Jakarta,GPriority.co.id – Memberikan dukungan dengan kata-kata penyemangat memang diperlukan bagi setiap orang ketika mengalami kegagalan atau kesedihan yang berlarut-larut. Namun ucapan atau perlakuan tersebut bisa dianggap salah jika dilakukan secara terus-menerus dan berlebihan. Perilaku tersebut dinamakan toxic positivity.
Toxic positivity merupakan suatu kondisi dimana seseorang menuntut dirinya sendiri atau orang lain untuk berpikir dan bersikap positif dengan menolak semua emosi negatif. Perlu diketahui, bahwa jika hal ini terus dibiarkan maka bisa merusak kesehatan mental seseorang.
Toxic positivity bisa menyerang siapa saja, termasuk kaum muda karena mereka cenderung memiliki emosi yang kurang stabil. Ketika mereka dihadapkan dengan permasalahan yang membutuhkan penanganan khusus, justru mereka mendapatkan perilaku toxic positivity dari orang-orang sekitar.
Salah satu contoh kalimat toxic positivity yang paling sering diucapkan adalah “Kamu beruntung, masih banyak orang yang lebih menderita dari kamu” dan “Jangan menyerah. Aku saja bisa, masak kamu enggak?”.
Kedua kalimat tersebut memang bersifat penyemangat, namun dalam keadaan tertentu bisa menjadi ‘serangan identitas’. Padahal, yang benar-benar seseorang butuhkan ketika merasa sedih atau tertimpa musibah adalah empati, bukan sekadar kata-kata penyemangat.
Bahaya Toxic Positivity
Perilaku toxic positivity dapat membuat kita terjebak dalam situasi atau hubungan yang buruk. Jika kita terus melontarkan kalimat penyemangat yang bersifat menghakimi, hal itu hanya akan membuat hubungan kita dengan orang lain menjadi tidak nyaman.
Toxic positivity juga memiliki bahaya sebagai penghambat potensi diri. Saat seseorang berusaha meredam emosi negatif yang dimilikinya, ia tanpa sadar telah menghambat dirinya untuk berusaha menjadi lebih baik lagi. Sebab ia tidak belajar apapun dan hanya terus meyakinkan dirinya untuk berpikir positif.
Hal berbeda terjadi pada seseorang yang meluapkan emosinya ketika sedang tertimpa kemalangan. Dengan mengeluh, ia akan belajar untuk mengatur emosinya menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Ciri-Ciri Toxic Positivity
Toxic positivity sering kali tidak pernah disadari oleh pelakunya karena mereka melontarkan kata-kata tanpa pikir panjang tanpa memikirkan konsekuensinya. Berikut kenali ciri-ciri perilaku toxic positivity:
1. Sering Memendam Perasaan
Ciri pertama toxic positivity yang patut diwaspadai adalah selalu menyembunyikan perasaan yang sebenarnya atau tidak jujur pada diri sendiri. Perilaku ini dipicu oleh kekhawatiran akan dianggap lemah oleh orang lain, sehingga ia akan berusaha untuk menonjolkan sisi positifnya saja.
2. Menghakimi Diri Sendiri dengan Motivasi
Sering kali kita memiliki kata-kata motivasi yang bersifat sebagai penyemangat, namun jika motivasi tersebut digunakan sebagai penghakiman untuk diri sendiri sudah masuk sebagai perilaku toxic positivity. Hal ini hanya akan menambah beban pikiran kita ketimbang memberikan solusi terbaik.
3. Menghindari Setiap Masalah
Ciri-ciri perilaku toxic positivity seringkali memilih untuk menghindari masalah. Lari dari masalah dan bersikap tertutup pada diri sendiri hanya akan membuat perasaan kita tidak tenang karena kesulitan mengungkapkan emosi.
4. Selalu Menutupi Kesedihannya
Ketika kita merasa harus selalu bahagia dan positif dalam keadaan apapun, maka hal ini bisa dikatakan sebagai ciri-ciri perilaku toxic positivity. Emosi negatif seperti perasaan sedih, marah dan kecewa adalah sesuatu yang sangat normal dan perlu diungkapkan atau dilampiaskan sebagai bagian dari diri kita. (Hn.)