Wakil Ketua REI Hari Ganie: Sinergi Pemerintah dan Pengembang, Bisnis Properti Bangkit Dari Keterpurukan

Pandemi Covid-19 memukul bisnis properti, mulai dari penjualan yang menurun hingga saham properti yang kurang bergairah.

Menurut Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Tata Ruang dan Pengembangan Kawasan Real Estate Indonesia (REI) Hari Ganie saat menjadi pembicara di dalam forum webinar yang digelar jagatbisnis terkait investasi dan promosi properti saat pandemi melalui aplikasi zoom, Rabu (2/9/2020), berdasarkan data yang dihimpun REI, penjualan rumah komersial turun hingga 50 persen, penjualan perkantoran turun sampai 70 persen. Penurunan juga terjadi pada penjualan mall dan bisnis properti lainnya.

Tak hanya penurunan penjualan properti, Covid-19 juga mengakibatkan program sejuta rumah yang diperuntukkan bagi TNI,Polri dan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) juga mengalami kendala. Hingga Agustus 2020, PUPR mencatat baru 268 ribu unit yang terbangun di seluruh daerah.

Untuk mengatasi masalah ini, REI seperti dituturkan Hari Ganie meminta kepada pemerintah pusat dan daerah untuk memberikan keringanan pajak, baik berupa pemotongan atau penundaan pembayaran, serta kemudahan proses perizinan. “Kami juga meminta pengurangan biaya operasional seperti listrik dan air, serta pemberian bantuan kepada pengembang. Kami sudah berkoordinasi dengan pemerintah dan asosisasi pengusaha terkait hal ini,” tutur Hari Ganie.

Kepada pengembang, ia juga memberikan saran untuk merestrukturisasi kewajiban kepada perbankan agar tetap bertahan di masa pandemi. “ Langkah efisiensi perlu dilakukan pula, semisal pengembang fokus pada aset yang sudah ada dan tidak membeli tanah baru. Untuk pembangunan, lebih baik berupa rumah tapak daripada apartemen. Ini karena pembangunan rumah tapak tidak mesti secara besar seperti apartemen,” jelas Hari Ganie.

Yang tak kalah penting, Hari melihat pengembang perlu membangun rumah yang sesuai dengan kebutuhan. Misalnya, sekarang sedang trend work from home (WFH). Untuk menyiasati itu, pengembang dapat membangun rumah yang dapat memenuhi kebutuhan WFH. “Jangan dilupakan juga, rumah perlu menjaga kesehatan para penghuninya yang banyak beraktivitas di rumah dengan membuat ruang terbuka hijau dan ventilasi yang baik,” ucap Hari Ganie.

Direktur Kepatuhan Intern Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Yusuf Hariagung yang juga menjadi pembicara dalam acara tersebut juga mengatakan, Pemerintah dalam hal ini PUPR sangat menyadari keterpurukan properti akibat Covid-19. Untuk itulah beragam cara dilakukan mulai dari bantuan pembiayaan perumahan, subsidi uang muka dan bantuan berbasis tabungan.” Ini merupakan bantuan bagi masyarakat berpenghasilan rendah sehingga mereka memiliki rumah. Tidak hanya itu harga rumah yang dibuat oleh pengembang juga ditetapkan pemerintah, sehingga harga rumah bisa terjangkau,” kata Yusuf.

Pemerintah seperti dituturkan Yusuf juga terus mendorong kualitas perumahan. Ini dimaksudkan agar masyarakat memiliki rumah yang layak huni. Terkait dengan permintaan REI, menurut Yusuf sudah ada yang dijalankan. Adapun permintaan yang sudah dijalankan adalah memberikan bantuan prasarana, sarana, dan utilitas (PSU) untuk perumahan yang diperuntukkan bagi MBR. Bantuan yang dimaksud adalah pembuatan jalan, pengelolaan lingkungan, tempat pengelolaan sampah terpadu serta sistem air bersih. Dari sisi perizinan, PUPR telah melakukan penyederhanaan tahapan dari 33 menjadi 11. Begitu pun lama proses perizinan dipercepat dari 944 hari menjadi 44 hari.

Tekait dengan mangkraknya program sejuta rumah bagi MBR, Yusuf mengatakan bahwa pada saat ini PUPR melalui Dirjen Penyediaan Perumahan telah mendapat lampu hijau dari PUPR untuk melanjutkan programnya.

Yusuf berharap program yang sudah dilakukan pemerintah ini bisa mengangkat kembali bisnis properti dari keterpurukan.(Hs)