Bali, GPriority.co.id – Menteri Luar Negeri mengungkapkan alasan Indonesia Africa Forum (IAF) 2024 jadi forum penting bagi kedua negara. Retno pun merangkumnya dalam 4 poin.
Pertama, kata Retno, melalui IAF Indonesia menyerukan soliditas Global South untuk menjadi penggerak perubahan.
“Kita tahu, kondisi global saat ini semakin mengkhawatirkan. Ini mengakibatkan perekonomian global menjadi tidak menentu. Dan negara berkembang, negara-negara dari Global South, adalah yang paling terkena dampaknya. Oleh karena itu, negara-negara Global South harus memiliki semangat yang sama untuk menjadi bagian penting dari perubahan dan menjadi bagian dari solusi melalui kemitraan dan kerja sama yang lebih solid,” tuturnya.
Dia mengatakan, selama pertemuan yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo, ingin memperkuat kerjasama selatan-selatan sangat jelas.
Kedua, menurut Retno forum ini terus mengobarkan Spirit Bandung. Hal ini dibuktikan lewat kedekatan historis dengan negara-negara Afrika.
“Dan Semangat Bandung perlu terus kita kobarkan. Pada 2013, Uni Afrika telah mencanangkan “Africa Agenda 2063”, yang memuat peta jalan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang berkesinambungan bagi negara-negara Afrika untuk 50 tahun ke depan. Jadi, dicanangkan 2013, untuk 50 tahun ke depan dan akan dicapai pada 2063.
“Kita berharap, dan alhamdulillah dari diskusi tadi pagi, Spirit Bandung tetap menjadi bagian dari agenda tersebut. Tadi saya sampaikan bahwa beberapa negara bahkan menyebutkan bahwa Spirit Bandung akan menjadi kompas dalam menavigasi upaya pembangunan dan kerja sama anatara negara-negara selatan. Dan tahun depan, bertepatan dengan 70 tahun KTT KAA, dan menurut rencana Indonesia akan menyelenggarakan Platinum Jubilee of the Asian African Conference.”
Ketiga, Retno menjelaskan, bahwa forum ini adalah sebagai salah satu ‘kendaraan’ untuk memperkuat kemitraan dengan Afrika.
“Teman-teman tahu bahwa Afrika diproyeksikan menjadi continent of the future atau kontinen masa depan. Peluang kerja samanya sangat besar. Tahun lalu, pertumbuhan ekonominya mencapai 4%, melampaui pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 2,7%. Afrika juga miliki bonus demografi, dengan populasi penduduk usia muda yang besar. Selain itu, Afrika juga diberkahi dengan berbagai sumber daya alam yang melimpah, termasuk mineral kritis,”
Kerja sama ekonomi antara Indonesia dan negara-negara Afrika terus meningkat dari waktu ke waktu. Sejauh ini, telah terdapat beberapa kerja sama bisnis Indonesia-Afrika yang sudah berjalan, antara lain Indonesia sudah ekspor vaksin ke 41 negara Afrika sejak 2001; kemudian pembangunan pabrik mi instan di Nigeria (dan mi instan kita sangat populer di Afrika); pengolahan minyak atsiri cengkeh di Zanzibar yang kemudian akan ditambah unit distilasinya di Afrika; dan juga ekspor alat pertanian dan pupuk Indonesia ke Afrika. Ini hanya beberapa contoh kerja sama yang sudah kita lakukan dengan negara-negara Afrika.
Terakhir, mendorong percepatan pencapaian target SDGs global. Retno menuturkan, bahwa pencapaian target SDGs yang tinggal beberapa tahun lagi sampai di 2030 masih sangat rendah yaitu baru 17 persen.
“Bapak Presiden menyampaikan bahwa pencapaian target SDGs harus tetap menjadi fokus utama. Dan ini harus diselaraskan dengan prioritas nasional dan regional. Kita masih memiliki banyak PR bersama ke depannya. Kita berharap berbagai kerja sama konkret yang dihasilkan dalam IAF kali ini dapat mendorong percepatan pencapaian target SDGs global,” ucapnya.
Foto: GPriority/Dimas A Putra