Ketika bangsa Portugis datang di awal abad ke-16 masehi, mereka menamakan daratan tersebut sebagai Nossa Senhora da Anunciada. Kini, daratan tersebut dikenal sebagai Ambon. Wilayah yang dalam bahasa setempat disebut sebagai Ambong ini, dan juga daerah di sekitarnya menyimpan sebuah paradiso atau ‘surga’ wisata dari timur Indonesia.
Pantai Bandara PTM
Pantai Bandara Pattimura atau yang biasa disebut Pantai Bandara PTM bisa menjadi pilihan utama destinasi wisata alternatif jika melakukan perjalanan di Kota Ambon. Lokasinya yang hanya berjarak 5 km dari Bandara Internasional Pattimura Ambon, membuat lokasi wisata ini kerap kali dikunjungi saat hendak menuju pusat Kota Ambon atau yang akan hendak pergi menuju bandara.
Akses menuju ke sana sangat mudah. Dari bandara, aneka fasilitas transportasi umum, seperti sarana transportasi online (Gojek atau Grab –red) bisa menjadi pilihan untuk menuju ke sana. Jika ingin lebih hemat lagi, berbagai ojek pangkalan di sekitar bandara juga bisa menjadi alternatifsarana transportasi.
Tak hanya menyuguhkan pemandangan deburan pasir dan ombak yang indah, pesawat yang berlalu lalang tak jauh dari pantai pun menambah keseruan di sana.Untuk akses masuk, tidak dikenakan tarif. Karena langsung berhadapan dengan jalan besar. Sementara untuk wisata kuliner di sekitar Pantai Bandara PTM, bisa mencoba untuk menjajaki bukit yang berada tak jauh dari pantai. Tak perlu khawatir, karena kebersihan pantai dan sekitarnya sangat terjaga.
Jembatan Merah Putih
Akses untuk ke pusat Kota Ambon dari Bandara Internasional Pattimuramenempuh jarak tempuh sekitar 35 km. Bisa dengan transportasi online, taksi bandara, atau bahkan dengan menggunakan bis. Untuk menuju pusat kota, bisa ditempuh dengan dua jalur alternatif, Salah satunya melalui Jembatan Merah Putih.
Mulai dibangun pada 17 Juli 2011, jembatan yang membentangi Teluk Dalam Pulau Ambon ini merupakan jembatan kabel pancang terpanjang yang ada di Indonesia bagian timur. Jembatan ini menghubungkan Desa Rumah Tiga (Poka) di sisi utara dan Desa Hative Kecil/Galala di sisi selatan.
Jembatan Merah putih kini juga telah menjadi salah satu ikon kota Ambon. Menurut perspektif masyarakat lokal, jembatan tersebut dimaknai sebagai bentuk dari perdamaian.
Gong Perdamaian
Di tahun 1999, sebuah tragedi kemanusiaan berunsur SARA terjadi di bumi Ambon. Sebuah potert kelam tentang lemahnya toleransi saat itu sempatmenorehkan luka bagi masyarakat Ambon, maupun seluruh negeri.
Usai masa reformasi berjalan, masyarakat Ambon mulai bebenah diri. Merajut kembali kedamaian dan kenyamanan yang ada. Berangkat dari hal itu, bersama pemerintah, dibangun lah sebuah monumen bersimbol gong yang dinamai “Gong Perdamaian Dunia”.
Berdiameter sekitar 2 meter, gong ini memiliki permukaan berisi gambar-gambar bendera dari berbagai negar di seluruh dunia. Di tengahnya, terdapat pula lambang agama-agama besar dunia. Lambing Pancasila pun terpampang jelas di bagian atas penyangga gong. Gong yang terletak di pusat Kota Ambon ini adalah yang ke -35 dari seluruh Gong Perdamaian Dunia yang tersebar di beberapa negara.
Letaknya yang dekat dengan kantor gubernur dan alun-alun Kota Ambon, membuat lokasi tersebutsering dijumpai anak-anak yang sedang bermain atau bahkan belajar menari. Bagi yang ingin mencari buah tangan khas Ambon,seperti kue kenari dan sagu, jangan khawatir, di pusat kota, ada berbagai macam toko oleh-oleh yang bisa disinggahi.
Teluk Ambon
Di abad pertengahan awal, tepatnya tahun seorang antropolog, naturalis, dan ilmuan asal negeri Britania bernama Afred Rusell Wallace terpukau ketika pertama kali menapakan kakinya di sebuah teluk di pesisir Perairan Timur Indonesia. Kala itu, ia meyakini bahwa tempat itu sebagai “surga kecil” negeri archipelago.
Ialah Teluk Ambon, yang juga dikisahkan dalam salah satu karya Wallace, The Malay Archipelago. Dalam karyanya tersebut, ia mendeskripsikan Teluk Ambon dengan surga dasar lautnya yang menakjubkan. Teluk yang memilki perairan sepanjang 30 km ini kaya akan keragaman lamun, mangrove, dan koral.
Teluk Ambon bisa menjadi rekomendasi destinasi wisata untuk berswafoto, kuliner jagung bakar, atau hanya sekadar menikmati pemandangan alam baharinya. Jika ke sana saat menjelang natal, masyarakat setempat menggelar sejumlah parade dengan hadirnya santa yang berkeliling memberi kado. Tak cuma santa, sejumlah warga yang berkostum unik juga ikut memeriahkan suasana.
Restoran Wailela
Jika melewati Jalan Muhammad Putuhena, Rumah Tiga, Ambon, tak ada salahnya untuk singgah sejenak untuk berwisata kuliner di Restoran Wailela.Dengan nuansa indoor dan outdoor, restoran ini menyediakan aneka ragam makanan khas Ambon.
Menu andalan di sana ada nasi bakar cakalang dan nasi goreng cakalang. Range harga makanan dan minumannya dari mulai 40.000 rupiah. Bagi pecinta beer, jangan khawatir, resto ini juga menyediakannya. Pastinya cocok untuk berkumpul bersama kawan-kawan.Berlatar suasana pantai, membuat nuansa di resto ini kian romantis.
Pantai Natsepa
Hamparan pasir putih, deburan ombak di laut biru lepas, serta semilir angin yang merdu, membuat pantai selalu menjadi destinasi wisata favorit banyak orang. Setiap daerah selalu memiliki pantai yang melegenda. Begitu pun Ambon dengan Pantai Natsepa yang keindahannya tak lekang oleh waktu.
Di pantai yang terletak kurang lebih 18 km dari pusat Kota Ambon ini terdapat satu makanan khas berupa rujak buah yang menyegarkan. Pantai yang sudah banyak memesona turis lokal dan mancanegara ini terkenal pula akan hamparan pasir putihnya yang menjadi salah satu yang terluas di sepanjang pesisir Pulau Ambon. Masyarakat lokal sering mengatakan bahwa, belum lengkap ke Ambon jika belum menapakan kaki di pantai ini.
Museum Siwalima
Siwalima berasal dari dua kata, siwa dan lima. Siwa yang memiliki arti Sembilan memaknai kumpulan 9 kerajaan yang ada di selatan kepulauan Molukas. Sedangkan lima berasal dari kata Patalima yang bermakna kumpulan 5 kerajaan di utara Maluku.
Museum Siwalima yang berada di Desa Amahusu ini awalnya hanya menyimpan koleksi budaya dan benda-benda adat istiadat Maluku. Namun kini, museum ini juga memilki aneka jejak historis kelautan masyarakat Ambon. Lokasi museum yang terletak di tepat di atas bukit dengan pemandangannya yang mengahdap Teluk Ambon, membuat museum ini juga menjadi salah satu tempat yang eksotis.
Benteng Fort Amsterdam
Disingkat menjadi Benteng Amsterdam, benteng peninggalan Belanda ini adalah salah satu bangunan tua yang menjadi saksi bisu kekuasaan VOC di Ambon. Berada di perbatasan antara Negeri Hila dan Negeri Kaitetu dan berjarak sekitar 42 km dari Kota Ambon, benteng ini sebelumnya merupakan loji milik bangsa Portugis guna menyimpan rempah-rempah Maluku.
Konstruksi benteng yang mirip sebuah rumah, membuat bangsa negeri kincir angin menyebutnya sebagai Blok Huis. Terdiri dari tiga lantai, satu menara pengintai di puncak atap, dan prasasti di depan benteng, bangunan ini merupakan benteng yang sangat terpelihara di Maluku dimana di dalamnya kini digunakan sebagai tempat penyimpanan barang-barang peninggalan sejarah.
Gereja Tua Imanuel
Gereja ini adalah salah satu bukti peninggalan sejarah yang ada di Maluku. Sekitar 42 km dari Pusat Kota Ambon, gereja ini pertama kali dibangun pada tahun 1659 dan menjadi tempat ibadah tertua di Kepualauan Molukas.
Gereja ini sangat sederhana, dengan dinding yang terbuat dari kayu bercat putih, beratap rumbia dengan tiang lonceng yang utuh menghiasi halaman. Di dalamnya terdapat sebuah mimbar dengan dua barisan kursi berjajar serta ruangan kecil untuk pendeta. Walau sempat mengalami kerusakan akibat konfik SARA di Maluku tahun 1999, kini Gereja Tua Imanuel juga telah menjadi salah satu cagar budaya yang terawat dengan baik. Tak perlu khawatir, tidak ada pungutan biaya sama sekali jika berkunjung ke sini.
Pelabuhan Ambon
Sebagai kota dengan wilayah lautnya yang luas, membuat pelabuhan di Kota Ambon merupakan suatu hal vital adanya. Pelabuhan Ambon adalah salah satu pelabuhan di dataran Amboina yang tersibuk. Berlokasi di Jalan Yos Sudarso, Ambon, pelabuhan internasional ini dilengkapi dermaga yang memadai. Memiliki kedalaman laut dan keamanan sandaran kapan yang baik, membuat pelabuhan ini juga kerap kali disinggahi oleh kapal pesiar dari berbagai negara, salah satunya Kapal Pesiar L’austral asal Prancis di tahun 2018.
Pelabuhan ini pun merupakan pelabuhan tertua di Kota Ambon. Dibangun sejak era VOC, pelabuhan ini juga terkenal sebagai pelabuhan peti kemas. Walau suasana di pelabuhan ini padat, taka da salahnya untuk mencicipi aneka kuliner pinggir jalan yang berada di sekitar pelabuhan.(Sofia)