Menilik Jejak Jepang di Sumur Tujuh Bangka Tengah

Pernah mendengar cerita tentang Sumur Tujuh? Sumur penuh sejarah ini terletak di Kota Koba, Bangka Tengah, atau sekitar 45 kilometer dari Kota Pangkalpinang. Memang, nama Sumur Tujuh sudah tidak asing bagi masyarakat sekitar. Namun, masih banyak yang belum mengetahui sejarah dibalik Sumur Tujuh.

Pada 17 Februari 1942, Pulau Bangka, Kepulauan Bangka Belitung resmi diduduki tentara Jepang. Sebanyak 800 tentara dikerahkan untuk pertahanan sekaligus mempersiapkan infrastruktur penunjang perang. Salah satu infrastruktur tersebut berupa sumur yang dibangun di daerah Tanjung Langka, Kelurahan Padang Mulia, Bangka Tengah.

Sumur yang berjumlah tujuh buah itu dibangun di satu lokasi dalam posisi berderetan.

Sumur Tujuh berfungsi untuk penampungan air laut yang kemudian diolah menjadi garam. Maka tidak mengherankan jika Sumur Tujuh dibangun persis di garis pantai Pulau Bangka.

Garam yang dihasilkan dari Sumur Tujuh membuat Jepang bisa memenuhi salah satu kebutuhan pangan mereka secara mandiri. Kondisi perang kala itu, juga tidak memungkinkan suplai logistik dari luar dilakukan setiap saat.

Jepang bercokol di wilayah Bangka Belitung Gunseibu, dalam rangkaian penguasaan Asia Timur Raya, saat era Perang Dunia kedua (PD II).  Ketika itu Jepang melancarkan kampanye yang dikenal dengan istilah tiga A. Yakni Jepang pemimpin Asia, Jepang cahaya Asia dan Jepang pelindung Asia.

Dalam masa kontemporer ini, Sumur Tujuh menjadi situs cagar budaya yang dilindungi. Fisik bangunan sumur masih terjaga dengan baik. Sumur berdiri kokoh dengan konstruksi dinding setebal 15 sentimeter. Situs bersejarah ini menjadi bagian dari kawasan pariwisata Tanjung Langka. Tempat wisata ini ramai dikunjungi pada liburan akhir pekan atau hari libur nasional.

Selain pemandangan pantai yang cukup memesona, juga ada sejumlah gazebo, kolam pemancingan hingga track bersepeda atau sepeda motor yang bisa dicoba pengunjung. Beberapa fasilitas umum juga disediakan, seperti ayunan ban-ban mobil bekas ataupun sepotong papan yang tergantung cukup rapi di dahan-dahan pohon besar di tepian Pantai Sumur Tujuh. (VIA)