BICARA RUPA


Jakarta,gpriority-Bagi banyak orang, fotografi kinimenjadi gaya hidup.

Dengan bermodal ponsel, kini semua orang bisa menjadi fotografer, memotret berbagai aktivitas kesehariannya, juga peristiwa di sekitarnya, kemudian dibagikan di media sosial.

Dalam kondisi terkini, kebijakan pemerintah untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 seperti penutupan tempat-tempat publik, Work From Home (WFH), kemudian berlanjut Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), semua hal itu membuat banyak orang tetap di rumah sehingga meninggalkan kebiasaannya beraktivitas di luar rumah dan bertemu dengan banyak orang. Perubahan drastis yang telah berlangsung selama berbulan-bulan ini ada kalanya menimbulkan kerinduan terhadap kehidupan keseharian sebelum merebaknya Covid-19, termasuk bertemu dengan orang-orang dalam keseharian kita (everyday people). Di sinilah fotografi berperan untuk membuat situasi itu tak berjarak.

Mengapa dipilih Everyday People? Everyday People berangkat dari program sosial yang diinisiasi oleh Humanika Artspace yang merupakan sebuah ruang belajar, sosial, dan seni di Bandung yang digagas Andang Iskandar. Everyday People dilatarbelakangi dari karya-karya personal Portraiture Photography Andang Iskandar dalam Everyday People Consistency Series yang dikerjakan sejak 2010 sampai sekarang (2020). Dalam Everyday People, foto-foto yang dihadirkan merupakan potret orang-orang dengan beragam profesi/pekerjaan yang biasa ditemui dalam kesehariannya. Aktivitas harian mereka beragam, kebanyakan adalah pelaku usaha mandiri: mulai dari seorang ibu yang berjualan di warung, penjual makanan dan minuman tradisional, pemijat yang berkeliling kota menawarkan jasanya, dan sebagainya. Profesi yang mereka jalani sudah dalam waktu cukup lama, bertahun-tahun, dan mereka sudah mengisi hari-hari Andang sejak dia masih kecil. Hal itu tentu tak mudah, bagaimana mereka berjuang, bertahan, apalagi dalam kondisi terdampak pandemi Covid-19 seperti ini. Keyakinan untuk terus menjalankan kehidupan dan konsisten terhadap pilihan profesinya, membangun harapan sekaligus menerima kenyataan hidup. Melalui foto-foto Everyday People ini, masyarakat tidak hanya diajak untuk mengabadikan realitas sosial yang terjadi dalam keseharian, melainkan juga untuk lebih peduli terhadap orang-orang yang sehari-harinya berada di sekitar kita sekaligus mengapresiasi kontribusinya.

Kepala Galeri Nasional Indonesia Pustanto mengatakan, wacana yang diusung acara ini merupakan hal yang telah melampaui teknis fotografi itu sendiri.

“Fotografi pada dasarnya adalah merekam suatu objek atau peristiwa menjadi sebuah gambar atau foto. Namun foto-foto Everyday People ini mengajak kita untuk membuat fotografi itu berdampak dan menggerakkan. Foto tak lagi sebuah dokumentasi, melainkan juga sebuah media untuk menyentil perasaan, menjamah logika, hingga menggerakkan kita untuk memberi perhatian dan bertindak segala sesuatu yang bisa kita lakukan untuk orang-orang di sekitar kita, ujarnya.

Foto-foto ini juga menyiratkan bahwa setiap pekerjaan sekecil apa pun memiliki kontribusi dalam menjalankan siklus kehidupan yang saling terkait dan memberikan manfaat bagi kehidupan kita, lanjutnya. Karena itu, Pustanto berharap program Bicara Rupa kali ini tidak hanya dapat memberikan inspirasi dan motivasi untuk terus mengasah kreativitas dalam berkarya fotografi, tetapi juga sekaligus mampu menggerakkan masyarakat untuk memberikan kepedulian berupa perhatian, dukungan, apresiasi, dan mengupayakan yang terbaik yang bisa dilakukan bagi orang-orang di sekitarnya.(Hs.Foto.Dok.Galnas)