Jakarta, GPriority.co.id– Andalusia merupakan nama yang diambil dari bahasa Arab Al-Andalus, merujuk pada bagian wilayah jazirah Iberia yang pernah berada di bawah pemerintahan Muslim. Daerah ini merupakan wilayah yang sekarang lebih dikenal dengan Spanyol.
Di daerah ini dulu hidup seorang ulama bernama Baqi bin Makhlad yang sering melakukan perjalanan jauh ke bagian Timur atau Barat dunia Islam demi mencari ilmu. Dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan, tidak menyurutkan tekadnya untuk berkelana ke berbagai negeri demi belajar dari sejumlah ulama.
Dikisahkan, suatu hari Baqi datang jauh dari Andalusia ke Baghdad dengan penuh susah payah dan berjalan kaki agar bisa mendengar hadits yang disampaikan Imam Ahmad bin Hanbal.
Ketika sampai di tempat tujuan, ulama bernama lengkap Abu Abdurrahman Baqi bin Makhlad al-Qurthubi ini mendapati sebuah kabar tidak mengenakkan tentang calon guru yang akan ditemuinya itu.
Kala itu, Imam Ahmad bin Hanbal sedang dicekal dan dilarang mengadakan kegiatan belajar-mengajar dengan murid-muridnya sebagaimana biasanya. Beliau dihukum oleh pemerintahan Dinasti Abbasiyah karena tidak mau mengakui bahwa Al-Qur’an adalah makhluk (khalqiyat Al-Qur’an).
Kabar tersebut tidak lantas menyurutkan semangat Baqi untuk bisa menemui Imam Ahmad dan belajar darinya. Saat sampai di Baghdad, ia memutuskan untuk menyewa tempat menginap.
Selama di Baghdad, Baqi berkeliling untuk mencari informasi tentang Imam Ahmad. Saat dirinya pergi ke masjid, ia melihat ada halaqah seorang ulama yang tampak sedang mengajar murid-muridnya. Pengajar itu adalah Yahya bin Ma’in, teman seperguruan Ahmad bin Hanbal.
Kesempatan ini pun digunakan Baqi untuk meminta orang yang ditemuinya di majlis ilmu tersebut agar memberi tahu di mana rumah Imam Ahmad bin Hanbal.
Setelah mengetahui kediaman Imam Ahmad bin Hanbal, Baqi kemudian datang dan mengetuk pintu rumahnya. Ia kemudian berkata kepada Imam Ahmad,
“Wahai Abu Abdillah, aku datang dari jauh. Ini merupakan pertama kali aku datang ke negeri ini. Aku adalah pencari hadis, dan pengumpul sunnah. Aku tidak melakukan perjalanan, kecuali hanya untuk datang kepadamu.”
Mendengar ucapan Baqi, Imam Ahmad bin Hanbal kemudian berujar, “masuklah lorong itu, dan jangan sampai terlihat oleh siapapun.”
“Dari mana sebenarnya asalmu?”
“Dari ujung barat?” “Afrika?”
Baqi bin Makhlad menjawab “Lebih jauh dari Afrika. Untuk pergi dari negeri hingga ke Afrika harus mengarungi lautan. Aku berasal dari Andalusia.”
Mendengar jawaban tersebut, Imam Ahmad bin Hanbal terkejut lalu berkata, “Jauh sekali negerimu. Tidak ada sesuatu yang lebih aku sukai daripada membantu orang sepertimu untuk mewujudkan keinginannya. Hanya saja, saat ini aku sedang menghadapi ujian. Kamu mungkin kamu telah mendengarnya.”
“Benar, aku telah mendengarnya saat aku dalam perjalanan ingin menemuimu dan hampir tiba di sini.” Jawab Baqi bin Makhlad.
Beliau kemudian menambahkan, “Wahai Abu Abdillah, ini adalah kedatanganku yang pertama kali. Aku adalah orang yang tidak dikenal di kalangan kalian. Jika Anda berkenan, aku akan datang setiap hari dengan menyamar sebagai peminta-minta.”
“Di depan pintu, aku akan mengucapkan apa yang sering diucapkan para pengemis. Lalu, Anda keluar ke tempat ini. Seandainya Anda menyampaikan setiap hari hanya satu hadits saja, maka itu sudah cukup bagiku.”
Imam Ahmad menjawab, “Ya, dengan syarat kamu jangan muncul di halaqah-halaqah, dan tidak pula kepada para ahli hadits.” Baqi pun menjawab, “Baik, aku berjanji.”
Seuai janji, keesokan harinya Baqi bin Makhlad datang ke rumah Imam Ahmad dengan menyamar sebagai pengemis. Ia berjalan menggunakan sebuah tongkat dan menutup kepalanya dengan kain kotor.
Kertas dan tinta disembunyikannya di balik lengan baju. Ia pun berucap layaknya kata-kata yang diucapkan pengemis. “Semoga Allah memberi balasan kebaikan kepada tuan, semoga Allah memberikan rahmat kepada tuan, orang yang meminta sudah berada di dekat rumahmu.”
Kemudian Imam Ahmad keluar dari rumah dan menemuinya. Beliau mengajaknya masuk dan menutup pintu. Di dalam, Imam Ahmad menyampaikan dua sampai tiga hadits, terkadang bisa lebih.
Peristiwa ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Bahkan sampai penguasa yang melarang Imam Ahmad bin Hanbal untuk menyampaikan ilmunya meninggal dunia, dan pemerintahan kembali dikuasai oleh kalangan Ahlussunnah.
Setelah Imam Ahmad diizinkan kembali untuk membuka pengajaran, ia menempatkan Baqi bin Makhlad di tempat khusus di dalam majelisnya. Hal ini dilakukan karena beliau sudah melihat sendiri kesabaran dan ketekunan Baqi dalam menuntut ilmu.
Keteladanan yang dimiliki Baqi juga sering Imam Ahmad sampaikan kepada murid-murid di pengajiannya. Baqi bin Makhlad sendiri akhrinya menjadi salah satu ulama besar bergelar al-Hafizh dan Syaikhul Islam yang dikenang oleh sejarah.
Sementara Imam Ahmad bin Hanbal memang diketahui memiliki julukan Pimpinan Ahlusunnah wal Jama’ah. Sebuah panggilan kehormatan yang bahkan tidak disematkan kepada tiga imam madzhab lainnya, seperti Imam Hanafi, Malik, dan Syafi’i. (Vn)