Catatan Sejarah Erupsi di Gunung Semeru

Gunung Semeru yang berada di Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur mengalami erupsi atau keluarnya lava, gas, dan abu, yang mengarah ke Besuk Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang pada Sabtu (04/12/21).

Berdasarkan informasi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Senin (06/11/21) menyebutkan bahwa korban jiwa dari bencana tersebut sebanyak 15 orang, dan korban hilang 27 orang.

Erupsi Gunung Semeru kali ini bukanlah kali pertamanya, melainkan gunung tertinggi di Puau Jawa ini memiliki sejarah yang panjang dan tercatat melakukan aktivitas vulkanik sejak tahun 1818.

Sejarah meyebutkan pada tahun 1818 hingga 1913 Gunung Semeru sempat meletus, namun tak banyak informasi yang terdokumentasikan.

Kemudian pada 1941-1942 terekam aktivitas vulkanik dengan durasi panjang. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan leleran lava terjadi pada periode 21 September 1941 hingga Februari 1942. Saat itu letusan sampai di lereng sebelah timur dengan ketinggian 1.400 hingga 1.775 meter. Selanjutnya beberapa aktivitas vulkanik tercatat beruntun pada dari tahun 1945 hingga 1960.

Gunung Semeru termasuk salah satu gunung api aktif yang melanjutkan aktivitas vulkaniknya pada 1 Desember 1977, guguran lava menghasilkan awan panas dengan jarak hingga 10 km di Besuk Kembar. Awan panas mengarah ke wilayah Besuk Kobokan yang merusak jembatan dan rumah warga. Aktivitas vulkanik berlanjut dan tercatat pada 1978 – 1989.

PVMBG juga mencatat aktivitas vulkanik Gunung Semeru pada 1990, 1992, 1994, 2002, 2004, 2005, 2007 dan 2008. Pada tahun 2008, tercatat beberapa kali erupsi, yaitu pada rentang 15 Mei hingga 22 Mei 2008. Teramati pada 22 Mei 2008, empat kali guguran awan panas yang mengarah ke wilayah Besuk Kobokan dengan jarak luncur 2.500 m

Menurut data PVMBG, aktivitas Gunung Semeru berada di kawah Jonggring Seloko. Kawah ini berada di sisi tenggara puncak Mahameru. Sedangkan karakter letusannya, Gunung Semeru ini bertipe vulkanian dan strombolian yang terjadi 3 – 4 kali setiap jam.

Karakter letusan vulkanian berupa letusan eksplosif yang dapat menghancurkan kubah dan lidah lava yang telah terbentuk sebelumnya. Sementara, karakter letusan strombolian biasanya terjadi pembentukan kawan dan lidah lava baru. (Dw.foto.dok.BNPB)