Presiden Rusia Putin: Perang Israel di Gaza Bisa Meluas di Luar Timur Tengah

Penulis: Aflaha Rizal Bahtiar | Editor: Dimas A Putra | Foto: Aljazeera.com

Jakarta, GPriority.co.id— Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan bahwa perang Israel di Gaza dapat meluas ke luar Timur Tengah.

“Tugas kami hari ini, tugas utama kami adalah menghentikan pertumpahan darah dan kekerasan,” ungkap Putin para pertemuan Kremlin dengan para pemimpin agama di Rusia dari berbagai agama, Rabu (25/10), mengutip dari laman Aljazeera.com.

Lebih lanjut, Presiden Putin mengatakan kepada para pemimpin dunia lainnya lewat telepon, bahwa kampanye militer Israel di Gaza tidak berhenti, dan risiko agresi yang lebih luas.

“Eskalasi krisis lebih lanjut mempunyai konsekuensi yang serius dan sangat berbahaya. Tidak hanya di Kawasan Timur Tengah, ini bisa meluas dan melampaui batas-batas Timur Tengah,” tegas Vladimir Putin.

Lewat pernyataannya yang mengkritik negara-negara Barat, ia mengatakan bahwa kekuatan tertentu yang tidak disebutkan berusaha memprovokasi eskalasi lebih lanjut, sehingga menarik sebanyak mungkin negara dan masyarakat untuk masauk ke dalam konflik.

Tujuan itu, lanjut Presiden Rusia, adalah meluncurkan gelombang kekacauan dan kebencian.

Gencatan senjata

Pada Kamis (26/10), Kremlin mengungkap upaya untuk menyetujui resolusi Dewan Keamanan PBB yang seimbang mengenai agresi Israel-Palestina. Hal itu terjadi sehari seteleah Rusia dan Tiongkok memveto resolusi yang dirancang Amerika Serikat untuk serukan ‘Jeda Kemanusiaan’ yang memungkinkan akses bantuan, perlindungan warga sipil, dan penghentian mempersenjatai Hamas.

Para diplomat mencatat bahwa jeda kemanusiaan tidak sama dengan gencatan senjata, yang didukung oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.

Sementara itu, Rusia mengajukan proposal tandingan di PBB yang menganjurkan gencata senjata lebih luas, dan dianggap sebagai opsi yang lebih seimbang. Namun, proposal tersebut gagal mendapatkan suara.

“Kita perlu menyerukan gencata senjata dan kita tidak bisa mengutuk tindakan satu pihak saja,” ungkap juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Kamis (26/10).

“Resolusinya harus seimbang dan upaya diplomatik harus dilanjutkan di sini,” tegasnya.