Memperingati Hari Polwan, Ini Kiprah Basaria Panjaitan yang Sukses Sebagai Polwan dengan Pangkat Tinggi Hingga menjadi Komisioner KPK

Hari Polisi Wanita (Polwan) di Indonesia selalu diperingati setiap tanggal 1 September. Polwan lahir 72 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1948, di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Pada hari itu ada 6 orang gadis remaja yang mengikuti Pendidikan Inspektur Polisi di SPN (Sekolah Polisi Negara) Bukittinggi. 

Pendidikan kepolisian yang dijalani keenam gadis remaja tersebut bermula ketika Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) menghadapi Agresi Militer Belanda II. Kejadian tersebut mengakibatkan para wanita dan anak-anak harus meninggalkan rumah mereka dan mengungsi ke tempat yang aman. Para pengungsi pun menjalani pemeriksaan oleh polisi untuk mencegah adanya penyusup. Melihat hal tersebut, pengungsi wanita enggan diperiksa dan digeledah secara fisik oleh polisi pria. Kemudian hal ini lah yang mendasari dibukanya pendidikan kepolisian bagi kaum hawa sekaligus lahirnya Polisi Wanita di Indonesia.

Namun adakah yang penasaran dengan kisah Polwan pertama dengan pangkat tinggi dalam sejarah kepolisian Indonesia? Yang juga perempuan pertama yang menjabat sebagai Komisioner Komisi Pemberantas Korupsi (KPK). Lalu siapakah Polwan tersebut?

Irjen. Pol. (Purn.) Basaria Panjaitan, S.H., M.H., merupakan wanita pertama dengan pangkat Inspektur Jenderal berbintang dua, lahir di Pematang Siantar, Sumatra Utara, 20 Desember 1957. Basaria merupakan anak bungsu dari 8 bersaudara.

Basaria menghabiskan masa sekolahnya di Kota Medan tepatnya di SD Nasrani dan melanjutkan sekolah menengahnya di SMP Putri Cahaya. Pada tahun 1973, ia meneruskan pendidikannya di SMA Negeri 3 Medan dan lulus di tahun 1976.

Memasuki masa perkuliahan, Basaria memilih untuk pergi ke Jakarta dan mengambil Jurusan Akutansi di Universitas Jayabaya. Setelah menyelesaiakan perkuliahannya, Basaria tertarik belajar Hukum di Sekolah Tinggi IBLAM, pendidikannya tersebut menjadikannya sebagai sarjana Hukum Pidana di tahun 2003. Pendidikan Basaria tidak sampai di situ saja, Ia meneruskan S2 nya di Universitas Indonesia dengan Jurusan Hukum Ekonomi, dan lulus ditahun 2007.

Pasca lulus dari Sekolah Tinggi IBLAM, Basaria mendaftarkan dirinya ke sekolah Calon Perwira (Sepa) Polri di Sukabumi, dan lulus sebagai polwan dengan pangkat Ipda. Kemudian ia langsung ditugaskan di Reserse Narkoba Polda Bali. 

Karir Basaria terbilang cukup panjang di dunia kepolisian, Ia pernah menjabat sebagai Kepala Biro Logistik Polri, Kasatnarkoba di Polda NTT pada tahun 1997. Di tahun 2000 ia juga sempat menjadi Kepala Bagian Narkoba Polda Jawa Barat. Tujuh tahun kemudian Basaria menjabat sebagai Direktur Reserse Kriminal Polda Kepulauan Riau, dan sukses membongkar jaringan penyelundupan mobil mewah yang melibatkan aparat di Batam. Sukses di Batam, ia dipindah tugaskan ke Mabes Polri untuk menjadi penyidik utama Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim.

Selama bertugas di kepolisian, namanya sempat masuk dalam daftar 100 wanita yang paling berpengaruh di Indonesia, dan juga mulai dikenal publik ketika memeriksa mantan Kabareskrim, Susno Duadji atas tindak pidana pelanggaran Kode Etik.

Setelah kurang lebih 30 tahun berkiprah di dunia kepolisian, akhirnya ia memutuskan mengikuti seleksi pemilihan calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (Capim KPK) periode 2015-2019.

Tak mudah bagi Basaria Panjaitan untuk masuk ke KPK, Ia harus bersaing dengan ratusan pelamar lainnya yang ingin bergabung dengan KPK. Puncaknya, ia lolos seleksi uji kelayakan di DPR RI. Tugas-tugas di KPK bukan hal baru bagi Basaria, ia sudah sering menangani kasus-kasus kejahatan maupun penangkapan.

Namun Basaria sempat diragukan kemampuan dan independensinya karena memiliki latar belakang dari Polri. Meskipun begitu Basaria tetap bertekad dan bersikap netral dalam menjadi Pimpinan KPK.

Basaria bersama empat komisioner KPK lainnya dilantik oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 21 Desember 2015 untuk periode 2015-2019.

Pada tahun 2019, Basaria Panjaitan kembali mendaftarkan diri menjadi Capim KPK untuk periode 2019-2023. Namun langkahnya harus terhenti karena ia gagal di tes psikotes. Meskipun begitu Basaria Panjaitan tetap bersemangat dan berencananya untuk mengelilingi Indonesia. (dwi)