Mengenang Sejarah Stadion GBK

Jakarta,gpriority.co.id-Guys  pasti Anda tahu kan untuk apa Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK)  digunakan. Anda juga tahu dimana letaknya. Namun apakah Anda juga tahu  mengenai sejarah. Yuk simak ulasannya di bawah ini.

Dilansir dari laman resminya, SUGBK didirikan pada tanggal 24 Juli 1962. Waktu itu nama yang dipakai adalah Gelanggang Olahraga Bung Karno. Nama ini digunakan untuk menghormati Presiden pertama RI yang mencetuskan ide untuk membuat gelanggang olahraga guna menyambut pesta olahraga Asia bernama ASIAN GAMES IV yang berlangsung pada Agustus 1962.

Menurut laman tersebut, Presiden Soekarno yang merasa bangga dengan penunjukkan Indonesia sebagai tuan rumah ASIAN GAMES, segera mengambil tindakan untuk membuat stadion. Tak hanya itu dengan adanya stadion ini, Soekarno juga ingin menunjukkan bahwa di tengah keterbatasan SDM, Indonesia masih bisa membangun infrastruktur.

Menurut laman tersebut,  Stadion ini dibuat pada tahun 1960 dengan biaya pinjaman lunak dari Uni Soviet sebesar 12,5 juta dollar AS. Tak hanya itu Uni Soviet pun mengirimkan insinyur dan teknisinya untuk merancang stadion utama GBK. Bahkan, Perdana Menteri Uni Soviet Nikita Kruschev turut hadir dalam pemancangan tiang pertama.

Soekarno yang merupakan Insinyur Sipil Jurusan Bangunan dari Technische Hoogeschool te Bandoeng (THB, kini jadi Institut Teknologi Bandung) ini punya rancangan sendiri soal wujud stadion utama yang akan dibangun. Waktu itu, dia terinspirasi air mancur di Museo Antropologia de Mexico ketika berkunjung ke Meksiko.

Dilihat dari arah tempat duduknya, nampak bentuk atap bundar dari sumber air mancur. Atap bundar itu hanya disangga tiang beton. Maka, seluruh bagian atap stadion utama GBK dirancang sama sekali tidak memakai penyangga di tengah. Sehingga, penyangga atap seluruhnya berada di tepi mengelilingi bangunan stadion.

Atap oval yang mengelilingi stadion tersebut bertepi serta menyatu pada sebuah gelang raksasa yang secara kokoh bakal dicengkeram dari bagian sebelah atas. Dalam pidatonya kepada para olahragawan, Soekarno yang sedang mengikuti pemusatan latihan untuk Asian Games ke-IV meminta arsitek Uni Soviet membuat atap model temu gelang di SUGBK. Arsitek Uni Soviet kala itu mengatakan hal itu tidak mungkin dilakukan. “Tidak, saya katakan sekali lagi, tidak. Atap stadion kita harus temu gelang,” perintah Soekarno saat itu.

Menurut Soekarno, desain atap dengan model itu bisa membuat penonton terhindar dari teriknya sinar matahari. Dia juga ingin Indonesia punya stadion utama yang memiliki atap dengan bentuk tersebut dan memukau siapa saja yang melihatnya. Tak disangka-sangka, musibah sempat melanda atap temu gelang kebanggaan Soekarno ini. Pada 23 Oktober 1961 pukul 18.45, percikan api membakar beberapa bagian bangunan yang sudah setengah jadi. Kebakaran paling banyak menghancurkan rangkaian kayu penyangga kerangka besi yang mengakibatkan atap stadion yang belum selesai itu hancur.  Meski kecil, kebakaran itu membuat geger dunia. Harian The Strait Times dari Singapura menulis headline, “Lonceng Kematian Asian Games Segera Berbunyi dari Jakarta”. Para anggota AGF khawatir pelaksanaan bakal tertunda. Hingga akhirnya, Pemerintah membuat dua komisi independen untuk mengusut kasus kebakaran ini.

Setelah pengusutan selesai, pembangunan kembali dilanjutkan. Dan tahun 1962 diresmikan secara langsung oleh Presiden Soekarno.

Tahun 1969, Presiden RI ke-2 Soeharto mengganti namanya menjadi Stadion Utama Gelora Senayan. Menurut laman tersebut, pergantian nama tersebut dilakukan karena adanya kebijakan dari Soeharto terkait “ de-Soekarnonisasi”.

Tahun 2001, Presiden Abdurrahman Wahid kembali mengganti namanya menjadi Stadion Utama Gelora Bung Karno. Tujuannya, agar masyarakat bisa mengetahui siapa pencetus sejarah berdirinya stadion ini.(Hs.Foto.dok.pribadi)