Penulis: Aflaha Rizal Bahtiar | Editor: Lina F | Foto: Aflaha Rizal Bahtiar
Sentul, GPriority.co.id— Krisis air bersih menjadi salah satu ancaman paling nyata yang akan dihadapi Indonesia dan negara-ngeara lain di seluruh dunia. Berdasarkan laporan yang diterbitkan oleh PBB, diproyeksikan bahwa tahun 2025 seluruh bumi akan mengalami krisis air.
Dalam acara Water Security Seminar yang diselenggarakan di Universitas Pertahanan, Sentul, Jumat (22/9), Mayor Jenderal TNI Jonni Mahroza mengatakan, kondisi water security di Indonesia saat ini sedang mengalami krisis air.
Hal itu ditandai terjadinya kekeringan di Nusa Tenggara (NTT, NTB), Maluku, Jawa (Gunung Kidul), dan terjadinya banjir di DKI, Bandung, dan beberapa kota lain yang terdampak perubahan iklim.
Dari keterangan yang diterima Gpriority, dampak dari perubahan iklim disebabkan karena pencemaran lingkungan, terutama pencemaran udara oleh CO2, NO3, dan HSO2 yang berkontribusi paada efek rumah kaca dan hujan asam.
Efek rumah kaca memiliki dampak yang signifikan pada peningkatan suhu global, termasuk suhu perairan laut.
Peningkatan suhu laut ini telah memicu fenomena, seperti badai El nino dan La Nina, yang mengakibatkan timbulnya spot-spot daerah yang terlalu basah dan terlalu kering.
Perubahan iklim dan krisis air diperlukan penanganan yang efektif guna memitigasi dampak negatif yang timbul. Salah satunya dengan meningkatkan ketahanan air di seluruh dunia.
Dilaporkan, saat ini penurunan ketersediaan air yang merata diperkirakan akan terjadi di Pula Jawa dan Nusa Tenggara selama periode proyeksi 2020-2045.
Pada tahun 2024, tercatat penurunan rata-rata ketersediaan air sebesar 439,21 m3 per kapita per tahun di Pulau Jawa dan 1.098,08 m3 per kapita per tahun di Nusa Tenggara. Dampak ekonomi negatif di sektor ini, diperkirakan mencapai 27,9 triliun rupiah.