Polusi Udara Jakarta Memburuk, YLKI Imbau Harus Ada Sinergitas Antar Sektor Transportasi dan Energi

Penulis : M. Hilal | Editor : Dimas A Putra | Foto : Jakarta.go.id

Jakarta, GPriority.co.id – Belakangan terakhir polusi udara di Jakarta semakin tak terkontrol. Jakarta dinilai sebagai kota dengan tingkat polusi udara yang cukup parah di dunia. Dampak dari polusi udara tersebut, marak penyakit ISPA mengalami kenaikan yang cukup drastis.

“Dampaknya, di Jakarta penyakit ISPA mengalami kenaikan drastis,” ungkap Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi, pada Kamis (16/11).

Fenomena polusi di Jakarta tak bisa dilepaskan oleh adanya dampak hilir transportasi yang sudah melebihi kapasitas pengguna, dan akhirnya pemicu lainnya dalam sektor energi.

Lebih lanjut, YLKI tengah merespon fenomena tersebut, YLKI telah mengadakan dialog publik secara daring melalui zoom yang bertajuk “Sinergitas Sektor Transportasi dan Energi dalam Pengendalian Pencemaran Udara di Kota Jakarta”.

Dalam kesempatan tersebut, YLKI turut menghadirkan nara sumber diantaranya, Dirjen Pengendalian Pencemaran Udara KLHK, General Manager PLTU Suralaya Indonesia Power, Ketua KPPB, dan seluruh Pengurus Harian YLKI.

Dialog tersebut dihadiri oleh kurang lebih 150 peserta dan juga menghadiri oleh penanggap Dinas DKI Jakarta seperti Dishub, Dinkes, Dinas LH, influencer, tokoh masyarakat dan media online.

Sementara itu, acara ini disiarkan secara live oleh Radio KBR, dan seluruh ratusan jaringan radio daerah dan radio komunitas lainya.

Adapun kesimpulan dalam diskusi publik tersebut, diantaranya ialah:

1. Pencemaran udara di Kota Jakarta sudah sangat mengkhawatirkan dan membahayakan dari sisi kesehatan dan bisa berdampak secara ekonomi. Bahkan menurut Dinkes DKI Jakarta faktor lingkungan dan kualitas udara berpengaruh paling signifikan terhadap berbagai penyakit tidak menular, seperti jantung koroner, hipertensi, diabetes, dan lain-lain.

2. Pengendalian Pencemaran udara juga menjadi fenomena yang sejalan dengan upaya pemerintah mewujudkan kebijakan nett zero emition hingga 2060. Hal ini tidak akan tercapai jika tidak ada kebijakan yang gradual dan sistematis dilakukan, karena pencemaran udara (polusi) adalah wujud paling nyata adanya produksi emisi gas buang dari energi fosil, yang digunakan untuk aktivitas di sektor hilir, seperti transportasi, bisnis dan industri.

3. Hal yang paling kentara adalah bahwa sektor transportasi berkontribusi paling signifikan (45%), karena penggunaan kendaraan pribadi masih sangat dominan, baik roda dua, roda empat dan kendaraan logistik. Saat ini ranmor roda dua di Jakarta mencapai 24 juta lebih.

4. Hal yang tak boleh dilupakan adalah adanya PLTU yang mengepung Kota Jakarta, yakni PLTU di area Prov. Banten, Prov. Jabar, dan PLTU di Jakarta. Diduga kuat banyak PLTU Swasta yang digunakan utk sektor industri dan bisnis yang belum tersertifikasi proper (ramah lingkungan) dari KLHK.