Menlu RI: 60 Persen Perempuan dan Anak Mengalami Kekerasan di Gaza

Penulis: Aflaha Rizal Bahtiar | Editor: Dimas A Putra | Foto: YouTube/MoFaIndonesia

New York, GPriority.co.id— Dalam pernyataan debat terbuka Dewan Keamanan PBB mengenai partisipasi perempuan dalam perdamaian dan keamanan internasional di Markas PBB, New York (25/10), Menlu RI Retno Marsudi menyampaikan bahwa 60 persen perempuan dan anak-anak mengalami kekerasan di Gaza.

Hal ini menunjukkan realitas dunia saat ini, di mana perempuan selalu menjadi korban dalam setiap konflik kekerasan.

“Harus saya sampaikan dengan jujur bahwa meski telah ada upaya global untuk pemberdayaan dan kesetaraan perempuan, namun realitasnya masih jauh dari ideal,” ungkap Menlu RI Retno Marsudi dalam keterangan Kementerian Luar Negeri.

Menlu RI melanjutkan, perempuan menjadi korban pertama dari setiap konflik di berbagai belahan dunia. Fenomena ini harus membangkitkan kesadaran semua pihak agar memberikan perhatian lebih besar kepada agenda Women, Peace, and Security (WPS).

Ada tiga hal yang perlu didorong yang disampaikan oleh Menteri Luar Negeri RI:

Pertama, membangkitkan kembali pemahaman mendasar terkait partisipasi perempuan. Memberdayakan dan merangkul perempuan tidak boleh dilihat sebagai beban, tapi harus dilihat sebagai investasi yang harus menjadi standar global.

“Pemberdayaan dan partisipasi perempuan di sektor ekonomi, sosial, dan politik akan memperkuat ketahanan maasyarakat dan berkontribusi bagi perdamaian,” ungkap Retno.

Kedua, mendorong kepemimpinan perempuan dalam proses perdamaian. Data menunjukkan, partisipasi perempuan dapat memperbesar peluang terciptanya perundingan damai. Namun pada kenyataannya, perempuan justru kurang terwakili dalam proses perdamaian, dan seringkali tidak dibekali kemampuan menjalankan peran dalam situasi konflik.

“Oleh karena itu, kita harus berinvestasi lebih besar, termasuk di sistem PBB guna memastikan lingkungan yang aman dan kondusif bagi perempuan agar mereka sukses berperan dalam proses perdamaian global,” ungkap Menlu RI.

Ketiga, memajukan pendidikan bagi perempuan. Pendidikan menjadi kunci untuk meningkatkan peran perempuan di lingkungan masyarakat. Hanya saja, lebih dari 80 persen perempuan usia sekolah di Afghanistan tidak sekolah.

“Oleh karena itu, Indonesia bekerja keras untuk memajukan akses pendidikan perempuan Afghanistan,” ungkap Menlu RI Retno.

Indonesia juga berkomitmen memberikan beasiswa serta pelatihan bagi perempuan Afghanistan, juga terus berkontribusi membangun lingkungan yang kondusif bagi perdamaian abadi di Afghanistan.

“Perdamaian dan keamanan global hanya bisa diwujudkan dengan peran perempuan. Indonesia akan terus berada di garis depan dalam upaya ini demi dunia yang lebih baik bagi kita semua, termasuk perempuan,” pungkas Retno.