Hudoq di Era Pandemi

Festival tahunan seni dan budaya Hudoq di Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur selama pandemi Covid-19 terpaksa ditunda.

Festival Hudoq biasanya diselenggarakan setiap tahun di Mahulu, dan terakhir diadakan pada 23-26 Oktober 2019 lalu, di Lapangan Ujoh Bilang.

Meskipun begitu, Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga, Kristina Tening , SH., mengatakan masyarakat tetap melaksanakan ritual Hudoq, namun pelaksanaannya saat Hudoq Kawit pertama.

“Festival hudoq selama Covid-19 tidak kami lakukan, tapi ritual Hudoq tetap dilaksanakan saat Hudoq Kawit pertama, maksudnya ritual hudoq dilakukan setelah pemegang lali pare (adat padi) mengawali acara nanam padi (nugal),” katanya.

Saat prosesi ritual Hudoq Kawit pertama, akan ada pembicaraan antara tokoh spiritual dengan para hudoq, dengan tujuan untuk menjelaskan maksud dari acara tersebut.

Setiap roh dalam hudoq memiliki nama dan mewakili bagianya masing – masing. Ada yang memelihara padi, mengusir hama bahkan ada yang menjaga tanah dan lahan

Setelah masyarakat selesai menanam padi, Kristina Tening memaparkan adat ritual Hudoq dilaksanakan berdasarkan hitungan hari menurut orang tua atau sepuh yang paham tentang perhitungan hari menari Hudoq. Rakaian penutup Ritual Adat Hudoq dikenal dengan Hudoq Terakhir dimana warga akan menari bersama hudoq hingga malam hari.

Ketika menjelang pagi pukulan irama dalam tarian hudoq akan berganti. Seluruh pelengkapan yang dipakai saat Ritual Adat Hudoq ini kan diantar ke hilir kampung untuk di buang, dengan makna bahwa semua yang tidak baik harus dibuang di hilir sungai.

Hudoq sendiri merupakan kesenian tari yang biasanya ditampilkan ketika hendak membuka lahan pertanian. Berupa ungkapan rasa syukur dan penyambutan kedatangan dewa ke Bumi. Ritual ini juga merupakan bentuk penyampaian warga kepada para Hudoq untuk datang dengan harapan membawa kebaikan kepada seluruh warga, khususnya terhadap padi yang telah ditugal.

Menurut tradisi, festival hudoq diadakan setiap selesai menanam padi di ladang antara bulan September-Oktober setiap tahun. Dengan digelarnya tari Hudoq setelah selesai menanam padi, masyarakat setempat percaya bahwa roh jahat akan terusir dari lumbung pertanian, dan hasil panen bisa berlimpah.

Untuk para penari biasanya berjumlah 13 orang, dengan mengenakan kostum khusus tertutup berwarna hijau, perpaduan antara kain dengan rumbai daun pohon pisang, atau ada juga yang menggunakan daun kelapa. Topengnya merupakan ukiran kayu dengan wajah menyerupai hewan, gambaran dari karakter penghancur, pelindung, dan karakter leluhur. Dilengkapi dengan warna-warna unik, serta aksesoris berupa bulu panjang.

Gerakan tarian Hudoq biasanya didominasi oleh tangan dan kaki, dengan badan penari yang tegak dan terus berputar. Tarian selesai ketika manusia Hudoq keluar dan mengejar Hudoq hama, dengan durasi tari sekitar 1-5 jam. Acaranya pun digelar di lapangan luas dan terbuka, dengan penonton yang mengelilingi arena pertunjukkan.

Sebagian masyarakat percaya apabil ada seseorang yang sakit datang menyaksikan tarian Hudoq, kemudian terkena kibasan dari kostum daun pisang sang penari maka penyakitnya akan hilang. Tari hudoq merupakan peninggalan leluhur Suku Dayak dan menjadi salah satu kekayaan nusantara yang harus dijaga dan dilestarikan.#