Kurator Muda Rekso Wibowo Gelar Pameran Lukisan Daring

Pada 22 Oktober hingga 5 November 3021,Galeri Nasional Indonesia (GNI), Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi kembali menggelar Pameran Hasil Lokakarya Kurasi Kurator Muda 2021: B. Resobowo.

Pameran ini merupakan bagian dari rangkaian program Lokakarya Kuratorial Galeri Nasional Indonesia 2021: Kurasi Kurator Muda.

Kurasi Kurator Muda merupakan program lokakarya kuratorial pertama yang diinisiasi dan diselenggarakan oleh Galeri Nasional Indonesia. Dimulai dengan panggilan terbuka pada 9 Juni-24 Juli 2021, berhasil dijaring 58 proposal rencana pameran yang diusulkan calon peserta dari 16 provinsi di Indonesia. Setelah melalui proses seleksi, 10 proposal dari 10 kurator muda dipilih untuk mengikuti program lokakarya secara daring pada 12, 13, dan 16 Agustus 2021. Selama lokakarya, para peserta mendapatkan bimbingan dan pendampingan dari kurator Galeri Nasional Indonesia yaitu Asikin Hasan, Citra Smara Dewi, dan Bayu Genia Krishbie, yang berperan membantu peserta untuk mengembangkan potensi dan gagasan kuratorialnya. Sejumlah narasumber undangan juga dihadirkan untuk pendalaman materi dan diskusi dengan tujuan memperluas pengetahuan peserta serta mengenalkan keragaman praktik kuratorial dewasa ini. Di akhir lokakarya, Galeri Nasional Indonesia menentukan dua peserta yang mendapatkan fasilitasi untuk merealisasikan rencana pamerannya. Dua peserta tersebut adalah Albert Rahman Putra dari Solok, Sumatra Barat; dan Umi Lestari dari Tangerang, Banten yang mengkuratori “Pameran B. Resobowo” ini.

Diungkap Umi, Pameran B. Resobowo berangkat dari penelusuran, pencatatan, dan pendokumentasian arsip Basuki Resobowo (1916-1999). Basuki Resobowo merupakan nasionalis, pemikir seni, seniman, penata artistik film, dan aktivis dari masa Hindia Belanda hingga menjadi seniman eksil pada periode Orde Baru. “Secara garis besar, kuratorial pameran ini berangkat dari upaya untuk mengaktualisasikan kembali gagasan Basuki Resobowo tentang seni dan budaya pada umumnya. Basuki Resobowo memiliki pandangan untuk meranahkan seni rupa Indonesia sebagai bagian dari seni rupa dunia. Ia meyakini bahwa seni di Indonesia itu hybrid, sehingga dalam surat-menyuratnya dengan Oesman Effendi yang dipresentasikan dalam pameran ini, ia menolak ajakan untuk kembali mencari identitas asli seni Indonesia,” papar Umi.

Untuk menelisik kembali gagasan Basuki Resobowo dalam seni rupa, pameran ini menampilkan satu lukisan yang penetapannya sebagai koleksi negara melibatkan Basuki Resobowo sebagai bagian tim akuisisi karya yang dibentuk oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1947. Lukisan tersebut berjudul Gadis yang saat ini menjadi koleksi Galeri Nasional Indonesia. Selain itu, ditampilkan pula sejumlah arsip Basuki Resobowo yang dikoleksi beberapa institusi publik dan museum pribadi seperti Dewan Kesenian Jakarta, OHD Museum, Museum EZ Halim, arsip Dolorosa Sinaga, arsip keluarga Sanento Yuliman, serta arsip yang didapatkan Umi Lestari dari lembaga arsip dan kawan dekat Basuki Resobowo. Arsip-arsip tersebut berupa lukisan, sketsa, foto, artikel di surat kabar, otobiografi, ilustrasi cover buku, serta surat-menyurat dengan seniman lain. Karya tersebut dipresentasikan dalam bentuk reproduksi berupa foto, video, dan cetak. Selain itu, disajikan pula infografis berupa lini masa hidup dan karya Basuki Resobowo.

Kepala Galeri Nasional Indonesia Pustanto dalam sambutannya saat membuka acara pada Jum’at malam (22/10/2021) mengatakan, “Pameran Basuki Resobowo mengajak publik untuk memahami gagasan realisme Basuki Resobowo serta merekonstruksi kesejarahan karya beliau untuk memotivasi penelitian lebih jauh tentang Basuki Resobowo dan perannya dalam ekosistem seni dan budaya di Indonesia.” Pustanto berharap, “Semoga pameran hasil lokakarya Kurasi Kurator Muda ini dapat berkontribusi pada proses distribusi pengetahuan serta pengembangan praktik kuratorial di Indonesia.”
Selain pameran, GNI juga menggelar Diskusi Pameran B. Resobowo yang dihadirkan dalam tiga tema diskusi di Zoom dan live Facebook Galeri Nasional Indonesia. Diskusi pertama 29 Oktober 2021, pukul 15.00-16.00 WIB akan mengundang dua narasumber: Salima Hakim (seniman dan dosen) dan Manshur Zikri (peneliti, kritikus, dan kurator) untuk membicarakan Seni Rupa dalam Film.

Basuki Resobowo tercatat menjadi penata artistik untuk film nasional pertama, The Long March (Darah dan Doa). Kontribusinya dalam sinema Indonesia tidak hanya membawa aspek mendasar dari seni rupa untuk diterapkan dalam teknis pembuatan film, tetapi juga membawa aliran realisme melalui pembuatan set dan karakterisasi dalam film.

Diskusi kedua Basuki Resobowo: dari Persagi, SIM, ke Lekra akan digelar pada 30 Oktober 2021, pukul 15.00-16.00 WIB. Narasumber: Alexander Supartono (sejarawan seni, kurator, dan pengajar) akan membahas agensi Basuki Resobowo dalam skena seni sekaligus mendiskusikan perdebatan tentang seni dan budaya di Indonesia pada periode 1950-an hingga 1960-an.

Diskusi ketiga Basuki Resobowo: Realisme, Realisme Sosial, atau Realisme Sosialis akan berlangsung pada 30 Oktober 2021, pukul 16.30-17.30 WIB. Sebagai narasumber adalah Philippe Pirotte (sejarawan seni, kritikus, dan kurator dari Belgia). Dalam diskusi ini, karya-karya Basuki Resobowo yang dipresentasikan dalam pameran akan dibedah untuk melihat gagasannya mengenai aliran realisme.(Hs.Foto.dok.Humas GNI)