Kain sasirangan merupakan kain adat yang berasal dari Provinsi Kalimantan Timur dan sudah ada sejak abad 12.
Nama sasirangan sendiri diambil dari cara pembuatannya, yaitu “sa” berarti satu dan “sirang” berarti jelujur. Kain ini dibuat dengan teknik jahit atau tusuk jelujur, kemudian diikat dan dicelup kedalam pewarna.
Kain ini dipercaya nemiliki nilai magis dan pesan melalui warna dan motif-motif yang sesuai dengan kepribadian. Digunakan sebagai pengobatan (batatamba) serta dapat mengusir dan melindungi diri dari gangguan roh jahat.
Sebagian masyarakat Kalsel meyakini bawah kain Sasirangan dapat memberi kesembuhan, sehingga pemberian warna, bentuk, dan cara pemakaiannya dibuat berdasarkan permintaan dan peruntukannya. Berikut ini makna simbolis ragam warna kain Sasirangan :
1. Kain Sasirangan warna kuning merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit kuning (bahasa Banjar kana wisa).
2. Kain Sasirangan warna merah merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit sakit kepala, dan sulit tidur (imsonia)
3. Kain Sasirangan warna hijau merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit lumpuh (stroke)
4. Kain Sasirangan warna hitam merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit demam dan kulit gatal-gatal.
5. Kain Sasirangan warna ungu merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit sakit perut (diare, disentri, dan kolera).
6. Kain Sasirangan warna coklat merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit tekanan jiwa (stress).
Adapun arti dari bentuk dan cara pemakaian kain yaitu :
– Sarung (tapih bumin) demam atau gatal-gatal
– Kemben (udat) diare, disentri, kolera, dan penyakit perut lainnya.
– Kerudung (kakamban) migraine.
– Ikat kepala (laung) penyakit kepala seperti pusing atau kepala berdenyut-denyut.
Seiring dengan perkembangan mode dan fesyen, kain ini sudah berubah jadi pakaian sehari-hari masyarakat dan memiliki potensi ekonomi yang tinggi. Seperti dibuat sebagai bahan sepatu, pouch (kantong), tas, bantalan leher, dan lain-lain. (Dwi.foto.dok. Humas Banjarmasin)