doyoatmojo, Solo, Jawa Tengah.
Kota Solo menjadi pilot project atau proyek percontohan AWF bersama dengan dua daerah lainnya yaitu Yogyakarta dan Bali. Festival ini bertujuan untuk mengembangkan wisata kebugaran Indonesia yang sudah ada sejak tahun 2012, diharapkan dapat mewujudkan Indonesia sebagai destinasi pariwisata kesehatan dunia.
Menurut Wamenparekraf, Wisata kebugaran menjadi tren di masa pandemi dan pasca pandemi, hal ini terjadi karena masyarakat semakin peduli terhadap aspek kesehatan.
“Isu kesehatan menjadi isu yang paling banyak diperbincangkan saat ini. Untuk itu, kegiatan ini bisa mendorong pengembangan awareness tentang potensi wisata kebugaran di Indonesia, dan semakin mengukuhkan Kota Solo sebagai The City of Java Wellness,” kata Angela.
Walikota Solo, Gibran Rakabuming, mengatakan wisata kebugaran telah menjadi gaya hidup dan mengubah perilaku masyarakat Solo. Dengan dukungan Kemenparekraf, Kota Solo bersama dengan Indonesia Wellness Institute (IWI) resmi meluncurkan brand pariwisata Kota Solo, yaitu: Solo Wellness City, the City of Java Wellness.
“Saya harap langkah awal yang dilakukan hari ini dapat memberikan dampak positif bagi sektor pariwisata dan bisa menular bagi kota-kota lain untuk bersama-sama memajukan sektor pariwisata di Indonesia,” tuturnya.
Sebagai informasi, menurut riset dari Global Wellness Tourism Economy tahun 2017, Indonesia menempati peringkat ke-17 sebagai destinasi wisata kebugaran, dengan capaian USD 6,9 miliar dan tercatat mampu menyerap sekitar 1,31 juta pekerja.
Wisata kesehatan juga dinilai semakin menjanjikan. Pada tahun 2017 secara global tercatat wisata kesehatan meraih nilai USD 639 miliar, dan diperkirakan naik menjadi USD 919 miliar pada tahun 2022. Bahkan pada 2030, nilai ini diprediksi akan tembus diangka USD 1.672 miliar. (Dw.foto.dok.Kemenparekraf)