Mesjid Tua Al-Muhajirin, Dibangun Saudagar Arab, Berkubah 25 Tanpa Rangka Besi

Sulsel,GPriority.co.id Mesjid tua Al – Muhajirin dibangun di Desa Ujung Lero Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang Sulawesi selatan

Badan bangunan tua Mesjid Al Muhajirin, dinilai unik karena tidak memiliki kerangka besi namun memiliki kubah hingga 25 buah

Imam Masjid Al-Muhajirin, Habib Yusuf bin Abdullah menceritakan, Masjid Al Muhajirin, diperkirakan dibangun sekitar tahun 1955 oleh seorang Habib dari Arab Hasan bin Alwy Sahil yang merupakan ulama Arab yang kebetulan berdagang dan menyebarkan agama Islam di Tanah Mandar yang saat itu Ujung Lero kebanyakan dihuni warga Mandar (suku etnik Kabupaten Majene – Sulbar) yang meminta suaka ke Pemerintah Kabupaten Pinrang untuk menetap.

Perkiraan pembangunan awal Masjid Al Muhajirin di tahun 1955 terlihat dari catatan yang tertulis di tembok sumur di dalam mesjid, yang saat itu
mungkin menjadi salah satu fasilitas Mesjid untuk berwudhu.

“Di sudut sana, ada sumur tua di dalam kompleks masjid tertulis tahun 1955. Nah, kemungkinan masa itu awal pembangunan atau selesainya Masjid Al Muhajirin dibangun” ungkap Yusuf bin Abdullah.

Ia mengatakan, kedatangan Habib Hasan ke Desa Ujung Lero berawal, karena kampung Ujung Lero menjadi tempat bagi banyak warga untuk berlindung dari para penjajah. Sementara sang ulama Arab datang untuk mengajarkan Islam lebih mendalam kepada masyarakat desa.

“Nah, kebetulan Habib Hasan ini konon juga seorang arsitektur, Dia sampaikan ke masyarakat keinginannya membangun masjid. Maka dibantulah dia membangun bersama masyarakat sekitar sini,” ungkap Habib Yusuf.

Kini, bangunan masjid Al-Muhajirin sekitar 50 x 40 meter di atas lahan 1 hektare dan masjid ini mampu menampung hingga 1.500 jemaah.

Sebelum mengalami proses pemugaran, hingga 2 kali, masjid ini
memiliki ukuran yang lebih kecil dari ukuran saat ini, 50 x 40 M, dan kini bisa menampung seiutar 1.500 Jemaah, ungkap Habib Yusuf.

Karena dibangun dari saudagar Arab, Masjid Al-Muhajirin secara arsitektur menyerupai Masjid Nabawi di Madinah. Jika dilihat dari luar, tampilannya yang paling menonjol memiliki 25 kubah masjid pada bagian atap yang berdiri kokoh sejak dibangun hingga sekarang.

“25 kubah ini melambangkan 25 nabi dan rasul. Secara makna bahwa masjid ini bagian dari upaya untuk mempertahankan Islam dan melanjutkan semangat para nabi dan rasul,” terang Habib Yusuf lagi.

Dijelaskan Habib Yusuf, Keahlian Habib Hasan untuk mendirikan masjid diperoleh karena semasa kecil Ia pernah menetap dan tinggal di Mekkah. Saat itulah ia melihat bangunan masjid dan belajar terkait masjid juga.

Keunikan dari proses pembangunan masjid ini karena dibangun tanpa menggunakan besi. Habib Yusuf menilai hal itu memungkinkan karena cara membangun yang tepat, dan material yang dipakai yakni batu karang yang dibakar ditambah batu bata, putih telur, dan sedikit campuran semen.

“Ini dibangun tanpa kerangka besi. Kuncinya dari bahan material dan cara mencampur yang tepat sebenarnya,” ucapnya.

Selain itu, kuatnya bangunan masjid tanpa besi diyakini karena dibuat dalam keadaan suci. Jika ada bahan bangunan yang tersentuh binatang bernajis, maka langsung diganti saat itu juga.

“Malaikat kan itu bersih dan anjing itu mengandung najis. Jadi sehingga malaikat menjaga masjid supaya kokoh harus dipastikan tidak ada satupun bahan bangunan tersentuh atau dijilat anjing saat hendak dibangun,” tutur Habib Yusuf.

Proses lain yang diyakini membuat kubah masjid kokoh sebab memakai campuran Alquran bekas yang sudah tidak terpakai. Dari campuran inilah dioleskan ke kubah masjid.

“Mengapa kubah, sebab itu posisi tertinggi. Sehingga Alquran tetap bisa suci tak tersentuh kotoran,” jelas Habis Yusuf.

Pengurus Masjid Al-Muhajirin, Ustad Abdul Rahman mengatakan, pernah suatu ketika ada arsitek Jepang berkunjung ke Masjid Al-Muhajirin.

Arsitek Jepang disebut penasaran sebab masjid ini dibangun tanpa menggunakan besi dan hanya menggunakan sedikit semen. Sang arsitek meragukan hal itu, dan memprediksi bangunan masjid tidak akan bertahan lama.

“Namun buktinya sampai sekarang masih terus digunakan. Bangunan masjid masih sangat kokoh berdiri dan semoga begitu seterusnya,” harap Ustd.Abd.Rahman.

Kekuatan masjid ini, sudah terlihat, tahun 1990-an terjadi gempa dahsyat di Pinrang sehingga banyak rumah dan bangunan yang hancur, dan Masjid Al-Muhajirin sempat terlihat ada retakan di satu bagian tembok. Namun tak lama berselang retakan tersebut sudah hilang dan menyatu kembali.

“Kondisi itu dipercaya juga masyarakat di Ujung Lero, bahwa ini lah semacam kelebihan atau berkah dari masjid ini. Kalau dipikir secara logika tidak mungkin tetapi karena dasarnya masjid dibangun ulama dan semua bahan bangunan suci, maka bertahan hingga kini,” kata Abdul Rahman. (Ae)