Bioflok Solusi Budidaya Ikan Musim Kemarau

Penulis : Ponco | Editor : Lina F | Foto : KKP

Jakarta, GPriority.co.id – Seperti diketahui bersama, musim kemarau membawa tantangan tersendiri bagi para usahawan khususnya para petani maupun pembudidaya ikan. Namun, dengan adanya inovasi sistem budidaya ikan sistem bioflok menjadi salah satu solusi meningkatkan produksi ikan khususnya saat periode musim kemarau. Karena itulah mengapa Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mendorong penerapan inovasi tersebut di semua daerah Indonesia.

Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Kemen KKP, Tb Haeru Rahayu mengatakan bahwa penerapan teknologi budidaya ikan nila sistem bioflok ini terbukti efesien penggunaan air, sehingga termasuk adaptif terhadap perubahan iklim seperti musim kemarau yang berkepanjangan saat ini.

“Kelangsungan hidup ikan nila dengan budidaya ikan nila sistem bioflok bisa mencapai 90%. Dan keunggulan lainnya nilai feed conversion ratio (FCR) juga rendah yaitu 1,1 jika dibandingkan dengan pemeliharaan di kolam konvensional dengan nilai FCR bisa mencapai 1,5. Artinya dapat menghemat pakan,” jelas Dirjen Tebe dalam keterangan rilisnya di Jakarta, pada (20/9).

Selaras dengan Tebe, Didik Heriyantoro, ketua Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Mina Athena di Desa Bojong Kabupaten Magelang mengatakan, budidaya ikan nila sistem bioflok selain menghemat jumlah pemberian pakan hingga 25%, inovasi teknologi ini juga efisien dalam penggunaan air. Hanya perlu mengisi air pada awal kegiatan, selanjutnya penambahan air disesuaikan dengan kondisi. Hal ini bisa menjadi solusi saat kurangnya air di musim kemarau.

Pokdakan Mina Athena sebagai contoh salah satu penerima bantuan paket budidaya ikan nila sistem bioflok lengkap dengan tandon dan sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), serta sarana pendukung lainnya dari kemenKKP. Menunjukkan keberhasilannya, yaitu bisa panen sebanyak 3,5 ton dari 50 kolam bioflok dan semuanya bisa terserap pasar. Adapaun ukuran panennya rata rata 200-250 gram per ekor. Bisa dibayangkan, apabila harga ikan nila Rp25 ribu/ekor, Pokdakan Mina Athena bisa meraup pendapatan kotor sebesar Rp87 juta per bulan.

Selain itu lanjut Tebe, budidaya ikan nila sistem bioflok juga meningkatkan padat tebar, yaitu menjadi 100 ekor per meter kubik. Sementara dengan kolam konvensional, padat tebar hanya 10 ekor per meter kubik. Tentunya budidaya ikan nila sistem bioflok ini bisa meningkatkan pendapatan pembudidaya secara signifikan dengan tetap mengutamakan konsep ekonomi biru.

Disamping itu, dengan sistem tersebut dapat meningkatkan produksi ikan nila nasional sebagai komoditas ikan air tawar yang permintaan pasarnya tinggi baik dari dalam maupun luar negeri.

Namun lanjut Tebe, yang harus diperhatikan, “Keunggulan budidaya ikan nila sistem bioflok dapat terasa dampaknya apabila semua tahapan dalam budidayanya menerapkan prinsip-prinsip Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB),” pungkas Tebe.