Pangkep,Gpriority-Salah satu penyebab terjadinya bentrokan antar warga adalah tidak adanya etika dalam bermedia sosial. Untuk itulah dalam Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi, yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo yang dilaksanakan secara virtual pada 31 Agustus 2021 di Pangkep, Sulawesi Selatan tema yang diangkat Mari Berbahasa yang Benar dan Beretika di Ruang Digital”. Diharapkan dengan diangkatnya tema ini tidak ada lagi kerusuhan-kerusuhan yang terjadi akibat media sosial.
Webinar kali ini dipandu Ratih Aulia sebagai moderator dengan menghadirkan empat orang narasumber, yaitu dosen dan Pendiri Pojok Sosial Ekologi, Ica Wulansari; Presenter TVRI, Ajeng Mawaddah Puyo; Trainer GNI, Muhammad Yunus; serta Founder Tentangpuan.com, Neno Karlina. Kegiatan webinar kali ini dihadiri oleh 649 peserta. Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi menargetkan 57.550 orang peserta.
Acara dimulai dengan sambutan berupa video dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang menyalurkan semangat literasi digital untuk kemajuan bangsa. “Infrastruktur digital tidak berdiri sendiri. Jadi, saat jaringan internet sudah tersedia, harus diikuti dengan kesiapan-kesiapan pengguna internetnya agar manfaat positif internet dapat dioptimalkan untuk membuat masyarakat semakin cerdas dan produktif,” kata Presiden.
Materi pertama dibawakan oleh Ica Wulansari yang menyampaikan tema “Digital Skill & Digital Online”. Menurut dia, literasi dan keterampilan digital telah menjadi keharusan, sehingga seseorang dapat bekerja di rumah maupun di tempat kerja. Untuk mencapai hal tersebut, telah tersedia kursus-kursus daring yang dapat dimanfaatkan warganet sesuai dengan kebutuhannya. “Para profesional dapat memanfaatkan media sosial untuk membangun branding, membuat blog atau laman untuk menyampaikan gagasan, serta memiliki kanal Youtube,” ujarnya.
Selanjutnya, Muhammad Yunus menyampaikan paparan berjudul “Hate Speech, Identifikasi Konten dan Regulasi yang Berlaku”. Ia mengatakan, hate speech atau ujaran kebencian merupakan bentuk provokasi, hasutan, atau hinaan kepada individu atau kelompok lain. Misalnya saja, meliputi aspek ras, warna kulit, gender, cacat, orientasi seksual, kewarganegaraan, ataupun agama. Sedangkan kebijakan tentang larangan ujaran kebencian diatur dalam UU KUHP, dan UU ITE serta peraturan turunannya. “Kembalikan setiap ujaran kepada diri kita, lalu rasakan. Itu juga yang dirasakan orang lain,” tutur dia.
Pemateri ketiga Neno Karlina memaparkan tema “Memahami Batasan dalam Kebebasan Berekspresi di Dunia Digital”. Menurut dia, penyampaian informasi yang baik di dunia digital belum tentu dapat diterima dengan baik pula. Hal tersebut tergantung cara penyampaiannya. Selain itu, beragamnya latar belakang warganet membuat informasi terkadang salah tafsir, sehingga membuka peluang kesalahpahaman, konflik, bahkan persoalan hukum. “Kita butuh menganalisa akan datangnya setiap informasi ini. Benar atau tidak, bermanfaat atau tidak, serta evaluasi dan apa tujuan untuk menyebarkannya,” jelas dia.
Adapun narasumber terakhir, Ajeng Mawaddah Puyo, menyampaikan tema berjudul “Dunia Maya dan Rekam Jejak Digital”. Ia mengatakan, aktivitas di dunia maya meninggalkan jejak digital yang sulit dihapus, sehingga dapat berisiko seperti pencurian data-data dan identitas pribadi, membuka akses orang kepada orang tak bertanggung jawab yang menyebabkan kerugian finansial, serta mempengaruhi reputasi di pekerjaan profesional. “Aktivitas di media sosial bisa berbahaya bila jejak digital tidak dikelola dengan benar,” imbuh dia.
Setelah sesi pemaparan materi selesai, moderator melanjutkan kegiatan dengan sesi tanya jawab yang disambut antusias oleh para peserta. Panitia memberikan uang elektronik masing-masing senilai Rp100.000 bagi 10 penanya terpilih. Webinar literasi digital ini mendapat apresiasi dan dukungan dari banyak pihak karena menyajikan konten dan informasi yang baru, unik, dan mengedukasi para peserta.
Salah satu peserta, Aliyah Mawardi, bertanya tentang kiat untuk menanggapi komentar orang lain yang tidak disukai di akun media sosial. Ajeng Mawaddah mengatakan, warganet bisa saja menonaktifkan kolom komentar bila sadar dirinya kurang nyaman menerima sanggahan orang lain, namun perlu diyakini juga majemuknya masyarakat Indonesia sehingga paham akan perbedaan pendapat dan budaya.
Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi akan diselenggarakan secara virtual mulai dari Mei 2021 hingga Desember 2021 dengan berbagai konten menarik dan materi yang informatif yang disampaikan narasumber terpercaya. Bagi masyarakat yang ingin mengikuti sesi webinar selanjutnya, informasi bisa diakses melalui https://www.siberkreasi.id/ dan akun sosial media @Kemenkominfo dan @siberkreasi, serta @siberkreasisulawesi khusus untuk wilayah Sulawesi.(Hs.Foto.dok.DyandraPromosindo)